Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Comic Con dan Ekonomi Kreatif Indonesia
31 Oktober 2018 23:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Dicky Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada pemandangan yang tidak biasa di kawasan Jakarta Convention Center pada 27-28 Oktober kemarin. Kita dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri di mana Spiderman, Batman, Venom, dan ratusan karakter superhero serta fiksi lainnya berseliweran dengan bebasnya.
ADVERTISEMENT
Kemunculan mereka di Jakarta, bukan tanpa alasan. Mereka datang untuk menghadiri Comic Convention atau disingkat sebagai Comic Con, dan mereka (tentunya) bukan superhero asli, namun mereka adalah costume play atau lebih dikenal sebagai cosplay.
Comic Con memiliki sejarah yang cukup panjang di negara asalnya, yakni Amerika Serikat. San Diego Comic Con tercatat sebagai Comic Con pertama yang diselenggarakan pada 1970.
Dan sejak saat itu, ratusan kegiatan serupa bermunculan, tidak hanya di Amerika Serikat, tapi di seluruh dunia. Dari Australia, Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Latin, mereka punya versi Comic Con masing-masing.
Walaupun Comic Con penuh dengan mainan, tapi bisnis yang terlibat di dalamnya sangat serius. San Diego Comic Con, contohnya, sejak pertama kali diselenggarakan pada 1970 hingga sekarang, jumlah pengunjung per tahun meningkat tajam dari 145 orang pada 1970 hingga lebih dari 130 ribu pengunjung pada 2017.
ADVERTISEMENT
Coba bayangkan, untuk penyelenggaraan San Diego Comic Con 2018 bulan Juli lalu, tiket terusan Comic Con untuk 4 hari dihargai USD 276 dan diperkirakan sudah terjual 130 ribu lebih tiket. Dari tiket saja, penyelenggara Comic Con sudah mendapatkan dana jutaan dolar, itu belum termasuk transaksi di pameran, penginapan, dan penjualan konsumsi.
Besarnya pengunjung Comic Con juga memberikan gambaran signifikansi industri ekonomi kreatif bagi ekonomi Amerika Serikat. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Motion Picture Association of America , industri kreatif Amerika Serikat adalah pendorong utama ekonomi Amerika, dengan kontribusi senilai USD 698 Miliar atau kurang lebih 4 % dari PDB ekonomi Amerika Serikat.
Bagaimana dengan Indonesia?
Comic Con Indonesia baru hadir pada 2015, namun tingkat antusiasme masyarakat Indonesia tiap tahunnya meningkat. Saya menyaksikan sendiri pada hari kedua Comic Con 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), antrean mengular dari luar hingga ke dalam venue.
ADVERTISEMENT
Semakin besarnya antusiasme masyarakat Indonesia terhadap Comic Con juga diikuti oleh semakin menggeliatnya industri kreatif di Indonesia, terutama di film.
Kembali ke Amerika Serikat, Comic Con di Amerika Serikat sering kali juga digunakan oleh para pembuat film untuk mempromosikan film barunya, terutama yang mewakili genre pop-culture, untuk meningkatkan buzz di kalangan masyarakat, yang pada akhirnya diharapkan semakin larisnya film yang dipromosikan tersebut.
Dan Comic Con Indonesia pun sudah melakukan hal yang sama untuk film Indonesia. Pada pegelaran dua hari Comic Con Indonesia, para pengunjung diperkenalkan kembali dengan para tokoh-tokoh komik dan superhero lawas asli Indonesia.
Pada hari pertama ada Si Buta dari Gua Hantu, sedangkan pada hari kedua ada Gundala si Putra Petir. Kembalinya tokoh-tokoh komik dan superhero Indonesia ke layar bioskop menandakan perluasan genre film Indonesia, yang sering kali didominasi antara film horor atau romantis.
ADVERTISEMENT
Penyelenggaraan Comic Con juga menjadi strategis, karena Jakarta menjadi tempat yang mempersatukan pecinta film, komik, games, dan produk pop-culture lainnya dari Asia Tenggara, di Indonesia.
Pemerintah dalam mendorong peningkatan produktivitas ekonomi kreatif juga memiliki peran. Pada 2015, Pemerintah membentuk Badan Ekonomi Kreatif, yang bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Pembentukan badan tersebut dirasa penting, terlebih lagi mengingat, berdasarkan data BPS tahun 2013, kontribusi ekonomi kreatif Indonesia adalah 7,05% dari total GDP dan merupakan sektor ke tujuh dari 10 sektor penyumbang kontribusi terbesar untuk GDP ekonomi Indonesia.
Lebih lanjut lagi, tahun 2018 Pemerintah Indonesia akan menyelenggarakan World Conference on Creative Economy di Bali, 6-8 November 2018. Pertemuan ini diharapkan menjadi platform untuk menjembatani pelaku industri dan pemerintah dalam pengembangan ekonomi kreatif.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, banyaknya potensi dan peluang di sektor ekonomi kreatif ini, diharapkan dengan kolaborasi yang baik dan saling mendukung antara pemerintah dan para pelaku usaha serta para artis, pengembangan ekonomi kreatif Indonesia dapat berdampak lebih luas bagi peningkatan ekonomi Indonesia secara menyeluruh.