Konten dari Pengguna

Benang Merah antara Manhattan dan Pulau Run di Kepulauan Banda

Dieny Maya Sari
Just an ordinary person who loves the sky too much and befriends with the wind.
29 April 2018 16:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dieny Maya Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Benang Merah antara Manhattan dan Pulau Run di Kepulauan Banda
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Keterangan: Manhattan dari Dumbo, Brooklyn (Sumber: koleksi pribadi)
Siapa yang tidak mengenal Manhattan? Wilayah (atau disebut borough) yang menjadi jantung kehidupan kota New York, Amerika Serikat, ini sering dideskripsikan sebagai pusat budaya, finansial, media, dan hiburan dunia. Wall Street yang terletak di Lower Manhattan menjadikan New York City sebagai kota dengan perekonomian terkuat dan menguasai pusat keuangan dunia.
ADVERTISEMENT
Manhattan juga menjadi rumah tidak saja bagi banyak artis Hollywood yang kita kenal, tetapi juga para konglomerat media multinasional. Manhattan sering dijadikan setting untuk cerita di buku-buku, film, dan serial televisi yang sering dinikmati oleh masyarakat seluruh dunia. Selain itu, di Manhattan pula kantor pusat PBB berdiri dan menjadikannya salah satu pusat politik dunia.
Dengan gegap gempita kehidupan metropolis dan dijuluki sebagai “The City that Never Sleeps”, siapa menyangka ternyata Manhattan memiliki benang merah sejarah dengan Indonesia? Betul, ternyata di masa lampau Manhattan telah berbagi sejarah dengan Indonesia.
Benang Merah antara Manhattan dan Pulau Run di Kepulauan Banda (1)
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan: Manhattan (Sumber: dailypost.co.uk)
Benang merah dimulai ketika kedatangan Henry Hudson di Pulau Manhattan pada tahun 1609. Hudson adalah seorang kebangsaan Inggris yang bekerja untuk Dutch East India Company, atau dalam buku sejarah kita kenal sebagai Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC – nah, pasti langsung tahu kan?). Sejak itulah area Manhattan terpetakan.
ADVERTISEMENT
Kolonisasi bangsa Belanda di kawasan pantai timur Amerika Utara atau saat itu disebut New Netherland di bawah kekuasaan Dutch West India Company dimulai tahun 1624 yang kemudian membangun benteng Fort Amsterdam di New Amsterdam atau sekarang Lower Manhattan. Pembangunan benteng ini kemudian dianggap sebagai kelahiran dari New York City.
Manhattan sendiri kemudian dibeli oleh Peter Minuit pada tahun 1626 yang saat itu menjabat sebagai Director New Netherland. Minuit melakukan transaksi dengan suku Indian Lenape dan berhasil menukar Manhattan dengan harga 60 guilders atau saat ini setara dengan US$26.
Kolonisasi Belanda sempat terhenti ketika pada tahun 1664 bangsa Inggris mengambil alih New Netherland dan mengganti namanya menjadi New York. Namun pada bulan Agustus 1673 Belanda kembali menguasai kota tersebut dan mengganti kembali namanya menjadi “New Orange”.
ADVERTISEMENT
Setelah Perang Anglo-Belanda Kedua, tepatnya pada 31 Juli 1667 Belanda dan Inggris menandatangani Traktat Breda atau Treaty of Breda di Belanda. Salah satu kesepakatan keduanya setelah melalui negosiasi yang alot adalah Belanda menyerahkan Manhattan kepada Inggris dan sebaliknya Inggris melepaskan klaimnya atas Pulau Run, salah satu pulau di Kepulauan Banda, serta menyerahkannya kepada Belanda.
Benang Merah antara Manhattan dan Pulau Run di Kepulauan Banda (2)
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan: salah satu bagian Traktat Breda (Sumber: Wikipedia)
Tunggu sebentar…Banda? Kepulauan Banda-nya Indonesia?
Ya, betul sekali. Selain sama-sama menjadi daerah kolonialnya bangsa Belanda dan Inggris di abad 17, pertukaran Manhattan dan Pulau Run ini merupakan satu sejarah penting lagi yang menjadi benang merah hubungan Manhattan dan Indonesia. Benang merah yang seakan dilupakan, bahkan oleh bangsa Indonesia sendiri.
ADVERTISEMENT
Hampir dapat dipastikan bahwa seluruh masyarakat dunia mengetahui atau setidaknya mendengar tentang Manhattan. Namun seberapa banyak dari mereka yang mengetahui Pulau Run? Bahkan apakah masyarakat Indonesia sendiri mengetahui keberadaan Pulau Run, pulau yang memiliki peran penting dalam sejarah dunia?
Benang Merah antara Manhattan dan Pulau Run di Kepulauan Banda (3)
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan: Pulau Run di Kepulauan Banda (Sumber: alamendah.org)
Pulau Run atau Rhun adalah salah satu pulau terkecil dari 11 pulau di Kepulauan Banda, Maluku, dengan hanya memiliki panjang 3 km dan lebar kurang dari 1 km. Pulau kecil inilah merupakan salah satu pulau di Kepulauan Banda yang menjadi tempat tumbuhnya pohon pala dengan subur, jenis rempah yang paling dicari di dunia 350 tahun yang lalu.
Saat itu harga pala di pasar Eropa sama dengan harga emas dan awalnya hanya pedagang Arab yang menguasai perdagangan pala. Untuk menguasai pasar, para pedagang Arab merahasiakan letak Banda dan tidak ada bangsa lain yang mengetahui letak penghasil pala ini.
ADVERTISEMENT
Begitu berharganya pala menjadikan Portugis, Inggris, Spanyol dan Belanda bersaing untuk menemukan letak pulau rempah ini, yang akhirnya ditemukan awalnya oleh Portugis, diikuti oleh Belanda dan Inggris.
Pada tahun 1616, Nathaniel Courthope yang bekerja untuk English East India Company mengambil alih pulau subur ini dan berhasil mencapai kesepakatan dengan penduduk setempat dengan ditandatanganinya kontrak yang mengakui Raja James I sebagai penguasa mereka. Saat itu, perdagangan pala di kawasan Kepulauan Banda, seperti Banda Neira dan Lontor sudah dimonopoli oleh VOC Belanda dengan didirikannya benteng-benteng pertahanan.
Perang antara Inggris dan Belanda untuk menguasai perdagangan dunia mewarnai abad ke-17. Traktat Breda adalah solusi yang disepakati setelah sebelumnya terjadi dua peperangan, yaitu pada tahun 1652 – 1654 dan kemudian 1665 – 1667.
ADVERTISEMENT
Saat perjanjian tersebut, pihak Inggris sempat menawarkan untuk menukar dengan wilayah pabrik gula mereka di pesisir Suriname. Namun Belanda ngotot ingin memainkan peran monopoli mereka dalam perdagangan pala di pasar dunia sehingga memaksa Inggris untuk melepaskan Pulau Run.
Benang Merah antara Manhattan dan Pulau Run di Kepulauan Banda (4)
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan: Pulau Run, rebutan Inggris dan Belanda 3,5 abad yang lalu (Sumber: Indonesia Travel Magazine)
Terlepas dari peran penting Pulau Run dalam perdagangan rempah-rempah 350 tahun yang lalu, nyatanya sekarang situasi dan kondisi di pulau tersebut berbeda 180 derajat dengan pulau tukarannya, Manhattan.
Ketika saat ini Manhattan menjadi kota metropolitan dan pusat perekonomian dunia, Pulau Run masih sulit dijangkau dan terisolasi seperti layaknya 3,5 abad yang lalu. Lebih ironisnya, sejarah yang sedemikian pentingnya bagi bangsa ini pun nyaris terlupakan.
ADVERTISEMENT
(Sumber: dari berbagai sumber)