5 Hal Menarik tentang Maladewa

Konten dari Pengguna
23 Oktober 2018 22:18 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dicky Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Sumber foto: https://visitmaldives.com/item/conrad-maldives-rangali-island/)
Maladewa adalah sebuah negara unik yang terletak di bagian paling selatan kawasan Asia Selatan dan menjadi negara terkecil di kawasan itu. Karena populasi penduduknya hanya 324 ribu orang dan memiliki luas hanya 298 kilometer. Berikut adalah 5 hal menarik mengenai Maladewa:
ADVERTISEMENT
1. Sektor Pariwisata adalah Segalanya
Maladewa memang sangat identik dengan liburan, terutama untuk liburan para kaum yang berdompet tebal. Data dari World Travel and Tourism Council (WTTC) menyebutkan bahwa kontribusi total sektor pariwisata terhadap perekonomian Maladewa diperkirakan sebesar 76,6 % dari GDP pada tahun 2017 dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 86,1 % dari GDP pada tahun 2028.
Hingga akhir bulan September 2018, berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata Maladewa, terdapat lebih dari 1 juta turis yang berkunjung ke Maladewa atau hampir tiga kali lipat penduduknya. Jumlah tersebut berasal dari RRT (20,6%), Inggris (7,7%), Jerman (7,4%), Italia (6,8%), India (5,2%), Rusia (4,7%), Perancis (3,4%), Jepang (2,8%), Amerika Serikat (2,8%), dan Australia (2,6%). Lebih lanjut, data dari Kementerian Pariwisata Maladewa tersebut juga menyebutkan bahwa rata-rata waktu menginapnya adalah lebih dari 6 hari.
ADVERTISEMENT
Karena Maladewa terdiri dari ratusan pulau-pulau karang kecil (Atoll), sistem pariwisata yang dikembangkan adalah satu pulau satu penginapan. Untuk transportasi menuju pulau-pulaunya pun beragam. Dari yang mulai hanya kurang lebih 10 menit memakai speedboat, hingga yang harus menggunakan pesawat air (waterplane). Prinsipnya, semakin jauh pulau dari keramaian penduduk, semakin cantik kekayaan alamnya, dan semakin mahal biaya penginapannya.
Untuk harga menginap di Maladewa, kisaran harganya cukup beragam. Dari yang USD 50 untuk kelas Air BnB, hingga yang USD 2000 keatas untuk yang kelas penginapan di pulau-pulau. Bahkan ada yang sampai mencapai USD 50.000 per malamnya. Apa yang membedakan antara yang USD 50 dengan yang USD 50.000? kalau yang USD50 hanya dapat kamar saja, sementara untuk yang USD 50.000 kita akan mendapatkan kamar dibawah laut (sumber: https://www.bloomberg.com/news/articles/2018-04-17/forget-overwater-bungalows-the-maldives-now-has-a-50-000-underwater-hotel-room).
(SUMBER FOTO: http://www.mapofthemaldives.com/atoll_maps.php)
ADVERTISEMENT
2. Maladewa, Satu Negara Dua Dunia
Mengingat kondisi geografis Maladewa yang tersebar dan terdiri dari pulau-pulau karang, sistem pemerintahan dan kenegaraannya pun unik. Di pulau administratif, Kaafu Atoll, di mana terletak ibu kota pemerintahan Maladewa, Male, sistem yang dianut adalah hukum syariat Islam.
Hal ini berarti semua usaha restoran dan pariwisata yang berada di Male itu harus halal. Jadi tidak ada minuman keras atau makanan yang non-halal. Aturan tersebut juga berlaku untuk pulau-pulau yang memang diperuntukan untuk dihuni oleh warga negara Maladewa, yang terletak di sekitar Kaafu Atoll.
Lebih lanjut, dalam konstitusi Maladewa, hanya seorang Muslim yang dapat dianggap sebagai warga negara.
Berbeda kondisinya jika kita berada di pulau-pulau di mana hotel-hotel dan resort berada. Kita akan dengan mudah mendapatkan minuman keras dan makanan non-halal di resort ataupun di hotel-hotel di luar Kaafu Atoll.
ADVERTISEMENT
Perbedaan yang cukup ekstrem antara satu pulau dengan pulau yang lainnya menjadikan pulau-pulau resort tersebut terisolasi dari hal-hal yang terjadi di pulau “utama”.
Sebagai contoh, pada bulan Februari 2018, dikarenakan perkembangan domestik politiknya, Maladewa menyatakan bahwa negara dalam kondisi darurat militer. Hal tersebut tidak berdampak signifikan bagi kunjungan turis pada periode tersebut.
Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata Maladewa, periode Februari dan Maret tahun 2018 menunjukan peningkatan jumlah turis 19,2% dan 18,5%, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017 (http://www.tourism.gov.mv/wp-content/uploads/2018/10/6.-September-Stats-1.jpg). Hal tersebut disebabkan, antara bandara internasional, pulau administratif dan pulau resort, semuanya terpisah.
Namun demikian, kondisi geografis tersebut juga berpotensi menimbulkan masalah, terutama jika pada suatu saat adalah yang bersifat masif dan memerlukan evakuasi secara menyeluruh. Masalah logistik dan koordinasi antar pulau perlu diperhatikan. Untuk Pemerintah Indonesia ini sangat penting, mengingat terdapat kurang lebih 1.400 WNI yang bekerja di resort-resort di seluruh wilayah Maladewa.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, diharapkan WNI yang bekerja ataupun berkunjung ke Maladewa, untuk memberikan update posisi dan statusnya melalui aplikasi Safe Travel yang sudah dapat diunduh melalui iOS ataupun Android.
Maldives (Maladewa) (Foto: Wikimedia Commons)
3. Rentan Dengan Isu Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim
Mengingat kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau karang kecil (Atoll), menjadikan Maladewa sangat rentan dengan perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan hidup. Dengan naiknya permukaan laut akibat perubahan iklim, diperkirakan ribuan pulau akan terkena dampaknya. Mulai dari seringnya banjir, berkurangnya pasokan air bersih dan kerusakan pada infrastruktur.
Untuk hal ini, sebagai sesama negara kepulauan, pada bulan Juni 2017, Indonesia dan Maladewa sudah sepakat untuk saling membantu, terutama dalam bidang lingkungan hidup dan isu perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
4. Maladewa dan Permasalahan Radikalisme Agama
Di luar keindahan alamnya, Maladewa juga menyimpan sebuah potensi masalah yang sangat besar dalam hal radikalisme agama. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh The Soufan Group mengenai Foreign Fighters: an Updated Assesment of the Flow of Foreign Fighters into Syria and Iraq bulan Desember 2015, menyatakan bahwa terdapat 200 warga negara asal Maladewa yang bergabung dengan ISIS.
Jika dilihat dari angka memang tidak sebesar negara-negara lain, bahkan tidak masuk daftar lima besar. Namun, jika dibandingkan angka tersebut dengan jumlah warga negara Maladewa yang berjumlah 400 ribu, maka per kapita Maladewa adalah negara penyumbang tentara ISIS terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
5. Maladewa di Tengah Persaingan Geopolitis
Maladewa juga kini berada di pusaran perebutan pengaruh di kawasan antara India, RRT, Amerika Serikat dan Arab Saudi. Sebagai bagian dari strategi konektivitas maritim, pemerintah RRT sudah melakukan investasi besar-besaran di Maladewa. Jembatan yang menghubungan antara bandara dan Male sedang dibangun dengan dana dari RRT.
Dalam beberapa tahun ini juga, RRT merupakan penyumbang turis terbesar ke Maladewa. Bahkan PM RRT pada tahun 2014 melakukan kunjungan kenegaraan ke Male, Maladewa. India sebagai aktor utama di Asia Selatan, melihat semakin mendekatnya Maladewa dengan RRT merupakan ancaman terhadap kawasan, terlebih lagi setelah RRT sudah mendekati Sri Lanka.
Arab Saudi, di sisi lain juga telah melakukan investasi besar-besaran di Maladewa. Sektor pariwisata dan pendidikan merupakan target utama dari Pemerintah Saudi di Maladewa. Investasi tersebut, sebaliknya, membuahkan hasil dukungan diplomatik Pemerintah Maladewa pada posisi Saudi dalam berbagai isu hubungan internasional, terutama pada isu Qatar dan Yaman tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat juga memiliki kekhawatiran terkait perkembangan di Maladewa, terutama mengingat statistik yang menunjukkan jumlah warga negara Maladewa yang bergabung dalam ISIS. Dampak dari perebutan pengaruh ini tercerminkan dalam politik domestik, dimana Presiden Yameen sebagai incumbent dikalahkan oleh tokoh oposisi, Ibrahim Mohamed Solih.
Presiden Yameen dinilai bertanggung jawab membawa Maladewa ke jurang hutang dengan pemerintah RRT. Mengingat kedekatan tokoh oposisi dengan pemerintah India, kemenangan oposisi diperkirakan akan merubah fokus pemerintah Maladewa, dari yang bergantung pada bantuan RRT dan Saudi, menjadi lebih dekat dengan tetangga terdekat India.