Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Cristiano Ronaldo Kembali: Antara Kegembiraan Masa Lalu dan Ujian Masa Depan
29 Agustus 2021 18:55 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dicky Setyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya ingat pertama kali jatuh hati pada Manchester United, nama Cristiano Ronaldo berperan di dalamnya. “Saya menyukai Ronaldo, maka saya mendukung Manchester United!” ikrar saya kala itu, seminggu sebelum ditinggalkan Ronaldo ke Real Madrid, bersamaan dengan diputarnya lagu “Two Princes” Spin Doctor di acara berita olahraga pagi. Menyakitkan, saya mendukung MU karena Ronaldo, tapi dia pergi sebelum saya melampiaskan birahi saya menyaksikan Ronaldo dalam seragam Setan Merah.
ADVERTISEMENT
Kadang gen-z seperti saya berharap dilahirkan lebih cepat, dan Ronaldo kembali ke MU adalah mimpi yang terus saya rawat. Mimpi yang memang pada akhirnya menjadi kenyataan, setelah omong kosong di jendela transfer setiap musimnya. Tapi kini, ia benar-benar kembali, menebus kepergiannya dua belas tahun lalu kepada bocah yang kini hampir memasuki seperempat abad. Dan saya benar-benar akan menyaksikannya bersama tim saya. Tuhan, saya seharian menyanyikan “Viva Ronaldo”, sungguh menggembirakan.
Kedatangan, kegembiraan yang kini juga menjadi dipertanyakan. Bahwa kesukaan tersebut “Mengaburkan penilaian” menurut Jonathan Wilson di The Guardian. Ronaldo didatangkan untuk membawa memori masa lalu, ya, Ronaldo tidak datang karena rencana.
Pembelian Ronaldo tak beda jauh dengan kegiatan konsumtif yang lebih mementingkan keinginan ketimbang kebutuhan. Lini penghubung dari belakang ke depan, justru dinilai yang seharusnya lebih dulu ditambal. Dan kini, MU membeli seorang penyerang tua, yang entah bagaimana dua-tiga tahun ke depan nasibnya. Walau, kita semua yakin, bahwa Ronaldo tak benar-benar akan menua.
ADVERTISEMENT
Saya juga meyakini tanpa keraguan, bahwa yang benar-benar membuat saya meloncat-loncat seharian, tak lebih sekadar hanya penebusan dari masa lalu. Meski, kita juga tahu, Ronaldo yang sekarang bukan Ronaldo yang sering melakukan tarian dari kiri dan kanan, tapi Ronaldo tetaplah Ronaldo, roh yang dia bawa tetaplah miliknya. Dia datang karena dia Ronaldo, Ronaldo sebagai sosok.
Yang lebih sulit dari kegembiraan yang berlebihan ini, adalah membayangkan masa depan pemain muda seperti Mason Greenwood. Dua penampilan awalnya cukup menjanjikan, sementara kini ia mesti bersaing dengan bintang baru macam Jadon Sancho dan Cristiano Ronaldo. Entah, apa yang dia pikirkan saat ini. Sayangnya saya hanya fans MU yang berlebihan meng-adorasi sosok Cristiano Ronaldo.
Jika pembelian tersebut dinilai hanya untuk membeli sosok nama besar CR7, lebih dari pada kebutuhan akan lini depan yang dinilai aman-aman saja, maka sejatinya kedatangan sosok Ronaldo mesti menaikkan mental MU. Ya, soal kepercayaan, saya pikir MU kini bisa sedikit lebih jumawa dalam menatap kompetisi musim ini. Pun sosok Ronaldo di luar lapangan, dalam artian sosok kebintangannya, barangkali juga bakal meningkatkan penjualan. Sayangnya, Juventus dulu demikian.
ADVERTISEMENT
Entahlah, memang begitu jika kita menikmati sepak bola dengan rasa ketimbang logika. Tapi, sisi bagusnya, kedatangan Ronaldo seakan mengembalikan sepak bola sebagai mana dulunya. Sepak bola yang tetap memberi tempat nyaman pada legendanya, alih-alih sekadar berhitung dan menentukan visi jauh di masa depan. Ya, kedatangan Ronaldo menegaskan kembali, bahwa sepak bola modern belum habis romantisme-nya.
Hari ini dan beberapa hari ke depan, mungkin saya akan tetap kasmaran sebagaimana Jumat malam di hari pengumuman-nya kembali ke Teater Impian. Dan saya berharap Ronaldo berbisik pada dirinya sendiri bahwa “Saya tak akan menua!”, lantas tidak memudarkan kegembiraan yang berlebihan di awal ini, dan saya siap untuk berteriak “Siiii!” di setiap pekannya. Viva Ronaldo!
ADVERTISEMENT