Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Forum Dialog Lintas Agama Ke-3 Indonesia dan Denmark
3 Oktober 2019 23:59 WIB
Tulisan dari Dieny Maya Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
KOPENHAGEN (3/10). “Di era teknologi informasi yang berkembang saat ini, arus informasi, berita, dan opini dengan mudahnya dapat dibagikan, dipublikasikan dan diakses oleh siapapun, di manapun, dan kapan pun. Dengan demikian, individu bahkan organisasi yang tidak bertanggung dapat menyebarkan hate speech dan fake news berakibat terbangunnya kebencian dan opini publik negatif,” ujar Duta Besar RI untuk Denmark, M. Ibnu Said, dalam sambutannya pada pembukaan The Third Indonesia – Denmark Interfaith and Intermedia Dialogue yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, 3 Oktober 2019.
ADVERTISEMENT
“Indonesia dan Denmark memiliki tantangan yang sama dalam mengatasi ujaran kebencian (hate speech), berkembangnya intoleransi, dan ekstremisme. Dialog lintas agama dan media seperti saat ini adalah salah satu kerja sama yang dilakukan kedua negara dalam upaya mengatasi tantangan tersebut,” lanjut Dubes Ibnu Said.
Duta Besar Michael Suhr, Special Representative for Freedom of Religion or Belief Kementerian Luar Negeri Denmark, menggarisbawahi pentingnya mempromosikan toleransi dan upaya untuk saling menghormati di antara masyarakat yang pluralis.
“Forum dialog ini merupakan pondasi dasar kedua negara untuk meningkatkan kerja sama bilateral dalam mewujudkan keharmonisan dan rasa saling pengertian,” ujar Dubes Michael Suhr. “Pendidikan kepada masyarakat juga elemen yang sangat penting dalam memberikan pemahaman dan penjelasan akan pluralisme, keragaman budaya dan agama, serta tenggang rasa,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pembicara Indonesia pada forum dialog tersebut adalah Prof. Syafiq Mughni (Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban), Romo Eko Armada Riyanto (Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana), Agus Sudibyo (Dewan Pers Indonesia), Jati Savitri (Media Group), dan Rudi Sukandar (The Habibie Centre). Sedangkan Denmark menghadirkan Jacob Mchangama (Direktur dan pendiri Justitia, judicial think tank Denmark yang pertama), Filip Buff Pedersen dari Danish Mission Council dan Lucas Skræddergaard (The Danish Youth Council’s Board and the Christian Youth Organization “Ung Mosaik”).
Forum tersebut membahas keragaman budaya, kebebasan beragama, peran pemuka agama dan masyarakat dalam membangun masyarakat damai dan inklusif, serta keterlibatan pemuda dan media dalam upaya menangani penistaan agama. Selain itu dibutuhkan peran media, unsur masyarakat, dan pemerintah, terutama dalam penetapan dan implementasi kebijakan legal, upaya literasi bermedia sosial yang bertanggung jawab dan media yang menyuguhkan kebenaran tetapi tidak bias dan tidak memprovokasi.
ADVERTISEMENT
Delegasi Indonesia juga berkunjung ke Danish Islamic Center dan berdialog dengan ulama Denmark. Selain itu juga melakukan pertemuan dengan VINK, sebuah lembaga deradikalisasi ekstremisme di kota Kopenhagen. Kunjungan ini memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait praktik beragama dan interaksi antarumat beragama di Denmark, serta upaya Pemerintah Denmark dalam mengatasi ekstremisme.
Indonesia – Denmark Interfaith and Intermedia Dialogue merupakan wujud komitmen kedua negara untuk meningkatkan kerja sama dalam memajukan demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, dan kebebasan dalam beragama sebagaimana tercantum dalam Plan of Action 2017 – 2020 for the Partnership between the Government of the Kingdom of Denmark and the Government of the Republic of Indonesia. Pada tahun 2020 yang akan datang hubungan diplomatik Indonesia dan Denmark akan mencapai 70 tahun.
ADVERTISEMENT