Konten dari Pengguna

Ketika Pemimpin Karbitan Memimpin Organisasi Mahasiswa

27 Juni 2022 18:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas putra hadi santosa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Eksistensi organisasi mahasiswa bertujuan untuk mewadahi mahasiswa yang ingin mengembangkan kemampuan memimpin dan bekerja sama di dalam sebuah tim. Dengan landasan tersebut di samping kemampuan akademik, mahasiswa yang berkecimpung di dalam organisasi memiliki kesempatan untuk mengembangkan soft skill seperti kepemimpinan, kerja sama, dan public speaking. Di dalam dunia kerja, bisa bekerja sama dengan efisien merupakan nilai jual lebih atau setidaknya hal tersebut akan sangat membantu dalam dunia kerja.
Ilustrasi kerja sama, sumber foto: unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kerja sama, sumber foto: unsplash.com
Dewasa ini, tidak sedikit mahasiswa yang memburu posisi pemimpin dalam suatu organisasi semata-mata untuk kepentingan yang bersifat self-oriented baik itu dengan motif untuk menaikkan status sosial, uang, maupun gengsi.
ADVERTISEMENT
Sifat self-oriented merujuk kepada kepentingan yang hanya berdampak pada diri sendiri, kita mengetahui betul bahwa kebijakan dan keputusan dari seorang pemimpin berpengaruh besar terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Menjadi pemimpin berarti bersedia mendahului kepentingan bersama setelah kepentingan pribadi, hal inilah yang menyebabkan posisi pemimpin tidak bisa diisi oleh sembarang orang.
Posisi pemimpin merupakan posisi yang sangat berpengaruh di dalam suatu sistem pengorganisasian. Peran pemimpin apabila dianalogikan mirip seperti prosesor di dalam sebuah perangkat komputer, prosesor berperan untuk mengintegrasikan keseluruhan komponen internal yang ada di dalam komputer. Selayaknya prosesor, apabila sosok pemimpin tidak mengorganisir kerja anggota-anggota di dalamnya maka organisasi tersebut tidak akan hidup.
Maka dari itu hidup dan matinya suatu organisasi bergantung pada pemimpinnya, kesempatan para anggota di dalam organisasi untuk mendapatkan pengalaman yang berharga sedikit banyak juga bergantung pada pemimpinnya, dan memimpin memang membutuhkan dedikasi yang tinggi. Lantas orang seperti apa yang layak menjadi pemimpin?
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab pertanyaan “Orang seperti apa yang layak menjadi pemimpin?”, Meritokrasi menjadi salah satu jawabannya. Meritokrasi merupakan sebuah sistem untuk menentukan kelayakan seseorang dalam mengisi suatu posisi, seseorang tersebut haruslah dinilai berdasarkan kemampuannya. Kemampuan dan prestasi seharusnya menjadi indikator yang paling objektif untuk menjadi satuan ukur bakal calon pemimpin. Kemampuanlah yang menjadi penghubung kepercayaan anggota kepada pemimpinnya karena bagaimana anggota bisa percaya dengan pemimpin yang tidak mampu?
Salah satu kemampuan penting dari seorang pemimpin adalah kemampuan untuk memberikan influence atau pengaruh yang merupakan indikator penting dalam menentukan seorang pemimpin. Influence dalam kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi karakter, mentalitas, dan tindakan seseorang. Tanpa memiliki kemampuan untuk memberikan influence kepada anggota yang dipimpinnya, bagaimana sistem kepemimpinan tersebut akan berjalan? “Kepemimpinan merupakan persoalan influence, tidak kurang, tidak lebih”, John C. Maxwell.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu memimpin tidak bisa serta merta diinterpretasikan dengan mengisi posisi pemimpin, memimpin bukanlah perihal jabatan melainkan sebuah tindakan. Pemimpin adalah orang yang mampu merangkul anggota-anggota dengan pola pikir yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan yang sama, tidak sesederhana memberi perintah dan arahan saja. Pemimpin yang tidak memiliki potensi berpeluang besar melakukan hampir semuanya sendirian karena tidak memiliki kemampuan untuk memberikan influence yang kepada anggotanya
Kehilangan esensi tersebut melahirkan pemimpin “karbitan”. Menurut KBBI, kata karbitan diartikan sebagai langsung jadi. Kata karbitan sebenarnya merupakan metafora yang dipopulerkan oleh peminat dunia sepak bola, dalam dunia sepak bola kata karbitan merepresentasikan suatu hal yang diproses secara instan.
Kata karbitan sering disandingkan dengan fans sepak bola yang hanya mendukung ketika suatu tim menang agar dapat merasakan kemenangan bersama-sama, ketika kalah fans karbitan tersebut akan berhenti untuk mendukung. Seperti halnya fans karbitan, pemimpin karbitan dibentuk secara instan tanpa pernah mengenal dunia kepemimpinan sebelumnya, hal ini menciptakan ekosistem yang buruk untuk orang yang dipimpinnya. Umumnya fans karbitan muncul semata-mata untuk mengejar eksistensi, begitu pula pemimpin karbitan yang hanya mengisi posisi pemimpin untuk mengejar eksistensi semata.
Ilustrasi pemimpin karbitan dalam organisasi mahasiswa, sumber foto: unsplash.com
Pemimpin karbitan ini menyebabkan timbulnya banyak masalah, indikasi masalah tersebut dapat berupa ketidak sinergian, miss komunikasi, atau bahkan yang paling fatal menyebabkan vakum.
ADVERTISEMENT
Apabila pemimpin karbitan memimpin anggota yang memiliki potensi lebih hal tersebut akan lebih lucu lagi, hal tersebut akan menyebabkan kecacatan dalam sistem. Apabila kita merujuk kembali kepada analogi komputer, jika terdapat komponen yang tidak bisa saling mengimbangi maka akan mengakibatkan bottleneck.
Ungkapan bottleneck dalam konteks komputer mengacu kepada komponen yang membatasi potensi perangkat lain karena perbedaan antara kemampuan maksimal dari kedua komponen sehingga menyebabkan delay. Dalam konteks bahasa Indonesia, Bottleneck berarti leher botol, ungkapan tersebut digunakan untuk menggambarkan kemacetan aliran air dari botol menuju keluar dikarenakan leher botol yang sempit. Dalam konteks organisasi, pemimpin karbitan menjadi penghambat dari potensi-potensi anggota di dalamnya seperti halnya leher botol.
Namun kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan sosok pemimpin karbitan, si karbit bisa menjadi pemimpin karena ada yang mengorbit. Bisa jadi kita salah satu yang mengorbitkan pemimpin karbitan tadi untuk menjadi pemimpin, secara tidak langsung kita mendukungnya atau lebih memilih diam ketika pemimpin karbitan mengajukan diri untuk memimpin.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu penting untuk mendirikan sistem meritokrasi dalam menentukan sosok pemimpin, menjadikan kemampuan untuk memimpin sebagai indikator utama kelayakan seseorang dalam memimpin. Pemimpin yang baik akan memberikan influence yang baik pula kepada anggotanya, influence yang mampu merangkul anggota-anggota dengan pemikiran yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan yang sama.
Penulis Merupakan Mahasiswa Semester IV FKIP Bahasa Inggris USK, Banda Aceh