Konten dari Pengguna

Manusia dan Ancaman Penyakit Zoonosis yang Semakin Besar

Dicky Budiman, dr MScPH PhD
PhD, Medical Doctor, Epidemiologist, Researcher and practitioner on Global Health Security Policy at the Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Policy adviser to Minister of Tourism Creative Economy Indonesia
21 Agustus 2024 11:46 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dicky Budiman, dr MScPH PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cacar monyet atau Monkeypox. Foto: Irina Starikova3432/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cacar monyet atau Monkeypox. Foto: Irina Starikova3432/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 telah mengguncang dunia dan menyadarkan kita akan kerentanan umat manusia terhadap penyakit menular baru. Namun, di balik semua kerugian dan penderitaan yang ditimbulkan, pertanyaannya tetap: Apakah kita benar-benar belajar dari pandemi ini?
ADVERTISEMENT
Sejarah menunjukkan bahwa manusia sering gagal memetik pelajaran dari wabah-wabah sebelumnya. Ancaman penyakit yang berasal dari hewan atau zoonosis semakin besar dan sering terjadi, menempatkan dunia dalam risiko pandemi baru yang mungkin lebih parah dari sebelumnya.
Sepanjang sejarah, wabah penyakit menular telah menyebabkan kehancuran besar. Black Death pada abad ke-14, yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, menewaskan sekitar 25 juta orang di Eropa. Kemudian, pandemi flu Spanyol pada tahun 1918 menelan korban lebih dari 50 juta jiwa di seluruh dunia.
Penyakit-penyakit ini sering muncul dari interaksi manusia dengan hewan, baik melalui perdagangan hewan liar, pertanian intensif, atau perubahan lingkungan yang memaksa hewan pembawa penyakit untuk mendekati manusia.
COVID-19 hanyalah salah satu dari rangkaian panjang pandemi yang diakibatkan oleh zoonosis. Virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, diduga berasal dari kelelawar, hewan yang juga menjadi sumber virus lain seperti SARS dan MERS. Pandemi ini menunjukkan betapa mudahnya virus zoonosis dapat menyebar di dunia yang semakin terhubung. Sayangnya, meskipun teknologi medis dan komunikasi telah berkembang pesat, respons global terhadap pandemi ini sering kali terlambat dan tidak terkoordinasi dengan baik.
ADVERTISEMENT

MPOX: Ancaman Zoonosis yang Berkembang

MPOX, sebelumnya dikenal sebagai monkeypox, adalah contoh penyakit zoonosis lain yang berpotensi menjadi pandemi. MPOX disebabkan oleh virus Monkeypox, anggota keluarga Poxviridae yang pertama kali diidentifikasi pada monyet pada tahun 1958. Infeksi pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, dan sejak itu penyakit ini terus muncul di daerah-daerah tertentu di Afrika.
Gejala MPOX mirip dengan cacar (smallpox), tetapi lebih ringan. Gejala awal meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kelelahan. Setelah beberapa hari, muncul ruam yang khas, mulai dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh. Ruam ini berkembang menjadi lepuh yang berisi cairan, kemudian mengering menjadi keropeng.
ADVERTISEMENT
MPOX dapat menular melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit dari hewan yang terinfeksi. Penularan antar manusia juga bisa terjadi, terutama melalui kontak dekat yang berkepanjangan dengan orang yang terinfeksi, baik melalui cairan tubuh, luka, maupun droplet pernapasan.
Semua orang berisiko tertular, tetapi mereka yang tinggal di atau bepergian ke daerah endemik, serta mereka yang memiliki kontak erat dengan hewan atau individu yang terinfeksi, memiliki risiko yang lebih tinggi.

Sejarah MPOX dan Hubungannya dengan Smallpox

MPOX memiliki kaitan erat dengan smallpox, penyakit yang telah berhasil diberantas secara global pada tahun 1980 melalui kampanye vaksinasi. Setelah smallpox berhasil diatasi, vaksinasi terhadap penyakit ini dihentikan, sehingga manusia kehilangan kekebalan silang terhadap virus monkeypox. Akibatnya, populasi global menjadi lebih rentan terhadap infeksi MPOX.
ADVERTISEMENT
Meskipun MPOX tidak seberbahaya smallpox—yang memiliki tingkat kematian hingga 30%—MPOX tetap menjadi ancaman serius. Kasus wabah MPOX di Amerika Serikat pada tahun 2003, yang disebabkan oleh impor hewan dari Afrika, menegaskan bahwa virus ini dapat menyebar ke luar wilayah endemiknya dan berpotensi menimbulkan ancaman global.

Keterkaitan MPOX dengan Zoonosis dan Ancaman Epidemi

MPOX merupakan salah satu contoh dari penyakit zoonosis yang memperlihatkan bagaimana interaksi manusia dengan hewan dapat memicu wabah baru. Globalisasi, perubahan iklim, dan perusakan habitat alami membuat interaksi antara manusia dan satwa liar semakin sering terjadi, memperbesar risiko penyebaran penyakit zoonosis.
Zoonosis seperti MPOX berpotensi menyebabkan epidemi, terutama jika terjadi mutasi pada virus yang meningkatkan daya tular antar manusia. Pandemi COVID-19 telah membuktikan bahwa penyakit zoonosis dapat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, menimbulkan krisis kesehatan global. Ancaman ini semakin nyata seiring dengan meningkatnya mobilitas manusia, perdagangan hewan liar, dan perubahan lingkungan yang tidak terkendali.
ADVERTISEMENT

Tantangan dalam Pengendalian dan Penanganan MPOX

Mengendalikan dan menangani kasus MPOX tidaklah mudah. Di daerah seperti Republik Demokratik Kongo, MPOX lebih sering menyerang anak-anak, dengan tingkat kematian yang relatif tinggi. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan hal ini termasuk status gizi yang buruk, akses terbatas ke pelayanan kesehatan, dan sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang pada anak-anak. Penularan dari orang tua ke anak, mirip dengan mekanisme penularan HIV, mungkin juga berkontribusi pada tingginya angka infeksi dan kematian.
Di Indonesia, meskipun belum ada laporan kasus MPOX dengan clade 1b namun risiko tetap ada, terutama pada kelompok populasi berisiko tinggi seperti MSM atau Lelaki suka Lelaki dan penjual serta pembeli seks.
Tantangan lainnya termasuk kurangnya vaksin yang efektif dan terbatasnya akses ke vaksinasi di daerah endemik. Vaksin cacar (smallpox) diketahui memberikan perlindungan silang terhadap MPOX, namun setelah eradikasi smallpox, produksi dan distribusi vaksin ini berkurang drastis. Hal ini menyulitkan pengendalian wabah MPOX, terutama di negara yang memiliki sistem kesehatan yang lemah.
ADVERTISEMENT

Pentingnya Komunikasi Risiko dalam Pengendalian Wabah MPOX

Komunikasi risiko adalah salah satu elemen kunci dalam pengendalian wabah MPOX. Informasi yang akurat dan tepat waktu sangat penting untuk mencegah kepanikan dan memastikan bahwa masyarakat memahami langkah-langkah pencegahan yang harus diambil. Edukasi tentang cara penularan MPOX, gejala-gejala awal, dan pentingnya mencari perawatan medis segera dapat membantu menekan penyebaran penyakit.
Selain itu, komunikasi risiko juga penting untuk mengatasi stigma yang sering kali melekat pada penyakit zoonosis, yang dapat menghambat upaya penanganan. Misalnya, di beberapa komunitas, orang yang terinfeksi mungkin dikucilkan atau disalahkan, yang membuat mereka enggan untuk mencari bantuan medis. Dengan komunikasi yang baik, masyarakat dapat diberdayakan untuk mengambil tindakan preventif dan mendukung upaya penanggulangan wabah.
ADVERTISEMENT

Rekomendasi Intervensi dan Pencegahan untuk Pemerintah dan Masyarakat

Dalam menghadapi ancaman MPOX, diperlukan tindakan yang terkoordinasi di berbagai tingkat pemerintahan dan masyarakat. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat diambil:

1. Pemerintah Pusat

2. Pintu Masuk Negara (Bandara dan Pelabuhan)

ADVERTISEMENT

3. Pemerintah Daerah

4. Tenaga Kesehatan

5. Masyarakat

ADVERTISEMENT