Konten dari Pengguna

Role Identity Arab Saudi dalam Sepakbola Menuju Visi 2030

Dimas Hayon
Mahasiwa Prodi Hubungan Internasional - Universitas Kristen Indonesia
15 Maret 2024 21:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Hayon tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam 5 tahun terakhir, Arab Saudi seperti sedang “berpesta” dalam nuansa yang lebih sporty. Mereka coba membentuk suatu identitas baru yang datang dari ketertarikan publik. Kecintaan masyarakat Arab Saudi terhadap sejumlah bidang olahraga telah membuat pemerintah setempat bergerak cepat untuk menarik massa ke ruang-ruang publik. Perlombaan seperti LIV Golf, WWE, FI hingga penandatanganan sejumlah pemain Top Eropa ke Liga Arab telah membuat kejutan yang luar biasa bagi seantero jagat.
ADVERTISEMENT
Kehadiran pemain-pemain kelas Eropa seperti Cristiano Ronaldo, Neymar Jr, Karim Benzema, Sadio Mane, Riyad Mahrez dan lainnya telah menggiring berjuta-juta pecinta sepakbola dunia untuk datang dan menyaksikan laga-laga sengit di Liga Arab. Hal yang ditunjukkan Arab tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan terjadi. Tetapi inilah yang dilakukan oleh Arab. Mereka menciptakan suatu identitas baru sehingga membuat publik “jatuh cinta.” Tentu saja, ada pro dan kontra dalam menanggapi maha proyek Arab Saudi. Yang muncul ke permukaan ialah istilah “sportwashing.” Istilah ini berarti ketika suatu negara memanfaatkan kecintaan publik terhadap olahraga untuk membersihkan reputasi buruknya sendiri.” Negara sedang menciptakan citra diri yang lebih baik dan sembari menghapus jejak masa lalu yang kelam. Dalam bahasa konstruktivisme Alexander Wendt, disebut Role Identity. Identitas ini bertumpu pada budaya dan harapan bersama yang hanya dapat terbentuk melalui relasi dan intersubjektivitas dalam struktur sosial. Sekarang ini, budaya Arab Saudi perlahan mulai bergeser ke ranah hiburan. Inilah yang diharapkan oleh masyarakatnya dan mereka melihat peluang itu serta secara nyata mulai berinvestasi ke ranah tersebut. Dampak yang ditimbulkan ternyata tidak hanya berkisar di ranah internal mereka saja tetapi sudah menjadi soroton publik internasional. Siaran pertandingan tim-tim Liga Arab ditonton hampir di seluruh dunia. Hari-hari ini, orang menantikan pertandingan tim-tim di Arab Saudi sama seperti yang sering terjadi di liga-liga top Eropa. Kepala Operasional Saudi Pro Leauge, Carlo Nohra menyebut kehadiran
Ilustrasi keterlibatan penonton di Liga Arab dalam menonton pertandingan. Pic: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keterlibatan penonton di Liga Arab dalam menonton pertandingan. Pic: Pixabay
Ronaldo dan beberapa pemain Top lainnya telah membantu siaran turnamen ke 140 negara dan meningkatkan pendapatan liga hingga 650 persen.
ADVERTISEMENT
Disinyalir, terjadi banyak perpindahan pendukung yang “bermigrasi” menuju Arab Saudi. Logikanya sederhana karena banyak pendukung, cenderung menyukai pemain-pemain tertentu sehingga ketika pemain tersebut berpindah klub, secara otomatis, ia akan mengikuti idolanya tersebut.
Perpindahan para pemain top, tidak berhenti di sini. Kabarnya, sejumlah pemain top Eropa akan diboyong menuju Arab Saudi pada bursa transfer musim panas, Juli 2024 mendatang. Patut dinanti, siapa bintang baru yang akan dihadirkan di Arab Saudi. Terlepas dari keinginan mendapatkan menit bermain dan mencoba tantangan baru, mayoritas pemain Eropa yang hijrah ke Liga Arab Saudi, dinilai sangat dipengaruhi oleh tawaran kontrak dan gaji yang fantastis.
Lebih jauh, apa yang dibuat oleh Arab sebenarnya sudah direncanakan sebelumnya ketika Visi Saudi 2030 dirancang. Bahwasannya mereka akan menjadikan Liga Saudi sebagai salah satu dari 10 liga terkuat di dunia. Maka, sebagai daya tariknya, beberapa bintang besar sepakbola dihadirkan di negara ini untuk memikat para pemain yang lain agar mengikuti jejak bintang sepakbola tersebut untuk berkarier di Arab. Kendati demikian, sejumlah tokoh sepakbola seperti Carlo Ancelotti dan Pep Guordiola mengungkapkan kekhawatiran mereka dengan gencarnya pendekatan Arab Saudi ke para pemain. Namun, Presiden UEFA Aleksander Caferin tidak melihat perpindahan pemain ini sebagai sebuah ancaman dalam jangka panjang. Ia membandingkan dengan Liga Super China yang beberapa tahun lalu sempat melakukan hal yang sama tetapi kemudian tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Baginya, pemain yang pindah ke Liga Arab Saudi adalah mereka yang sudah hampir mencapai ujung karier dan mereka yang tidak bercita-cita. Pernyataannya ini kemudian dibantah oleh Cristiano Ronaldo, penyerang Al-Nassr. Menurutnya Liga Arab itu kompetitif dan dalam 5-10 tahun ke depan akan jadi salah satu yang terbaik di dunia. Ia menambahkan, mereka yang menilai seringkali tidak menonton pertandingan. Sepakbola di Arab Saudi punya kualitas dan transfer pemain berbicara sendiri soal itu.
ADVERTISEMENT
Semua pecinta sepakbola dunia menanti gebrakan baru Arab Saudi dalam sepakbola. Siapa pemain yang akan berlabuh mengikuti jejak para bintang sepakbola dunia dan siapa pelatih yang akan menukangi tim-tim Arab Saudi. Ini akan menjadi desas-desus yang akan menghangatkan persaingan tim-tim di seluruh dunia untuk mendatangkan pemain-pemain top.
Akhirnya, dibalik sportwashing yang dinilai orang, diantara kritik yang dilayangkan sejumlah petinggi sepakbola, Liga Arab hari ini masih tetap eksis dan terus bertambah peminatnya. Identitas yang dibangun seperti yang dituliskan Alexnder Wendt, ternyata mampu membungkam segala kritik. Arab Saudi telah menjadi satu destinasi baru para pemain top untuk mengembangkan permainan dan karier mereka dan bukan hanya menjadi tempat untuk meraup keuntungan secara finansial. Apa yang dibuat Arab adalah berprospek jangka panjang. Menarik untuk ditunggu Liga Arab di musim-musim berikutnya bersama dengan inovasi baru dan investasi jangka panjang mereka.
ADVERTISEMENT