Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Lingkaran Wina: Pengembang Pemikiran Filsafat Positivisme Logis
3 Juni 2024 10:06 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dinda Fitriyana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Positivisme dan Positivisme Logis
Positivisme merupakan sebuah aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pentingnya pengetahuan yang bersifat empiris, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman. Istilah positivisme pertama kali dicetuskan oleh Henri de Saint Simon dan kemudian dikembangkan oleh muridnya yang bernama Auguste Comte dalam karyanya yang berjudul “Cours de Philosophie Positive” pada abad ke-19. Positivisme menganggap bahwa ilmu pengetahuan yang berdasarkan inferensi logis adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang valid dan fakta sejarah mungkin bisa menjadi objek pengetahuan. Positivisme hanya mengakui ilmu pengetahuan yang dapat terverifikasi secara empiris serta menolak segala bentuk spekulasi metafisika, teologi, atau subjek-subjek di belakang fakta. Positivisme mengalami perkembangan menjadi beberapa bentuk pemikiran, di antaranya yaitu positivisme sosial, positivisme evolusioner, dan positivisme logis atau neo-positivisme. Positivisme logis lahir dan berkembang dari pemikiran sekelompok intelektual yang dikenal dengan sebutan Vienna Circle atau Lingkaran Wina.
Latar Belakang dan Tujuan Lingkaran Wina
ADVERTISEMENT
Lingkaran Wina (Inggris: Vienna Circle, Jerman: Wiener Kreis) merupakan sebuah kelompok gerakan intelektual dalam bidang filsafat yang berisikan para tokoh filsuf, akademisi, dan ilmuwan aktif di Universitas Wina, Austria. Lingkaran Wina didirikan oleh Moritz Schlick pada tahun 1924, walau begitu pertemuan antara anggotanya sudah terjadi sejak 1922 dan rutin berlangsung hingga 1938. Awal mulanya, filsafat ilmu diperkenalkan oleh sekelompok ahli ilmu pengetahuan alam di Universitas Wina dan mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini kemudian menjadikan filsafat ilmu sebagai salah satu topik ajaran di universitas tersebut. Para ahli tersebut tergabung dalam sebuah kelompok yang rutin menggelar diskusi ilmiah, kelompok diskusi inilah yang kini dikenal dengan sebutan Lingkaran Wina. Kelompok ini menginginkan adanya unsur pemersatu dalam ilmu pengetahuan, di mana unsur tersebut harus beracuan pada bahasa dan cara kerja ilmiah yang empiris dan berdasarkan inferensi logis. Unsur pemersatu tersebut adalah filsafat ilmu. Maka dari itu, Lingkaran Wina berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains.
ADVERTISEMENT
Tujuan dibentuknya kelompok diskusi ini adalah untuk mewujudkan konsep unified science. Unified science atau ilmu pengetahuan yang terpadu merupakan sebuah gagasan tentang integrasi berbagai disiplin ilmu menjadi satu kerangka ilmiah yang kohesif dan padu. Lingkaran Wina memiliki program untuk menjadikan metode-metode yang berlaku dalam ilmu pasti dan ilmu alam seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi sebagai metode pendekatan dan penelitian dalam ilmu kemanusiaan, seperti filsafat, psikologi, dan sosiologi. Lingkaran Wina percaya bahwa dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu ke dalam satu kerangka kerja yang seragam dan terstandarisasi, manusia mampu mencapai pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam semesta beserta fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Unified science bertujuan untuk menciptakan sistem pengetahuan yang lebih kokoh, terstruktur, dan dapat diandalkan, serta tetap didasarkan pada prinsip-prinsip logis dan empiris.
ADVERTISEMENT
Selain Moritz Schlick, tokoh-tokoh yang menjadi anggota aktif Lingkaran Wina di antaranya adalah Rudolf Carnap, Otto Neurath, dan Hans Hahn. Sekitar tahun 1937-1938, segala aktivitas Lingkaran Wina mengalami penurunan secara signifikan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, di antaranya yaitu kematian Moritz Schlick, terjadinya Perang Dunia II, dan pembubaran tidak resmi yang dilakukan oleh Partai Nazi. Beberapa anggota kemudian memutuskan untuk bermigrasi ke Amerika Serikat.
Peran Lingkaran Wina dalam Perkembangan Ilmu Filsafat
Dengan pemikiran yang revolusioner, Lingkaran Wina memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu filsafat. Mereka secara aktif mengembangkan pemikiran positivisme logis yang berfokus mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu menjadi satu kerangka ilmiah yang tetap mengedepankan prinsip logis dan empiris melalui konsep unified science. Bahkan setelah pembubarannya, para tokoh Lingkaran Wina masih mampu menarik minat publik dengan ide dan pemikiran positivisme logis. Hal ini dibuktikan dengan positivisme logis yang mampu menggeser pemikiran pragmatisme yang kala itu mendominasi di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Referensi Bacaan