Konten dari Pengguna

Melestarikan Tradisi Jaran Kepang

Dien Aulia
Saya merupakan seorang Mahasiswa aktif, Universitas Brawijaya yang tertarik pada bidang Copywriting, Social Media Savvy. Dengan beberapa pengalaman berkaitan yang saya miliki, membuat saya merasa nyaman dalam mendalami bidang tersebut.
10 Agustus 2023 17:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dien Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto panggung acara Jaran Kepang. Foto: Bagas Dwi Rabbani
zoom-in-whitePerbesar
Foto panggung acara Jaran Kepang. Foto: Bagas Dwi Rabbani
ADVERTISEMENT
Kebudayaan merupakan identitas suatu masyarakat yang memberi arah pada perilaku dan pola pikir anggotanya. Budaya juga berfungsi sebagai media untuk menyampaikan pengetahuan dan pengalaman, sehingga mempengaruhi cara orang berpikir, bertindak, dan merespons lingkungan mereka. Selain itu, budaya menjadi fondasi untuk seni, sastra, arsitektur, musik, dan berbagai bentuk ekspresi kreatif lainnya.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini kita akan membahas sebuah kesenian khas dari daerah timur Jawa, yaitu Jaran Kepang atau yang sering disebut sebagai kepangan. Seni ini merupakan sebuah seni adat yang telah dilestarikan secara turun-temurun dari para leluhur. Jaranan sendiri memiliki arti mengundang masa untuk dakwah agama.
Asal muasal seni ini terbentuk melalui Sunan Kalijaga, dengan dakwah-dakwahnya yang diserap, terjadilah sebuah perpaduan antara seni dan agama, sehingga terbentuklah Jaran Kepang. Dengan adanya latar belakang keagamaan ini, dipercayai bahwa jaran kepang merupakan bentuk suatu syukur kepada Gusti, Yang Maha Kuasa.
Kepangan biasa diadakan tiap seseorang menggelar sebuah hajat. Tuan rumah akan mengadakan acara ini untuk menghibur para pengunjung yang datang. Rangkaian yang ada di dalam acara ini pun terbilang unik, karena sebelum dilakukannya acara inti atau kepangan tersebut, akan dilakukan ritual terlebih dahulu di tempat pelaksanaan hajat, guna menghormati dan izin kepada para leluhur setempat.
ADVERTISEMENT
Ritual ini berupa kemenyan dan dupo, kedua ritual ini memiliki arti tersendiri di mana kemenyan bertujuan untuk menunjukkan rasa pujaan kepada Gusti (Tuhan) sedangkan Dupo bertujuan untuk mengundang para leluhur serta menjadi bahan komunikasi dengan yang Kuasa. Saat jalannya ritual, memakan waktu sekitar 10 hingga 15 menit.
Foto acara Jaran Kepang. Sumber: Bagas Dwi Rabbani
Setelah melakukan ritual, barulah Kepangan bisa dilakukan. Waktu acara Jaran Kepang ini pun terbilang lama, karena biasanya pada tengah hari acara sudah dimulai dengan bentuk arak-arakan manten dan akan selesai saat pagi menjelang.
Tak hanya itu, acara ini juga memiliki makna tersendiri, seperti mengatasi berbagai musibah, wujud doa agar masyarakat diberikan keamanan serta ketentraman dan juga sebagai alat mediasi bagi masyarakat muda kepada leluhur. Kepangan diyakini bisa membantu manusia untuk menyadarkan mereka dari perbuatan negatif dan membantu untuk kembali ke jalan yang benar.
ADVERTISEMENT
Namun, banyaknya miskonsepsi membuat jaran kepang dipandang sebelah mata dan dianggap mengundang hal-hal mistis yang tidak benar, nyatanya setiap wejangan dan ritual semata-mata ditujukan untuk mengundang para leluhur terdahulu demi menghormati mereka atas segala hal yang telah diberi dan hasilnya bisa kita manfaatkan sampai kini.
Tak dapat dipungkiri banyaknya perbedaan antar masyarakat yang ada dapat menimbulkan perbedaan pola pikir serta pendapat, yang perlu digarisbawahi ialah kita hidup menjunjung tinggi Kebhinnekaan yang tanggal Ika, maka dari itu alangkah baiknya jika kita saling menghormati seluruh perbedaan yang ada termasuk kegiatan seni dan budaya yang terbilang Istimewa.