Konten dari Pengguna

Menelaah Politik Dinasti Di Indonesia

Diki Wahyudi
Mahasiwa Fisip Universitas Muhammadiyah Malang, Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. IG. Dikiwahyudi002
3 September 2020 8:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diki Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: Law Justice
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Law Justice
Ada cerita menarik, dalam kehidupan masyarakat jawa, hubungan antara hamba dan tuan bukan bersifat tak pribadi, melainkan hubungan tersebut lebih bersifat pribadi dan sangat akrab, saling menghargai, hormat dan tanggung jawab. Secara kasat mata menggambarkan kasih sayang, namun keragaman dalam keseragaman menjadi ciri khas tersendiri.
ADVERTISEMENT
Logika kekuasaan didasarkan pada darah atau hubungan baik antar sesama yang sudah terbangun begitu lama. Kedudukan raja dalam tata negara jawa, lebih dari sekedar pemimpin, masyarakat bisa menyatu dengan tuhan melalui raja. Ketaatan terhadap raja menunjukan ketaatanya terhadap nirwana. Raja-lah sebagai pusat dunia.
Kepatuhan masyarakat kepada raja, diibaratkan seperti hubungan keluarga antara anak dan ayah. Pengabdian kepada raja sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat karena seorang raja sebagai simbol pelindung, seperti apapun kondisinya perlindungan raja dan pengabdian masyarakat, bisa di sebut sebagai takdir.
Dari kisah kehidupan masyarakat jawa, kita bisa melihat bersama bahwasannya rasa kekeluargaan yang sangat kuat, baik itu yang mempunyai hubungan darah maupun tidak, ketika sudah terbangun dengan baik rasa tersebut, maka definisi keluarga bisa menjadi instrumen penting dalam konteks kehidupan dan bisa mempengaruhi berbagai macam kebijakan yang ada.
ADVERTISEMENT
Kita sebenarnya bisa merenung, kata keluarga sering dipandang sebagai sistem sosial terbuka dan berinteraksi langsung dengan sistem yang lebih besar dari masyarakat semisal, seperti politik, agama, sekolah, ekonomi dan yang lainnya. Sistem keluarga terdiri dari bagian fungsi dan bagian yang berinteraksi langsung antar sesama anggota yang membentuk pola interaksi.
Munculnya Dinasti Politik
Dinasti politik tidak pernah berakhir jika terus menyuburkan praktek nepotisme, namun hal itu juga rentan akan menciptakan para oligarki yang sarat akan banyaknya kepentingan yang mereka ingin muluskan. Haus kekuasaan sudah menjadi perbincangan di kalangan publik karena sering sekali melihat pemimpin yang mempertahankan dinasti politiknya.
Di Indonesia, dinasti politik menjadi permasalahan yang sangat serius. Di setiap perhelatan pilkada atau pemilihan serentak pasti yang namanya dinasti politik ada dan tidak bisa dipungkiri keberadaannya di Indonesia. Kekentalan tersebut terkadang membuat masyarakat enggan untuk berpartisipasi di setiap perhelatan pesta demokrasi.
ADVERTISEMENT
Mungkin sebagian masyarakat masih belum melihat dampak dari dinasti politik. Sektor kekuasaan dikuasai seluruhnya oleh segelintir orang yang sudah menempatkan keluarganya di tiap-tiap pos kekuasaan, sedangkan dalam rangka mengubah kebijakan yang berpihak terhadap masyarakat akan sulit, mengingat dilingkaran kekuasaan sudah terjalin sangat kental dinasti politik.
Modus dinasti politik yang dilakukan para penguasa semisal menempatkan orang-orang yang masih mempunyai hubungan darah, Kekerabatan, keturunan, atau hubungan keluarga yang lainnya, para penguasa juga menempatkan para orang kepercayaannya untuk duduk di posisi penting pemerintahan.
Di era kepemimpinan presiden Jokowi dodo dan Ma’ruf amin, wacana putra dan menantunya untuk ikut berlaga di kontestasi pilkada 2020 menjadi salah satu bukti betapa berambisinya para penguasa tersebut. Tidak jauh-jauh, terdapat disekitaran Malang raya, dimana suami-istri berambisi untuk membangun politik dinasti.
ADVERTISEMENT
Dinasti politik dengan mudahnya sering kita jumpai, mulai dari jaman soekarno, soeharto, megawati, SBY sampai sekarang. Semuanya yang duduk di parlemen mayoritas mempunyai hubungan yang sangat erat, tak jauh dari petahana yang menjabat di berbagai sektor, tak hanya di sektor pusat didaerah pun kental dengan dinasti politik.
Mulai dari sejarah masyarakat jawa, hingga termanifestasikan kedalam kultur setiap rezim, baik itu soekarno, soeharto, hingga saat ini, kita bisa melihat bangunan politik dinasti yang sudah terbangun atas kekentalan pondasi kekeluargaan yang sudah terbangun sangat erat, baik itu yang mempunyai hubungan darah atau hubungan kekerabatan.
Membedah politik dinasti dari teori fungsionalisme struktural menurut Talcott Parsons, fungsionalisme struktur menekankan pentingnya sistem kepercayaan yang bersifat empiris atau nyata di depan mata. Keikut sertaan putra presiden di pilkada solo tentunya akan menjadi harapan baru bagi presiden dan memperkokoh dinasti politik di solo.
ADVERTISEMENT
Mungkin, benar apa yang pernah di lontarkan Nicolo Machiavelli di dalam karyanya yang berjudul Il Principe (Sang Pangeran), kekuasaan harus di gapai dan dipertahankan, meskipun harus meninggalkan etika dan norma. Barangkali Machiavelli akan tertawa ketika melihat cara pemimpin kita merebut kekuasaan.
Berakhirnya Politik Dinasti
Esensi adanya sistem demokrasi yaitu adanya pemilihan secara adil dan kompetitif memilih siapa kira-kira yang cocok menjadi pemimpin menurut hati Nurani masyarakat. Pemimpin dipilih melalui kontestasi serta mendapatkan suara rakyat secara adil tanpa memberikan sogokan atau embel-embel apapun.
Muncul sebuah fenomena, ada beberapa aktor politik yang bertarung di tingkat paling bawah seperti di daerah masing-masing dengan sengaja memperebutkan suara masyarakat secara menyeluruh. Bahkan dengan sengaja tujuannya tersebut ingin melanggengkan dinasti politik yang sebelumnya dipimpin oleh keluarga masing-masing.
ADVERTISEMENT
Adanyan sistem demokrasi seharusnya dijadikan sebagai ajang kontestasi untuk mengontrol para aktor politik yang ingin melanggengkan kekuasaan dinasti politiknya secara turun temurun. Demokrasi menjadi pilar utama untuk mengontrol kekuasaan yang dominan.
Sudah saatnya masyarakat sadar, setiap individu masing-masing mempunyai hak yang sama untuk menjadi seorang pemimpin dan suatu kewajiban masyarakat harus berpartisipasi aktif di tiap perhelatan pesta demokrasi karena disitulah tempat untuk mengontrol aktor-aktor politik yang tidak bermoral.
Etika politik harus di junjung tinggi oleh para penguasa karena etika tersebut berkaitan dengan moral, sedangkan norma tempat untuk mengukur benar salahnya tindakan manusia sebagai manusia yang utuh dan beradab, peran norma tersebut sangat penting untuk menjalankan roda kehidupan.
Di dalam tulisan ini saya masih optimis bahwasannya politik dinasti akan berakhir di kemudian hari dengan meletakkan Pancasila sebagai nilai dasar kita untuk melangkah. sesuai dengan sila pertama, ketuhanan yang maha esa, artinya menjungjung tinggi moralitas dan spiritual sebagai bantalan vital bagi keutuhan dan keberlangsungan suatu Negara.
ADVERTISEMENT