Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
INI TEH SRI LANKA
3 November 2018 23:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Dicky Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(gambar: http://www.pureceylontea.com/index.php/2014-02-26-10-02-57/image-library/category/4-dubai-airport)
Teh memiliki peran yang sangat penting bagi Sri Lanka. Berdasarkan data statistik tahun 2017, kontribusi ekspor teh bernilai 13, 4 % dari total produk ekspor ke seluruh dunia atau berada di posisi kedua dibawah garmen dan produk tekstil. Di dunia, Sri Lanka merupakan pengekspor teh kedua terbesar dibawah China (www.trademap.org), dengan pangsa pasar global senilai 19,1%. Indonesia, sementara itu, berada di posisi 12 dengan nilai ekspor dan pangsa pasar yang sangat jauh dari Sri Lanka. Cukup membanggakan bagi negara Sri Lanka yang hanya berpenduduk kurang lebih 20 juta jiwa dan luas wilayah hanya 65 ribu km2 . Bagaimana bisa Sri Lanka dengan segala keterbatasannya bisa melampaui Indonesia? Yang nota bene cukup kuat industri tehnya, terutama secara domestik.
ADVERTISEMENT
Pertama, secara produktivitas Indonesia memang kalah jauh dari Sri Lanka. Pada tahun 2017, Sri Lanka memproduksi lebih dari 300 ribu metrik ton, sementara Indonesia hanya 124 ribu metrik ton (https://www.statista.com/statistics/264188/production-of-tea-by-main-producing-countries-since-2006/)
Kedua, Sri Lanka memproduksi lebih banyak tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik tapi juga pasar global. Sementara di sisi lain Indonesia memproduksi dengan fokus utama untuk memenuhi pasar domestik.
Ketiga, teh merupakan brand Sri Lanka. Tidak hanya sebagai profil ekonomi, teh juga merupakan bagian integral dari budaya. Kemanapun anda berpergian di Sri Lanka, keberadaan teh dalam sosial budaya warga Sri Lanka tidak dapat terelakan. Branding tidak terbentuk dalam satu malam atau satu tahun atau satu dekade. Brand Sri Lanka sebagai negara pengekspor teh, sudah terbentuk sejak jaman kolonial Inggris, dan mulai secara strategis dikembangkan dan dipromosikan pada awal tahun 1930an. Dan hingga saat ini, hampir di seluruh penjuru dunia akan sangat mudah menemukan produk Ceylon Tea atau teh Sri Lanka, terutama di hotel-hotel ternama.
ADVERTISEMENT
Kunci kusuksesan brand tersebut dikarenakan, dukungan pemerintah serta partisipasi aktif swasta dalam terus mengembangkan dan mempromosikan ceylon tea atau teh Sri Lanka tidak hanya sebagai komoditas tetapi sebagai budaya. Dan sebagai budaya, teh Sri Lanka mempunyai cerita dan karakteristik. Karakteristik tersebut terbagai menjadi tujuh, mewakili kawasan perkebunannya, apakah dari dataran rendah atau tinggi. Di sisi lain, pendekatan promosi komoditas sebagai budaya juga berdampak pada bagaimana komoditas tersebut dipromosikan.
Sebagai contoh Dilmah Tea. Sebagai merk yang sangat terkenal di dunia, di tempat asalnya di Sri Lanka, mereka tidak hanya memperlakukan teh sebagai komoditas, dengan menyiapkan gerai-gerai toko penjual produk teh ataupun cafe, namun mereka juga membangun pendekatan yang integratif dalam mempromosikan teh Sri Lanka. Dalam hal ini, Dilmah membangun pariwisata teh, yang dimulai dari kawasan penginapan integratif di perkebunan teh di Sri Lanka. Tidak hanya itu, Dilmah Tea juga membentuk apa yang disebut sebagai School of Tea dimana para peserta akan belajar cara mengenali tipe teh dan bagaimana mengolah teh tersebut secara inovatif dan modern, dan ini juga dikompetisikan tiap tahunnya di Colombo dengan mengundang para penggiat dan ahli teh dari seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Indonesia dalam hal ini bisa banyak belajar dari Sri Lanka, terutama tentang bagaimana mereka memperlakukan dan menghormatinya komoditas unggulannya, tidak hanya sebagai sebuah produk tapi bagian dari budaya. Indonesia diberkati oleh banyaknya komoditas unggulan yang bernilai ekonomi tinggi, namun sayang dengan banyaknya pilihan, kita sepertinya kehilangan fokus sehingga potensi yang dimiliki tidak tergali dengan baik.