Menilik Keadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an di Masa Pandemi

Dima Ekzan Kurniawan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
29 Oktober 2020 6:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dima Ekzan Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Direktur TPA Al-Hikmah Jurugsari Dyah Noviati saat ditemui di kediamannya pada Rabu (28/10)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur TPA Al-Hikmah Jurugsari Dyah Noviati saat ditemui di kediamannya pada Rabu (28/10)
ADVERTISEMENT
Corona Virus Disease 19 (Covid-19) saat ini masih menjadi momok yang dianggap berbahaya oleh masyarakat. Pada awalnya virus ini hanya menjangkiti salah satu kota di China, yaitu kota Wuhan. Namun, saat ini Covid-19 sudah menyebar ke ratusan negara dan sudah berlabel pandemi. Indonesia sendiri termasuk salah satu negara yang terkena dampak akan Covid-19 ini. Banyak sektor yang terdampak oleh virus ini yang salah satunya, yaitu sektor pendidikan. Namun, satu hal dari sektor ini yang jarang diperhatikan oleh masyarakat, yaitu pendidikan Al-Qur’an atau biasa disebut Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).
ADVERTISEMENT
Dyah Noviati (53) merupakan salah satu pengurus dari TPA Al-Hikmah Jurugsari yang bertempat di Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta. Ia menjabat sebagai direktur TPA di masjid tersebut. Sebagai direktur yang harus bertanggungjawab atas berjalannya TPA maka ia harus memastikan agar pembelajaran Al-Qur’an tetap dapat terlaksana. Dengan banyak pertimbangan dan diskusi akhirnya ditetapkanlah untuk menjalankan TPA secara online.
“Kalau TPA online ini dikarenakan pandemi Corona, kita semua sekolah dan bekerja dari rumah termasuk TPA juga. Dari Badan Koordinasi (Badko) juga tidak menyarankan tapi kita mengikuti bahwa masjid-masjid tidak boleh ada kegiatan jadi pengurus memutuskan dengan ketua takmir untuk mengadakan TPA online dan disetujui mulai sejak bulan April,” ujar Dyah Noviati saat ditemui pada Rabu (28/10).
ADVERTISEMENT
Tentu dengan dijalankannya TPA secara online Dyah Noviati dapat merasakan perbedaan dari sisi penyampaian materi dan interaksi antar-santri jika dibandingkan dengan tatap muka secara langsung. Perbedaan ini dapat dikatakan sangat signifikan mengingat intensitas komunikasi antara pertemuan online dan juga offline sangatlah berbeda.
Saat TPA masih dilaksanakan secara offline, Dyah Noviati dibantu para pengajar bisa secara langsung mengoreksi bacaan dari para santri dan memberikan tugas secara langsung di kelas. Namun saat ini para pengajar harus menyiapkan materi dalam bentuk foto maupun video yang kemudian disebarkan melalui grup WhatsApp (WA) sehingga tugas bisa tertumpuk dengan tugas yang diberikan oleh sekolah. Hal tersebutlah yang membuat partisipasi dan antusiasme dari para santri menurun.
“Kalau awal-awal sampai Agustus antusiasnya masih banyak tetapi setelah itu banyak sekali berkurang karena menurut informasi dari para orang tua banyak tugas-tugas dari sekolah,” jelas Dyah Noviati.
ADVERTISEMENT
Untuk menyiasati kurangnya partisipasi dari para santri maka Dyah Noviati memutuskan untuk merubah jadwal TPA yang pada awalnya dilaksanakan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat dirubah menjadi Senin dan Jumat saja. Kegiatan pun juga harus dipadatkan, hari Senin berfokus pada materi mengenai ilmu agama kemudian hari Jumat berkaitan dengan kreativitas.
Dyah Noviati menambahkan bahwa banyak sekali kendala yang dirasakan saat menjalankan TPA secara online. Seperti sarana pembelajaran melalui handphone dimana para santri banyak yang belum memilikinya sehingga harus menggunakan handphone milik orang tua dan juga rata-rata para santri sudah lelah karena saat pagi hari mereka disibukan oleh tugas sekolah.
Dengan banyaknya kendala dan tantangan menurut Dyah Noviati materi tidak dapat tersampikan secara maksimal. Ditambah lagi dengan santri yang mulai jenuh karena disibukan dengan kegiatan yang bisa dibilang memberatkan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
“Kalau maksimal Saya rasa tidak bisa, paling tidak 60% sampai 70% karena otomatis ngajinya sangat berkurang dan hafalan kita tidak tahu apakah hafalan meraka membaca atau memang sudah hafal, tapi setidaknya mereka sudah menyerahkan tugas-tugasnya dengan niat yang baik dan kami hargai itu,” ungkapnya.
Adapun harapan dari Dyah Noviati untuk TPA Al-Hikmah Jurugsari kedepannya. Ia berharap para santri tetap rajin mengikuti TPA walaupun dilakukan secara online dan harus menghadapi segala kendala yang ada.
“Harapannya santri-santri tetap rajin datang ke TPA karena sekarang banyak sekali halanganya, kadang-kadang orang tua sekarang lebih senang anaknya ikut les inggris dan musik, tapi kita tetap saja berjuang untuk memakmurkan masjid,” ujar Dyah Noviati.
ADVERTISEMENT