Anjuran 'Berpikir Positif' saat COVID-19 Bahayakan Banyak Nyawa, Kecuali?

Dien Nurdini Nurdin
Menamatkan pendidikan S1 dan S2 di Fakultas Psikologi UI, kini berprofesi sebagai Psikolog bersertifikat HIMPSI, dosen Fakultas Psikologi UI, dan ibu dari tiga anak.
Konten dari Pengguna
12 April 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dien Nurdini Nurdin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tes darah yang positif corona. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tes darah yang positif corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat ini beredar sebuah pro-kontra tentang anjuran pemerintah untuk berpikir positif. Pemerintah dianggap lebih mengampanyekan berpikir positif namun (diduga) kurang menyampaikan informasi sebenarnya agar masyarakat tidak panik. Di satu sisi, sikap pemerintah dikritik telah memunculkan kelengahan yang membuat masyarakat cenderung abai dan tidak patuh. Di sisi lain, sebagian berpendapat bahwa pikiran positif adalah sesuatu yang diperlukan untuk memperkuat imun di situasi pandemi seperti ini.
ADVERTISEMENT

Memang di mana sih salahnya berpikir positif?

Mari definisikan dulu arti dari berpikir positif atau sikap optimis. Secara umum, berpikir positif bisa diartikan mengharapkan hasil terbaik dari situasi yang dihadapi. Sayangnya, rasa optimis ini sering disalah artikan dengan menekan perasaan-perasaan negatif seperti sedih, marah, takut yang sebetulnya wajar dialami di kondisi tidak ideal. Padahal pemahaman situasi dan emosi negatif perlu dialami, untuk lalu pikiran positif dapat memberi manfaat dengan menyusun strategi yang produktif. Jika yang terjadi malah mengabaikan bahaya yang sedang dihadapi, berpikir positif bukan hanya tidak akan berguna, tetapi malah memberikan efek negatif.

Rasa Takut yang Bermanfaat

Kalau ada yang pernah nonton film Inside Out, terilustrasikan dengan jelas kalau semua emosi itu penting. Ada manfaatnya. Dan tidak selamanya kita bisa merasa selalu senang, selalu nyaman. Begitu juga rasa takut (Fear) diciptakan bermanfaat. Loh, tapi katanya rasa takut bisa menurunkan imun?
Tokoh Fear dalam Inside Out.
Oke, kita ilustrasikan rasa takut ini ke istilah t kecil dan T besar. Rasa takut ini bermanfaat pada dosis tertentu (t kecil) untuk membuat kita waspada, awas, berikhtiar. Tujuannya satu, melindungi kita dari bahaya. Tetapi kalau sudah membesar, rasa takut ini (T besar) bisa berkembang menjadi perasaan yang tidak terkontrol. Alih-alih menyelesaikan situasi, kita malah terlalu gelisah, sulit berpikir jernih dan rasional, serta mengeluarkan hormon-hormon stress berlebihan yang merugikan tubuh.
ADVERTISEMENT
Contoh, ketika kita akan menghadapi ujian minggu depan. Hadirnya t kecil akan membuat kita waspada dan berusaha mempersiapkan ujian di hari H tersebut. Tanpa t kecil, efeknya kita menjadi terlalu santai, tanpa persiapan, yang akhirnya berujung kegagalan. Kalau yang datang malah si T besar, bisa jadi menjelang ujian malah sakit perut, sariawan, gelisah, nggak bisa mikir, dan sakit betulan.
Di situasi pandemi seperti ini, ketika kita sama sekali menghindari rasa takut, dan jika ternyata pemerintah gagal menyampaikan situasi sebenarnya ke tengah masyarakat, maka kita berpotensi menolak si t kecil hadir. Kita jadi terlalu santai, sama sekali menghindari berita, lebih kurang waspada, mengabaikan anjuran pemerintah, dan tetep berkegiatan seperti biasa.
ADVERTISEMENT
Nah jadi gimana dong? Yuk kita terima si t kecil hadir secara proporsional, karena tujuannya pun baik mau memperingatkan kita biar kita lebih waspada, berhati-hati, dan berusaha sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Hadirnya si t kecil juga bermanfaat untuk meningkatkan adrenalin yang mendorong kita lebih berusaha untuk keluar dari keadaan. Dan juga kalau teratasi dengan baik (misal dengan pandemi ini mempererat hubungan dengan orang lain, lebih sering video call, tanya kabar), efeknya malah akan menghasilkan hormon bahagia yang justru bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tapi juga si t kecil ini harus dijaga biar ngga kebablasan jadi T besar. Bagaimana caranya? Secara rutin lakukan teknik-teknik yang bisa menenangkan emosi (lambatkan napas, olah raga, meditasi) dan jika dirasa terlalu mengganggu segera minta bantuan psikolog professional.
ADVERTISEMENT

Bagaimana pemerintah mengkampanyekan optimisme tanpa masyarakat menjadi abai?

Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah saat ini adalah, pertama, izinkan masyarakat mengetahui kondisi yang sedang dihadapi secara transparan. Dengan ini masyarakat memiliki ruang yang proporsional untuk merasakan emosi negatif yang sudah sewajarnya. Kedua, agar rasa takut tidak berkembang berlebihan dan masyarakat bisa tetap optimis, pemerintah harus punya langkah-langkah rencana solusi yang terukur dan terarah. Penting untuk pemerintah menyampaikan secara jelas mengenai langkah-langkah apa yang sudah dilakukan dan akan dilakukan terkait hal-hal yang bisa menjadi sumber kekhawatiran masyarakat.
Gaya komunikasi ini juga yang dipakai oleh beberapa negara maju. Singapura dalam pidato terbarunya, menyampaikan fakta-fakta terbaru, risiko terburuk, apa yang sudah dilakukan, secara empati memahami kekhawatiran masyarakat, beserta apa yang perlu masyarakat lakukan ke depannya:
ADVERTISEMENT
[LIVE HD] Singapore PM Lee Hsien Loong addresses nation on COVID-19 situation
Lihat juga cara gubernur New York yang menyampaikan data-data yang terukur dan ungkapan yang berempati mengenai situasi sulit dalam pidatonya:
Governor Cuomo Announces New York State is Ramping up Antibody Testing
Sementara itu, gaya komunikasi pemerintah Indonesia (yang selama ini cenderung abstrak, tanpa data, dan tidak spesifik) bisa dilihat di sini:
“Pesan Presiden Jokowi untuk Masyarakat Indonesia terkait COVID-19”
(berterima kasih pada tenaga medis, meminta masyarakat optimis dan tetap di rumah)
Kira-kira mana yang menghasilkan optimis yang bermanfaat untuk saat ini?
Rujukan pro-kontra:
https://theconversation.com/mengapa-anjuran-berpikir-positif-saat-pandemi-covid-19-justru-bahayakan-nyawa-banyak-orang-135686?fbclid=IwAR3l1tQg5tYak8DH0RYrk2-dFgAvvOwJtMG9XkCN5_1y-Jxvipo96OKNBzg
https://minanews.net/anjuran-berpikir-positif-saat-wabah-berbahaya-oleh-dr-c-hilmy-wahdi-m-psi/?fbclid=IwAR0Qd2fGZ-h-0JsBZUmsIimCiT4P95CpTC3FqR0s6uTRVyagIZ9PmmzmJfY