Mendaki Preikestolen, Menerjang Salju di Negeri yang Indah

Konten dari Pengguna
17 November 2019 13:32 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dilla Trianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Ayo teh, kapan lagi? Pergi bareng-bareng sebelum Mas Rio pulang juga.”
ADVERTISEMENT
Begitulah kira-kira bujukan yang dilontarkan teman-teman kolega di KBRI Oslo waktu itu, ketika mereka merencanakan untuk berwisata (baca: hiking menyiksa diri di musim dingin) ke salah satu tujuan wisata paling terkenal di Norwegia, yaitu Preikestolen atau Pulpit Rock.
Dengan slogan “Norway, powered by nature”, Norwegia memang terkenal sebagai salah satu negara terindah di dunia. Negara Skandinavia ini, memiliki alam pegunungan yang megah, fjord yang indah, pulau-pulau yang spektakuler, kota-kota dan pedesaan dengan tata kota yang menarik, dan Aurora the northern lights, yang tentunya menjadi kebanggaan mereka.
Kembali kepada bujukan “wisata” ini, Preikestolen memang sudah lama menjadi bahan obrolan saya dan teman-teman. Selain Preikestolen, ada juga Trolltunga dan Kjeragbolten yang menjadi “target” wisata kami, karena memang ketiga tempat itu merupakan tempat wisata favorit di Norwegia.
ADVERTISEMENT
Namun, dikarenakan Preikestolen terbilang rute yang paling “ringan” di antara ketiganya, maka teman-teman saya memutuskan untuk pergi ke sana. Karena untuk mendaki Kjeragbolten kabarnya membutuhkan waktu 6-8 jam dan Trolltunga sebanyak 10-12 jam pulang pergi, dengan tingkat kesulitan mendaki yang tinggi.
Ok, bye for now, Preikestolen it is.
Tempat wisata favorit di Norwegia, dari ki-ka: Trolltunga - Kjeragbolten - Preikestolen | Freepik.com
Singkat cerita, setelah di-fait accompli dengan memasukkan saya ke dalam Whatsapp group persiapan keberangkatan bersama teman lainnya, saya pun memutuskan untuk ikut. Yah, selain karena memang ingin juga, terutama mengingat saat itu merupakan tahun terakhir saya ditugaskan di Oslo, dan salah satu kolega saya juga sudah akan kembali ke tanah air dalam waktu dekat, jadi kami anggap ini sebagai “farewell trip” lah. Berjumlahkan 6 (enam) orang termasuk satu teman yang bergabung dari Kopenhagen, grup kami pun mulai menyusun rencana keberangkatan.
ADVERTISEMENT
Apakah Preikestolen itu?
Oh ya, Preikestolen itu adalah tebing batu dengan permukaan yang rata berukuran 25 x 25 meter dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan Lysefjord, dekat dengan Kota Stavanger di wilayah barat Norwegia (Kota Stavanger berada sekitar 300 km arah barat dari Oslo, ibu kota Norwegia). Total ketinggian formasi batunya sendiri panjangnya hingga 1 km, mengingat kedalaman fjordnya sekitar 400 meter. Setiap tahunnya ada sekitar 300 ribu pengunjung di berbagai musim, dari musim semi ke musim dingin. Pengunjung terbanyak biasanya di musim panas.
Mau lihat seperti apa? Ada yang sudah menonton film Mission Impossible: Fallout? Nah, di film tersebut bisa terlihat Tom Cruise yang bergelantung di pinggiran Preikestolen. Ngeri? Sangat…
Salah satu adegan di film Mission Impossible: Fallout, ketika Tom Cruise bergelantung di Preikestolen | https://twitter.com/TomCruise
Tebing Preikestolen ini, berada sekitar 25 km dari Kota Stavanger, sementara untuk menempuh perjalanan dari Oslo ke Stavanger bisa dilakukan melalui berbagai moda transportasi, yaitu bus, kereta dan pesawat. Dengan pesawat tentunya pilihan yang paling cepat dengan jarak tempuh kurang dari satu jam, tapi grup kami memutuskan untuk mencoba dua moda yang berbeda, yaitu keberangkatan dari Oslo-Stavanger (dengan satu kali transit di Kota Kongsberg) menggunakan kereta dengan jarak tempuh 7,5 jam dan kembali dari Stavanger-Oslo menggunakan pesawat.
ADVERTISEMENT
Alasannya? Agar ketika berangkat kami dapat menikmati pemandangan alam Norwegia melalui kereta dengan santai, dan kembali menggunakan pesawat dengan perkiraan badan akan remuk redam setelah hiking. Ya, kami serenta itu ...
Ayo Berangkat!
Kami berangkat dari Oslo Station menggunakan kereta pagi pukul 06.59 dan tiba di Stavanger Station pukul 15.05 waktu setempat. Setelah menyimpan barang di penginapan, kami menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di Kota Stavanger yang terkenal dengan sebutan Oil Capital of Norway. Sebutan ini dikarenakan banyaknya perusahaan minyak dunia yang memiliki kantor di Stavanger, hal ini terkait juga dengan lokasi Kota Stavanger yang menghadap laut utara yang kaya akan minyak bumi.
Adventure team ketika berjalan-jalan di pusat kota Stavanger | koleksi pribadi
Stavanger bisa terbilang kota kecil dengan populasi hanya sekitar 134 ribu orang (2019). Pusat Kota Stavanger terletak persis di tepi pelabuhan utama dan dapat dikelilingi dengan mudah sambil berjalan kaki.
ADVERTISEMENT
Kemudian kami menyempatkan diri untuk mengunjungi satu monumen terkenal yang terletak di sebuah bukit kecil di pinggir Kota Hafrsfjord, sekitar 6 kilometer dari pusat Kota Stavanger. Dari kejauhan saja kami sudah bisa melihat bentuk monumen pedang raksasa setinggi 10 meter yang diberi nama Sverd I Fjell, yang menyimbolkan tiga arti yakni kedamaian, persatuan dan kebebasan.
Monumen Sverd I Fjell di sebuah bukit kecil di pinggir Kota Hafrsfjord | Koleksi pribadi
Monumen ini dibangun pada tahun 1983 untuk memperingati perang Hafrsfjord yang terjadi sekitar 1.100 tahun yang lalu, sebuah peristiwa penting yang akhirnya menyatukan kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Norwegia menjadi sebuah kerajaan besar.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Preikestolen pada keesokan harinya, dengan menaiki kapal ferry dari Fiskepirterminalen di pusat Kota Stavanger menuju Kota Tau, kemudian dilanjutkan dengan bus menuju Preikestolen Fjellstue (Pulpit Rock Mountain Lodge), yang terletak di muka danau Refsvatn dan merupakan titik awal pendakian menuju Preikestolen.
Kapal ferry yang membawa pendaki Preikestolen dari Stavanger - Tau - Stavanger | Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Bus yang membawa pendaki Preikestolen menuju Preikestolen Fjellstue, lokasi awal pendakian. | Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Pemandangan di sana sangat indah, dengan hotel dan kabin-kabin penginapan menghadap danau yang dikelilingi pegunungan berselimut salju, yang nantinya akan jadi tempat akomodasi kami untuk semalam.
Pemandangan indah menghadap danau Refsvatn di Preikestolen Fjellstue | koleksi pribadi
Sebelum memulai pendakian, terlebih dahulu kami mempersiapkan diri semaksimal mungkin, meminjam pakaian hiking khusus musim dingin dan crampon untuk sepatu hiking, karena kondisi saat itu masih penuh salju dan es.
ADVERTISEMENT
Saat itu perasaan mulai campur aduk antara excited, dan kekhawatiran apakah badan renta ini sanggup untuk dibawa mendaki sepanjang 8 km pulang pergi dengan tinggi pendakian sekitar 350 meter, sementara terakhir kali ikut hiking itu sekitar 6 tahun sebelumnya, itupun tidak setinggi ini, ditambah kondisi masih bersalju pula. Ya Salam, kenapa saya setuju untuk ikut ya?
Tapi, saya bangun semangat, bulatkan tekad! Insya Allah bisa! Apalagi hiking-nya dengan teman-teman, harus semangat!
Titik awal pendakian Preikestolen di ketinggian 270 meter di atas permukaan laut | Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Jalur pendakian menuju Preikestolen memang tidak terlalu jauh, namun perjuangannya adalah pendakian tanjakan yang tajam dan jalanan berbatu, yang semakin sulit dan tricky untuk dilewati ketika seluruhnya ditutupi oleh salju tebal.
Putihnya salju di sepanjang trail pendakian ini | Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Salah satu tanjakan tajam yang harus dilewati para pendaki Preikestolen. | Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Sampai juga!
Dan ternyata, dengan mengucap syukur kepada Tuhan, dengan mindset yang tepat, dan dorongan dari teman seperjalanan (literally didorong), pendakian terasa lebih ringan dari yang ditakutkan. Sepanjang jalan, kami dihibur dengan keindahan hamparan putih di sekeliling kami.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya, meskipun tersendat di sana sini dan untuk melangkah saja terasa berat luar biasa, apalagi di tanjakan yang benar-benar membutuhkan kekuatan fisik untuk dilewati, setelah mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke Samudra (generasi kami saja yang tahu lagu ini), kami tiba di puncak dengan waktu tempuh 2 (dua) jam saja! Prestasi besar tentunya, dengan kondisi bersalju seperti ini dan bagi kami yang benar-benar newbie dalam per-hiking-an. Syukurlah, ternyata badan ini tidak serenta itu.
Pemandangan di puncak Preikestoen menghadap Lysefjord | Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Setelah seakan jalan putih panjang yang tak kan berakhir, akhirnya di hadapan mata kami sendiri, tersuguh keindahan pemandangan yang luar biasa menakjubkan, pegunungan membentang, dibelah oleh fjord yang dalam dan panjang. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata dan bahkan foto macam apa pun tidak dapat menangkap keindahan yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Masya Allah, It’s all worth it!
Oh ya, fjord (berasal dari Bahasa Norwegia) itu adalah semacam celah sempit berupa teluk dalam dan panjang sekali, yang biasanya diapit daerah pegunungan tinggi yang curam dan berbatu. Area ini berasal dari lelehan gletser, atau tumpukan es yang sangat tebal dan besar. Norwegia itu sendiri adalah rumah dari kurang lebih 1.700 fjords dan dua di antaranya, Geirangerfjord dan Nærøyfjord dinyatakan sebagai bagian dari UNESCO World Heritage.
Tebing Preikestolen dilihat dari samping, bisa terlihat tingginya yang mencapai 600 meter di atas permukaan laut. Tanpa pengaman lho, beranikah duduk-duduk di pinggir tebing itu?| Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Mencapai puncak Preikestolen bersama-sama!!! | Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Kemudian tinggal satu hal lagi nih yang perlu dilakukan ketika sudah di puncak, yang sudah kami rencanakan dari sejak masih di Oslo. Kami keluarkanlah benda itu dari tas kami masing-masing beserta termos air panas. Suatu benda yang akan kami nikmati setelah pendakian panjang dan dingin itu, yaitu: Mie Cup Instan! Percayalah, rasanya waktu itu adalah “it’s the best cup noodles I ever had”.
Makanan yang paling tepat untuk dikonsumsi setelah pendakian panjang dan dingin | koleksi pribadi
Mari kita pulang!
ADVERTISEMENT
Setelah puas berfoto-foto, menikmati pemandangan, dan perut kenyang, kami menguatkan tekad untuk kembali pulang ke penginapan yang berada di titik awal pendakian, Preikestolen Fjellstue. Jangan salah? Perjalanan pulang juga sama-sama sulit dan menantang.
Kami masih harus melewati sejumlah lokasi pendakian, dan juga untuk bisa menuruni turunan curam dan bersalju itu sulit dan berbahaya, salah langkah sedikit, bisa aja meluncur ke bawah tak terkendali. Tapi syukurnya, setelah melewati waktu tempuh yang kurang lebih sama, kami dapat kembali dengan selamat.
Kesulitan mendaki dan menurun yang sama menantangnya, hanya cobaan ketika turun adalah menahan agar tidak terjun bebas entah ke mana. | Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan turun gunung. | Meisy Fitriyandi/koleksi pribadi
Perjalanan kembali ke Kota Stavanger kami tempuh dengan cara yang sama keesokan harinya, dengan bus dari Preikestolen Fjellstue menuju Kota Tau, naik ferry menuju Fisketerminalen di Stavanger, dan kemudian menggunakan pesawat untuk terbang kembali ke Oslo. Perjalanan ke Preikestolen ini, benar-benar menjadi kenangan yang tak kan terlupakan bagi kami.
ADVERTISEMENT
Ketika anda berkesempatan untuk mengunjungi Norwegia, jangan lupa ya, untuk masukkan Preikestolen ke dalam itinerary anda.