Resensi Novel Lelaki Harimau Karya Eka Kurniawan

Difa Aprilia
Mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
24 Oktober 2022 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Difa Aprilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: penulis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Identitas Buku
Judul: Lelaki Harimau
Pengarang: Eka Kurniawan
Tahun Terbit: 2004
ADVERTISEMENT
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 190 halaman
Jenis Buku: Fiksi
Sinopsis
Lelaki Harimau merupakan novel yang membahas tentang kisah pembunuhan di sebuah kota kecil. Kisah ini dimulai dengan terbunuhnya Anwar Sadat yang dibunuh oleh seorang pemuda, Margio, dengan cara digigit hingga urat lehernya putus. Pembunuhan Anwar Sadat sungguh membuat seluruh warga heran karena tidak mengerti mengapa Margio membunuh Anwar Sadat. Margio ditahan dan dimintai keterangan, tetapi Margio mengatakan bahwa bukan dirinya yang membunuh Anwar Sadat, tetapi harimau putih dalam tubuhnya.
Secara garis besar, novel ini membahas tentang bagaimana kehidupan Margio, seorang anak sulung dari keluarga yang tidak harmonis. Ayahnya bernama Komar bin Syurb, dan ibunya bernama Nuraeni. Sejak kecil, kehidupan Margio tidak terlepas dari pukulan ayahnya. Bahkan, tak hanya Margio, Nuraeni dan adik Margio yang bernama Mameh pun turut mendapat perlakuan yang kasar dari Komar. Sepanjang hidup Margio, ayahnya selalu kasar pada keluarganya. Akibatnya, ibunya tidak kuat menghadapi ayahnya, sehingga membuatnya gila dan selalu berbicara dengan panci atau kompornya. Oleh sebab itu, Margio membenci ayahnya seumur hidupnya.
ADVERTISEMENT
Seiring bertambahnya usia Margio, Margio semakin muak dengan kelakuan ayahnya yang kasar. Dalam menghindari hal itu, Margio seringkali pergi meninggalkan rumah dan ikut memburu babi bersama Mayor Sadrah. Suatu hari, Margio sedang tidur di surau selama berhari-hari. Pada saat itulah Margio sadar bahwa harimau turun temurun dari kakeknya telah pindah padanya. Seekor harimau berbulu putih. Harimau tersebut didapati dari menikahi harimau, yang dilakukan oleh tetua dalam keluarganya sehingga harimau tersebut menurun pada Margio.
Cerita berpindah pada ibunya, yang diceritakan membantu rumah tetangganya Anwar Sadat, seorang seniman yang memiliki istri bernama Kasia dan tiga orang anak bernama Laila, Maesa Dewi, dan Maharani. Nuraeni yang selalu mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya, akhirnya memperoleh kehangatan dari Anwar Sadat. Suatu ketika, Margio mendapati ibunya telah hamil dan melahirkan seorang anak. Adik Margio tersebut meninggal beberapa hari setelah dilahirkan, dan kemudian diketahui bahwa anak tersebut adalah anak dari ibunya dan Anwar Sadat. Komar, Margio, dan Mameh tidak menyadari bahwa ibunya telah mengandung. Dari situlah, sakit hati dalam diri Margio semakin tinggi dan Margio memutuskan pergi dari rumah. Selain itu, Margio yang berpacaran dengan anak Anwar Sadat pun turut memutuskan hubungannya. Hingga suatu hari, Margio berkunjung ke rumah Anwar Sadat dan meminta Anwar Sadat menikah dengan ibunya. Anwar menolaknya karena tidak mencintai ibunya. Margio habis kesabaran, saat itulah harimau dalam tubuh Margio menghabisi Anwar Sadat.
ADVERTISEMENT
Kelebihan Novel
Novel ini merupakan novel yang isinya menggambarkan ciri khas pengarangnya. Dengan telaten, Eka membangun metafora dengan mengaitkannya terhadap binatang. Selain itu, novel ini lebih menarik karena detail yang turut dituliskan Eka Kurniawan. Melalui novel ini, unsur feminis juga dihadirkan secara tidak langsung. Diksi dan gaya bahasa yang digunakan Eka juga menggambarkan kejujuran dan ketegasan ceritanya. Sehubungan dengan itu, Eka dalam novel ini banyak menggunakan gaya bahasa repetisi. Terakhir, novel ini juga membebaskan pembacanya dalam menerjemahkan metafora yang ada. Secara keseluruhan, novel ini berhasil mewakili bentuk kekerasan rumah tangga melalui kisah yang sangat menarik.
Kekurangan Novel
Novel ini juga memiliki kekurangan. Sebagai sebuah novel, Lelaki Harimau terlalu menggunakan kata kiasan yang sulit dipahami orang awam. Dengan kata lain, diksi dan gaya bahasa metafora yang digunakan Eka tidak hanya sebagai kelebihan, tetapi juga kekurangan. Selain itu, novel ini juga memiliki alur yang campuran yang akan membingungkan pembaca awam. Pemilihan kata yang sulit akan membuat fokus pembaca terbagi dalam mengartikan kata-kata tersebut. Sehubungan dengan itu, penggunaan alur yang deskriptif tetapi campuran semakin menyulitkan pembacanya.
ADVERTISEMENT