Konten dari Pengguna

Yang Jauh tapi Dekat, Hubungan Indonesia-Sri Lanka

14 Oktober 2018 23:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dicky Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden RI, Joko Widodo (kanan) melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Sri Lanka (kiri), Rabu (12/09/2018). (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI, Joko Widodo (kanan) melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Sri Lanka (kiri), Rabu (12/09/2018). (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Seberapa kenalkah kita dengan Sri Lanka?
Mungkin tidak banyak orang yang benar-benar mengenali Sri Lanka. Beberapa orang mungkin mengetahui Sri Lanka sebatas negara yang terlibat konflik saudara dengan Macan Tamil.
ADVERTISEMENT
Untuk yang lain, terutama yang mengenal sejarah kemerdekaan kita, Sri Lanka merupakan salah satu negara inisiator Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok. Sejarah juga mencatat bahwa kedua negara juga terikat oleh musibah besar, ketika tsunami menghantam kedua negara pada tahun 2004.
Sri Lanka merupakan negara kedua, di bawah Indonesia, dengan jumlah korban tewas terbanyak. Namun jika kita gali lebih dalam, ternyata hubungan antara Indonesia dan Sri Lanka lebih dalam dan lebih erat dari yang kita perkirakan.
Dalam struktur masyarakat Sri Lanka terdapat tiga etnis terbesar, yakni Singhala, Tamil, dan Sri Lanka–Melayu. Dan untuk etnis Sri Lanka– Melayu, diperkirakan bahwa nenek moyangnya berasal dari daerah Malaysia, dan terutama dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Awal kedatangan bangsa Melayu di Sri Lanka diperkirakan pada abad ke-13, yakni ketika wilayah Indonesia dan Sri Lanka (yang dahulu dikenal sebagai Ceylon) berada di bawah penjajahan VOC.
Yang Jauh tapi Dekat, Hubungan Indonesia-Sri Lanka (1)
zoom-in-whitePerbesar
Saat itu, Ceylon atau Sri Lanka dikenal sebagai tempat pembuangan bagi para pemberontak (mungkin istilah selon atau diselonkan berasal dari reputasi Sri Lanka masa lalu), termasuk bagi para bangsawan yang tidak mau tunduk kepada kekuasaan VOC. Itulah yang terjadi pada tahun 1708, ketika Pangeran Adipati Amungkurat III, yang dikenal sebagai Sunan Mas, beserta keluarga dan perangkatnya diasingkan ke Ceylon.
Walaupun banyak yang berasumsi bahwa mayoritas etnis Sri Lanka–Melayu berasal dari Jawa, namun tidak sedikit yang ternyata berasal dari wilayah Indonesia lainnya, seperti Bali, Tidore, Sunda, Banda, dan Ambon. Mereka merupakan bagian dari empat kelompok yang dikirim oleh VOC, yang terdiri dari budak asal Maluku dan Sunda; pemberontak dan kriminal; tentara VOC asal Ambon, Bali, dan Jawa; serta para bangsawan yang diasingkan karena tidak mau tunduk pada kekuasaan VOC.
ADVERTISEMENT
Banyak dari komunitas tersebut akhirnya menetap di daerah Colombo, Galle, Trincomalee, dan Jaffna.
Toko bunga di Kandy, Sri Lanka (Foto: Dok. Ratripuspita Noor Jasmina)
zoom-in-whitePerbesar
Toko bunga di Kandy, Sri Lanka (Foto: Dok. Ratripuspita Noor Jasmina)
Dampak dari kehadiran rombongan asal Indonesia tersebut dapat dirasakan di Sri Lanka masa kini. Tidak jarang kita dapat menemui orang Sri Lanka yang bermuka dan bernama Melayu. Selain itu, budaya Melayu juga mempengaruhi kuliner Sri Lanka. Istilah nasi goreng ataupun dodol, tidak asing di telinga warga Sri Lanka.
Budaya batik dan sarung juga dapat ditemui di Sri Lanka. Batik merupakan baju yang lazim digunakan, walaupun teknik dan pola yang ada di Batik Sri Lanka tidak serumit dan masih sederhana, serta menggunakan canting yang lebih besar daripada yang digunakan oleh orang Indonesia. Sementara sarung, seringkali digunakan oleh warga Sri Lanka sebagai pakaian sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Hal-hal tersebut mencerminkan ikatan sejarah dan budaya yang sangat kuat di antara kedua negara. Pekerjaan rumah kita saat ini adalah menerjemahkan ikatan kuat tersebut menjadi hubungan yang lebih erat bagi kedua negara, terutama dari segi ekonomi dan perdagangan.
Sebagai negara mitra, kita masih berada di bawah negara-negara lain, terutama negara tetangga ASEAN, seperti Singapura dan Malaysia. Dengan hubungan sejarah dan budaya yang kuat antara kedua negara, tersimpan potensi peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan yang masih perlu digali.