Miskonsepsi Kedewasaan hingga Cherry Picking

Konten dari Pengguna
8 Juli 2021 14:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas putra hadi santosa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Seorang Pria dan Patung The Thinker, Sumber Foto: unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Potret Seorang Pria dan Patung The Thinker, Sumber Foto: unsplash.com
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, penulis kerap kali menjumpai orang-orang yang terus tumbuh tapi tidak berkembang. Segelintir orang tersebut adalah mereka yang datang dengan miskonsepsi tolak ukur kedewasaan.
ADVERTISEMENT
Tak jarang ketika kita menjumpai situasi di mana dalam suatu perdebatan lawan bicara kita mulai memberikan bantahan yang sifatnya subjektif dan tidak berkaitan dengan topik yang diperdebatkan, misalnya muncul kata-kata seperti: “Ah kamu tau apa!”, “Argumen kamu bodoh!” atau bahkan mulai mengucapkan kata-kata kasar dan memaki.
Ketika dalam proses pertumbuhan tidak diimbangi dengan proses pendewasaan maka hal tersebut akan membentuk individu yang rentan terhadap kritik dan tidak siap untuk mengakui kesalahan. Hal tersebutlah yang mendasari sifat ketidakdewasaan seseorang.
Ilutrasi Cherry, Sumber Foto: unsplash.com

Cherry Picking

Orang yang bersikap tidak dewasa tidak akan mengakui kesalahannya, dia akan bertahan dengan argumen yang benar menurut dirinya sendiri dan berusaha memutar balikkan fakta. Fenomena ini dinamakan cherry picking sebuah ungkapan yang dasarnya dari kebiasaan para pemetik buah cherry yang hanya memilih buah cherry yang bagus untuk dipetik.
ADVERTISEMENT
Penggunaan umum cherry picking biasanya untuk mendukung dan mengangkat pendapat individu dan menutupi semua fakta lain yang menampakkan kesalahannya.
Tidak berani mengutarakan suatu permasalahan kepada orang yang terlibat, membicarakan orang yang terlibat masalah kepada orang lain dan menyalahkan orang lain atas masalahnya merupakan ciri-ciri lain dari orang yang tidak bersikap dewasa.

Cara Menghadapi

Permasalahannya adalah tak jarang kita menemui situasi di mana kita harus berhadapan dengan orang yang tidak bersikap dewasa tadi.
Cara menghadapi orang-orang yang tidak bersikap dewasa ini sebenarnya cukup sederhana, yaitu dengan mengalah dan mengabaikannya. Memberikan atensi kepada mereka hanya akan membuat diri kita terlihat bodoh.
Ilustrasi Confession, Sumber Foto: unsplash.com

Harga Dari Sebuah Pengakuan

Menurut Elton John “Butuh orang yang cukup besar hatinya untuk mengakui kesalahan mereka”.
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan orang yang bersikap tidak dewasa. Dengan tidak mengakui kesalahan mereka, mereka berpikir hal tersebut menunjukkan mereka kuat.
Berkutat argumen dengan orang yang bersikap tidak dewasa jangan terlalu diambil hati, penulis lebih suka menganggapnya olahraga untuk melatih kesabaran. Karena serapi dan sebenar apa pun argumen yang kita sampaikan, pada akhirnya argumen merekalah yang tetap mereka pegang apa pun yang terjadi.
Penulis sendiri harus mengakui, tak jarang penulis berusaha mempertahankan apa yang penulis pikir benar. "Namun ketika kita membuka diri untuk melihat dari kacamata orang lain, ternyata ada terlalu banyak hal untuk dibenarkan dan kita menyalahkan banyak hal hanya karena melihat apa yang ingin kita lihat".
Kebanyakan orang enggan untuk mengakui kesalahannya karena mereka berpikir hal tersebut akan merendahkan harga diri mereka. Pada kenyataannya dengan tidak mau mengakui kesalahan yang jelas-jelas mereka perbuat justru merendahkan harga diri dan integritas mereka.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari perdebatan atas suatu hal yang penting, jika kita menalaah secara objektif sebenarnya tak ada ruginya untuk mengalah dalam perdebatan yang sepele. Dengan mengalah justru kita bisa mempelajari sikap lawan bicara kita, menjadi lebih mudah diterima dan menujukkan sikap yang lebih dewasa.

Kesimpulan

Hal terbaik yang penulis pelajari dari ilmu Psikologi adalah tentang bagaimana kita bisa memahami alasan-alasan orang melakukan suatu hal dan kita bersimpati atas tersebut alih-alih mencela, hal ini sangat memudahkan kehidupan penulis sejauh ini dan mungkin telah mencegah penulis dari ribuan perdebatan yang tidak penting untuk ditukar dengan self-respect dan integritas.
Menurut hemat penulis, "Dewasa itu sama sekali bukan tentang usia tetapi tentang pola pikir, tumbuh menjadi lebih tua itu adalah hal yang absolut dikarenakan waktu yang terus berputar sementara berkembang lebih dewasa itu relatif dikarenakan faktor kuantitas maupun kualitas dari pengalaman hidup".
ADVERTISEMENT
Penulis Merupakan Mahasiswa Semester II FKIP Bahasa Inggris USK, Banda Aceh