Konten dari Pengguna

Eastern Equine Encephalitis (EEE), Virus yang Ditularkan Lewat Gigitan Nyamuk

Dicky Budiman, dr MScPH PhD
PhD, Medical Doctor, Epidemiologist, Researcher and practitioner on Global Health Security Policy at the Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Policy adviser to Minister of Tourism Creative Economy Indonesia
10 September 2024 8:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dicky Budiman, dr MScPH PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Amankah kandungan DEET pada losion anti nyamuk Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Amankah kandungan DEET pada losion anti nyamuk Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eastern Equine Encephalitis (EEE), juga dikenal sebagai "triple E," adalah penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Virus ini termasuk dalam genus Alphavirus dan keluarga Togaviridae. EEE dapat menyebabkan radang otak (ensefalitis) yang parah pada manusia dan kuda. Meskipun kasusnya jarang, EEE memiliki tingkat kematian yang tinggi pada kasus yang bergejala serius.
ADVERTISEMENT
EEE pertama kali diidentifikasi pada kuda yang mati karena ensefalitis di sepanjang pantai Mid-Atlantik pada tahun 1933. Pada tahun 1938, penyakit ini dikenali menyebabkan infeksi pada manusia selama wabah yang melibatkan kuda dan manusia di Massachusetts tenggara. Sejak itu, EEE muncul hampir setiap tahun di Amerika Serikat, terutama di wilayah Atlantik, Great Lakes, dan Gulf Coast.
Pada tahun 2024, hingga 4 September, telah dilaporkan enam kasus manusia yang dikonfirmasi di lima negara bagian AS, termasuk satu kematian. Wabah ini terjadi bersamaan dengan peningkatan kasus virus West Nile, sehingga pejabat kesehatan bekerja keras untuk mengingatkan masyarakat tentang risiko serius yang terkait dengan gigitan nyamuk.
Virus EEE ditularkan melalui siklus alami antara nyamuk Culiseta melanura—yang hidup di rawa-rawa hutan kayu keras air tawar di wilayah timur AS—dan burung yang tinggal di rawa-rawa tersebut. Nyamuk Culiseta melanura hampir eksklusif menggigit burung dan biasanya tidak menggigit manusia atau kuda.
ADVERTISEMENT
Namun, nyamuk umum lainnya seperti Aedes, Coquillettidia, dan Culex dapat berfungsi sebagai "nyamuk jembatan" (bridging mosquitoes). Nyamuk-nyamuk ini dapat menggigit burung yang terinfeksi, menjadi terinfeksi sendiri, dan kemudian menularkan virus EEE ke manusia atau kuda. Penularan virus EEE melalui donasi organ telah dilaporkan secara jarang, dan secara teoritis juga dapat ditularkan melalui transfusi darah.
Biasanya, sekitar 10 kasus manusia dilaporkan setiap tahun di wilayah endemik di AS, meskipun kemungkinan ada lebih banyak kasus ringan yang tidak terlaporkan. Sebagian besar kasus manusia terjadi antara Juli hingga Oktober. Setiap beberapa tahun, terjadi wabah EEE yang lebih besar di area tertentu. Misalnya, pada tahun 2019, lebih dari 38 kasus dilaporkan, terutama dari Massachusetts dan Michigan.
ADVERTISEMENT
Wabah siklis ini kemungkinan disebabkan oleh interaksi kompleks antara suhu, curah hujan, populasi nyamuk, kekebalan burung, dan pola migrasi burung. Perubahan iklim dan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi faktor-faktor ini, meningkatkan risiko wabah.

Gejala dan Tingkat Keparahan Infeksi

Mayoritas orang yang terinfeksi virus EEE (sekitar 95%) tidak menunjukkan gejala atau hanya mengalami gejala ringan. Gejala ringan dapat meliputi:
Setelah masa inkubasi 4 hingga 10 hari, sekitar 5% dari mereka yang terinfeksi dapat mengalami pembengkakan otak (ensefalitis). Gejala ensefalitis dapat mencakup:
Ensefalitis akibat EEE sangat serius dan dapat memerlukan perawatan intensif. Di antara mereka yang mengembangkan ensefalitis, sekitar sepertiga (33%) meninggal dunia. Dua pertiga sisanya mungkin mengalami defisit neurologis permanen, termasuk masalah kognitif, kelemahan, atau gangguan gerakan.
ADVERTISEMENT
Orang yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 50 tahun, serta mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, berisiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi ensefalitis.

Pengobatan dan Vaksinasi

Saat ini, tidak ada pengobatan yang terbukti efektif atau vaksin yang tersedia untuk manusia terhadap EEE. Beberapa klinisi telah mencoba menggunakan steroid untuk mengurangi pembengkakan atau antibodi untuk meningkatkan respons imun, tetapi tidak ada yang terbukti efektif dalam uji klinis besar.
Perawatan terutama bersifat suportif dan bertujuan untuk mengelola gejala:
Ada vaksin untuk kuda di daerah endemik, tetapi belum ada vaksin yang disetujui untuk manusia.
ADVERTISEMENT

Pencegahan

Pencegahan utama terhadap EEE adalah menghindari gigitan nyamuk. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

Menggunakan Repelan Serangga Terdaftar EPA

Gunakan repelan yang mengandung DEET, picaridin, atau minyak lemon eucalyptus pada kulit yang terpapar saat berada di luar ruangan.

Memakai Pakaian Pelindung

Kenakan baju lengan panjang dan celana panjang. Pakaian yang dirawat dengan insektisida seperti permethrin dapat memberikan perlindungan tambahan.

Menghindari Aktivitas Luar Ruangan pada Waktu Nyamuk Aktif

Batasi aktivitas di luar ruangan dari senja hingga fajar, saat nyamuk paling aktif.

Menggunakan Penghalang Nyamuk

Pastikan rumah memiliki jaring nyamuk yang baik atau gunakan pendingin udara untuk mencegah nyamuk masuk.

Menghilangkan Genangan Air

Hilangkan air tergenang di sekitar rumah yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk, seperti di ember, pot bunga, atau ban bekas.

Kolaborasi dengan Otoritas Setempat

Ikuti arahan dari dinas kesehatan atau agen pengendalian vektor setempat yang mungkin melakukan penyemprotan insektisida di area dengan beban infeksi tinggi.
ADVERTISEMENT

Potensi EEE di Indonesia

Hingga saat ini, EEE belum ditemukan di Indonesia. Namun, Indonesia memiliki iklim tropis dan berbagai spesies nyamuk yang bisa menjadi vektor penyakit. Meskipun risiko EEE masuk ke Indonesia rendah karena virus ini lebih banyak ditemukan di ekosistem spesifik di AS, kewaspadaan tetap diperlukan terhadap penyakit yang ditularkan melalui nyamuk lainnya.
EEE cenderung tetap menjadi penyakit lokal di daerah endemik dengan ekosistem dan vektor spesifik. Karena siklus hidup virus ini sangat tergantung pada jenis nyamuk dan burung tertentu di lingkungan rawa-rawa, kecil kemungkinan EEE akan menjadi epidemi global atau pandemi. Namun, perubahan iklim dan mobilitas global tetap menjadi faktor yang harus dipantau.

Mengapa Kita Semakin Sering Mendengar Penyakit dan Wabah Baru?

Perubahan Iklim dan Lingkungan: Perubahan suhu dan pola curah hujan memengaruhi distribusi dan populasi nyamuk, memungkinkan mereka menyebar ke wilayah baru.
ADVERTISEMENT
Urbanisasi dan Deforestasi: Pengubahan lahan hutan menjadi pemukiman atau pertanian meningkatkan interaksi antara manusia dan hewan liar, termasuk vektor penyakit.
Globalisasi dan Mobilitas: Perjalanan internasional dan perdagangan global mempercepat penyebaran vektor dan patogen ke seluruh dunia.
Perubahan Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati: Hilangnya habitat alami dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, memungkinkan spesies pembawa penyakit berkembang biak lebih cepat.
Peningkatan Surveilans dan Teknologi: Kemajuan dalam deteksi dan pelaporan penyakit membuat kita lebih cepat mengetahui adanya wabah baru.
EEE adalah penyakit virus yang langka namun berpotensi mematikan, dengan fokus penularan di wilayah tertentu di Amerika Serikat. Karena tidak ada pengobatan atau vaksin yang efektif untuk manusia, pencegahan melalui pengendalian gigitan nyamuk adalah kunci utama. Masyarakat perlu waspada dan mengambil langkah-langkah preventif, terutama selama musim nyamuk aktif, untuk mengurangi risiko infeksi.
ADVERTISEMENT