Konten dari Pengguna

Tantangan Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia

Dicky Budiman, dr MScPH PhD
PhD, Medical Doctor, Epidemiologist, Researcher and practitioner on Global Health Security Policy at the Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Policy adviser to Minister of Tourism Creative Economy Indonesia
15 September 2024 16:43 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dicky Budiman, dr MScPH PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Waspadai TBC. Foto: Studio.51/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Waspadai TBC. Foto: Studio.51/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tuberkulosis (TB) telah menjadi masalah kesehatan global selama berabad-abad, termasuk di Indonesia. Sebagai salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, TB menyebar melalui udara, umumnya dari penderita aktif yang batuk, bersin, atau berbicara.
ADVERTISEMENT
Walaupun ada kemajuan dalam upaya pengendalian, TB masih menjadi ancaman serius, terutama dengan munculnya TB yang resisten terhadap obat-obatan (MDR-TB). Di Indonesia, TB menjadi salah satu prioritas kesehatan utama, mengingat tingginya jumlah kasus yang terus meningkat setiap tahunnya.
Pada semester pertama tahun 2024, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 30.000 kasus TB baru di Jakarta selama enam bulan pertama. Angka ini mencerminkan beban besar yang dihadapi Indonesia dalam pengendalian penyakit ini.
Artikel ini akan membahas sejarah TB di Indonesia, epidemiologi global, ASEAN, dan Indonesia, cara penularan, pengobatan dan pencegahan, faktor-faktor yang berkontribusi pada peningkatan kasus TB, serta tantangan dan rekomendasi penguatan program pengendalian TB di Indonesia.
Penyakit TB pertama kali tercatat di Indonesia pada masa kolonial. Pada saat itu, TB dikenal sebagai penyakit yang sangat mematikan, terutama di kalangan orang miskin dan padat penduduk. Pada era kemerdekaan, pemerintah Indonesia mulai melakukan upaya pengendalian TB secara lebih serius dengan pembentukan Program Nasional Pengendalian TB (NTP). Program ini bertujuan untuk meningkatkan deteksi dini, pengobatan yang tepat, serta pencegahan penularan melalui edukasi kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT

Epidemiologi TB: Dunia, ASEAN, dan Indonesia

Secara global, TB merupakan salah satu penyakit menular paling mematikan. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2021, TB menginfeksi sekitar 10,6 juta orang dan menyebabkan hampir 1,6 juta kematian.
Sejak 2022, negara dengan beban kasus tertinggi infeksi TB di dunia adalah India, dan Indonesia. Di ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus TB terbanyak.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari satu juta kasus TB setiap tahun. Penyebaran TB meliputi semua kelompok umur, namun sebagian besar terjadi pada orang dewasa produktif. Selain itu, angka resistensi terhadap obat (MDR-TB) juga meningkat, menambah kompleksitas pengendalian penyakit ini.

Cara Penularan TB

TB menular melalui udara, ketika seseorang menghirup droplet kecil yang mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis. Droplet ini dapat dikeluarkan saat penderita batuk, bersin, atau berbicara. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS, diabetes, atau malnutrisi, memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular.
ADVERTISEMENT
Penularan TB juga dapat terjadi di tempat-tempat umum dengan ventilasi buruk, seperti rumah sakit, puskesmas, dan sarana transportasi publik yang padat. Hal ini memperkuat pentingnya pengendalian infeksi di tempat-tempat tersebut.

Pengobatan dan Pencegahan TB

Pengobatan TB melibatkan kombinasi antibiotik yang harus dikonsumsi secara teratur selama enam hingga sembilan bulan. Pengobatan ini harus diselesaikan hingga tuntas untuk mencegah resistensi obat. Kasus TB yang tidak diobati atau tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk MDR-TB, yang memerlukan pengobatan lebih lama dan lebih kompleks.

Pencegahan TB meliputi:

1. Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) untuk anak-anak guna mencegah bentuk TB yang berat.
2. Edukasi kesehatan masyarakat tentang pentingnya etika batuk dan kebersihan pernapasan.
3. Skrining rutin pada kelompok berisiko tinggi, seperti petugas kesehatan dan orang yang tinggal di rumah dengan penderita TB.
ADVERTISEMENT

Faktor-Faktor yang Berkontribusi pada Kasus TB di Indonesia

Beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan kasus TB di Indonesia antara lain:
1. Kepadatan penduduk: Kota-kota besar seperti Jakarta memiliki populasi padat, meningkatkan risiko penularan.
2. Stigma sosial: Banyak penderita TB yang enggan untuk mendapatkan diagnosis atau pengobatan karena takut dikucilkan.
3. Pandemi COVID-19: Pandemi ini telah menyebabkan gangguan dalam layanan kesehatan, termasuk program deteksi dan pengobatan TB.
4. Meningkatnya resistensi obat: Kasus MDR-TB di Indonesia menjadi tantangan besar dalam pengobatan dan memerlukan penanganan khusus.
5. Kemiskinan adalah faktor yang turut berkontribusi pada sulitnya mengendalikan penyakit TB.

Tantangan Pengendalian TB di Indonesia

Pengendalian TB di Indonesia menghadapi beberapa tantangan utama, di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Deteksi dini yang masih rendah: Masih banyak kasus TB yang tidak terdiagnosis karena keterbatasan akses ke layanan kesehatan.
2. Ketidakpatuhan pengobatan: Banyak penderita TB yang tidak menyelesaikan pengobatan mereka, sehingga meningkatkan risiko resistensi obat.
3. Sarana kesehatan yang terbatas: Di beberapa daerah, fasilitas kesehatan yang memadai untuk diagnosis dan pengobatan TB masih kurang.
4. Beban multiburden: Kombinasi TB dengan penyakit lain seperti HIV/AIDS, diabetes melitus, dan gangguan mental memperumit pengobatan dan penanganan kasus.

Saran untuk Penguatan Program Pengendalian TB di Indonesia

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, beberapa langkah yang bisa diambil adalah:
1. Peningkatan deteksi dini: Program skrining yang lebih intensif harus diterapkan di seluruh fasilitas kesehatan, terutama di daerah dengan beban kasus tinggi.
ADVERTISEMENT
2. Edukasi masyarakat: Kampanye kesehatan yang lebih luas harus dilakukan untuk mengurangi stigma terhadap penderita TB dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengobatan yang tepat.
3. Peningkatan akses ke pengobatan: Pemerintah perlu memastikan bahwa semua penderita TB, termasuk yang mengalami resistensi obat, mendapatkan pengobatan yang tepat tanpa hambatan biaya.
4. Pengendalian infeksi di tempat umum: Penggunaan masker, ventilasi yang baik, dan protokol kebersihan di tempat umum harus ditegakkan untuk mencegah penyebaran TB.
5. Pemanfaatan teknologi: Deteksi genomik berbasis teknologi baru dapat mempercepat identifikasi kasus TB dan MDR-TB, sehingga memudahkan pengobatan dan pelacakan.
6. Peningkatan kualitas hidup masyarakat, dengan lingkungan, air dan udara yang bersih dan sehat, disertai pemberantasan kemiskinan dan penguatan Pembangunan yang merata bagi seluruh lapisan Masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pengendalian TB di Indonesia merupakan tantangan yang kompleks, mengingat tingginya beban penyakit, munculnya kasus resistensi obat, serta dampak pandemi COVID-19. Namun, dengan strategi yang tepat, termasuk deteksi dini, peningkatan akses ke layanan kesehatan, dan edukasi masyarakat, Indonesia memiliki peluang untuk mengurangi beban TB di masa depan.
Penggunaan teknologi mutakhir dan kolaborasi antarinstansi juga menjadi kunci untuk memutus rantai penularan dan mencapai target eliminasi TB pada tahun 2030.