Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kesadaran dan Empati untuk Kesejahteraan Guru Honorer di Indonesia
20 Desember 2024 23:29 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Hanna Nadhifah A'izza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Permasalahan kesejahteraan guru honorer di Indonesia kian mendesak untuk mendapat perhatian. Dalam hal ini, media memiliki peran krusial dalam membentuk opini publik dan memengaruhi kebijakan. Kasus Supriyani, seorang guru honorer yang dituduh melakukan penganiayaan, menjadi salah satu contoh kasus yang menonjol dalam pemberitaan, terutama di platform iNews.com dan Liputan 6. Namun, cara kedua media ini membingkai isu tersebut menunjukkan pendekatan yang berbeda dan memberikan pelajaran penting tentang tanggung jawab media dalam isu sosial.
ADVERTISEMENT
iNews.com menyoroti ketidakadilan yang dialami oleh Supriyani dan guru honorer lainnya. Media ini menggambarkan Supriyani sebagai korban dari sistem yang kurang memperhatikan kesejahteraan tenaga pendidik, bahkan menghadapi tuduhan tidak berdasar untuk membungkam kritik. Dengan menyertakan elemen multimedia seperti video dan wawancara langsung, iNews.com menyajikan narasi yang mampu membangkitkan empati publik dan dukungan terhadap perjuangan guru honorer.
Sebaliknya, Liputan 6 mengusung pendekatan yang lebih netral dan berimbang, memberi ruang kepada semua pihak untuk menyampaikan perspektif mereka, termasuk aspek hukum kasus tersebut. Pendekatan ini penting untuk menjaga objektivitas, tetapi terkadang kehilangan elemen emosional yang dapat memperkuat perhatian publik terhadap isu mendasar, yakni kesejahteraan guru honorer.
Kedua pendekatan ini memiliki nilai masing-masing, namun yang lebih penting adalah bagaimana media bisa menciptakan kesadaran kolektif dan memotivasi tindakan nyata untuk meningkatkan kondisi guru honorer. Media harus menjadi lebih dari sekadar penyampai informasi, yakni sebagai agen perubahan yang membantu masyarakat memahami hak-hak guru dan tantangan yang mereka hadapi.
ADVERTISEMENT
Menghindari sensasionalisme dalam pemberitaan adalah kunci, terutama untuk isu sensitif seperti ini. Sensasionalisme hanya akan merusak reputasi individu yang terlibat dan mengaburkan fokus dari masalah utama. Sebaliknya, pendekatan yang menonjolkan sisi kemanusiaan dan empati dapat memperkuat dukungan masyarakat terhadap guru honorer.
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, media juga perlu menyajikan solusi konkret. Misalnya, menyisipkan rekomendasi langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperbaiki kondisi guru honorer, termasuk pembahasan perlindungan hukum dan upaya peningkatan kesejahteraan mereka. Dengan mengangkat diskusi ini, media dapat memperluas wawasan publik dan mendorong pemerintah untuk mengambil langkah konkret.
Singkatnya, pemberitaan tentang kasus Supriyani dan kesejahteraan guru honorer adalah panggilan bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap nasib tenaga pendidik. Media memiliki tanggung jawab besar untuk membangun narasi yang berimbang, empatik, dan solutif, demi mendorong perubahan yang nyata. Dukungan publik terhadap perjuangan guru honorer adalah kunci untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan merata di Indonesia.
ADVERTISEMENT