Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pahlawan dan Jihad
10 November 2020 15:52 WIB
Tulisan dari Dimas Budi Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Merdeka, Allahuakbar!
Pekikan suara takbir yang diucapkan oleh Bung Tomo itu, menggema di kota Surabaya pada November 1945.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu sebelumnya, K.H. Hasyim Asy'ari bersama ulama seluruh Jawa dan Madura mengadakan pertemuan untuk merumuskan Fatwa Resolusi Jihad, di tengah desakan dan ancaman pihak sekutu yang dikomando oleh Inggris dan Belanda. Mereka ingin kembali menduduki Indonesia, setelah negeri tercinta memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pertemuan K.H. Hasyim dengan para ulama tersebut terjadi pada tanggal 22 Oktober 1945. Dengan esensi dari Fatwa Resolusi Jihad adalah bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah kewajiban agama. Sebuah resolusi yang diambil setelah melalui diskusi oleh para ulama yang memiliki kapasitas ilmu tinggi dan kecintaan luar biasa terhadap tanah air.
Dalam pertemuan tersebut juga kalimat, yang penulis kutip dari penuturan K.H. Anwar Zahid, bahwa K.H. Hasyim Asy'ari menyeru untuk meneriakkan kata merdekan dan takbir dalam satu kalimat, dalam satu tarikan nafas. Merdeka, Allahuakbar! Sebuah resolusi jihad yang kemudian diimplementasikan oleh Bung Tomo di lapangan, sebagai bagian untuk membakar semangat arek-arek Suroboyo, untuk memberikan mereka dorongan tanpa mengenal rasa takut. Karena mempertahankan kemerdekaan adalah kewajiban beragama.
ADVERTISEMENT
Seperti yang diketahui kemudian, ribuan hingga puluhan ribu rakyat Indonesia gugur dan syahid dalam pertempuran yang terjadi selama beberapa minggu tersebut. Belanda, Inggris, dan komplotan tentara Sekutu berhasil dipukul mundur. Kemerdekaan dapat dipertahankan dengan harga yang sangat mahal. Tenaga, harta, dan nyawa.
Setelahnya, rakyat Indonesia kembali berjuang dan berjihad dengan cara yang berbeda. Tidak lagi menggunakan kalimat takbir kemudian mempertahankan tanah Indonesia dengan bertaruh harta dan nyawa, namun dengan berbagai macam banyak hal dan juga lewat cara yang berbeda-beda bentuknya.
Seorang Ayah atau Ibu yang mencari nafkah halal untuk keluarganya. Seharian penuh berpeluh dan berlelah-lelah demi mendapatkan barokah dari setiap keringat yang menetes keluar. Itu adalah jihad.
Seorang Ibu dan Ayah yang bekerja dari rumah. Bekerja mempersiapkan berupa pendidikan akhlak yang terbaik untuk anak-anak mereka, baik dari segi pendidikan akhlak dan yang lainnya. Demi menjadikan generasi penerus berikutnya adalah generasi-generasi pilihan. Itu adalah jihad.
ADVERTISEMENT
Seorang anak yang belajar dengan tekun dan diniatkan untuk mencari ilmu. Memilih bersusah-susah untuk belajar di saat ada kesempatan untuk bermain-main mengejar kesenangan. Demi kelak ketika dewasa mampu menjadi orang-orang hebat yang bermanfaat bagi sekitar. Itu adalah jihad.
Seorang guru yang mengamalkan ilmunya dengan ikhlas kepada muridnya. Dengan tujuan bahwa ilmu jika dibagikan maka akan semakin luas, bukan semakin berkurang sebagaimana harta. Memberikan tauladan terbaik kepada murid-muridnya. Itu adalah jihad.
Dan segala hal yang dikerjakan karena mengharap ridho Allah, yang semoga kelak akan dihitung sebagai pahala jihad olehNya.
Selamat berjihad dan berjuang. Karena kita semuanya sejatinya adalah pahlawan, setidaknya untuk diri kita sendiri dan keluarga.
Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2020. Ditulis di Belanda, oleh orang Indonesia.
ADVERTISEMENT