Konten dari Pengguna

Mengkonstruksi Artificial Intelligence ke dalam Dunia Pendidikan

Dimas Ronggo S
Mahasiswa Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
10 Juli 2023 8:44 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Ronggo S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Teknologi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan mendapat kesempatan untuk lepas landas memasuki dunia pendidikan beberapa tahun belakangan. Teknologi ini mulai dilirik, salah satu sebabnya saat dunia mengalami pandemi COVID-19 di akhir tahun 2019. Pandemi telah mendorong perubahan besar dalam sistem dan proses pembelajaran di dunia, salah satunya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang dinyatakan berakhir pada 2022, memang mengubah banyak hal termasuk di dalamnya pendidikan di Indonesia. Dunia pendidikan yang sebelum pandemi boleh dikatakan masih sangat terikat dengan model pembelajaran konvensional, yang menekankan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didiknya.
Meskipun perkembangan teknologi digital sudah mulai masif hingga saat itu tapi secara umum tidak ada perubahan ekstrem dalam pemanfaatannya. Sampai kemudian pandemi membuat proses interaksi dibatasi dan memaksa banyak lembaga pendidikan mengubah format pembelajarannya menjadi online (dalam jaringan).
Banyak pendidik sekaligus peserta didik mau tidak mau harus beradaptasi dengan segera agar dapat bertahan menggelar pembelajaran. Begitu juga dengan orang tua yang dituntut paham media belajar yang digunakan, seperti laptop, smartphone maupun tablet agar anak mereka memperoleh informasi dari pendidik maupun sekolah tempat bernaung.
Ilustrasi belajar online sambil mendengarkan musik. Foto: Shutterstock
Proses yang terburu-buru itu membuat banyak pihak merasa berat menjalani pembelajaran online dan berharap agar pandemi cepat berakhir untuk kembali pada aktivitas belajar konvensional yang mempertemukan pendidik dan peserta didik dalam satu ruang dan waktu yang sama secara langsung.
ADVERTISEMENT
Meski terjadi kesulitan adaptasi dalam proses penyerapan informasi dalam pembelajaran daring. Namun nyatanya lembaga pendidikan kemudian memahami bahwa perubahan adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan lagi.
Termasuk untuk menjadikan proses belajar daring menjadi salah satu opsi yang dapat digunakan di lembaga mereka. Terutama untuk para peserta didik di usia dewasa, belajar daring dapat menjadi solusi dari keterbatasan ruang dan waktu yang dihadapi, seperti pada orang di daerah, atau pekerja kantoran yang hendak mengambil gelar lanjutan.
Dari situ kemudian lahirlah model pembelajaran blended learning, menggabungkan antara proses belajar tatap muka dan daring dengan jadwal berbeda yang telah disepakati bersama.
Ilustrasi GPT-4, AI baru dari OpenAI, pembuat ChatGPT/ Foto: OpenAI
Dampak lainnya ialah semakin disadarinya kehadiran teknologi AI dari hari ke hari, terutama setelah OpenAI meluncurkan ChatGPT pada tanggal 30 November 2022. Aplikasi AI berbasis teks ini dibuat untuk memudahkan masyarakat dalam mencari informasi, menyelesaikan tugas, hingga membuat karya dalam bentuk teks.
ADVERTISEMENT
Di mana perkara tersebut sangat dekat dengan dunia pendidikan yang memang banyak menggunakan teks sebagai salah satu media pembelajarannya.
Kombinasi proses belajar daring dan aplikasi berbasis AI akhirnya menghadirkan kombinasi lengkap dalam membentuk perilaku belajar baru yang belum pernah ada, atau paling tidak belum pernah dilakukan dalam skala luas seperti di Indonesia.
Peserta didik kini jadi lebih mudah dalam menyelesaikan tugas berbekal akses ke aplikasi AI dan kemampuan memberikan perintah yang tepat sehingga teknologi AI dapat memberikan jawaban yang diinginkan. Proses tatap muka minimum juga membuat proses belajar tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang penting, setidaknya dari sisi kehadiran fisik para peserta didik.
Ilustrasi guru sekolah anak Foto: Shutterstock
Bahkan para pendidik pun terkadang menyepelekan proses pembelajaran ini. Sehingga selain proses belajar melalui berbagai informasi pengetahuan, tidak lagi ditemukan proses transfer teladan dari pendidik ke peserta didiknya. Hal ini terutama dirasakan pada jenjang pendidikan dasar yang masih sangat memerlukan contoh dalam berperilaku.
ADVERTISEMENT
Kehadiran AI yang disadari para peserta didik juga membuat tingkat apresiasi mereka terhadap peran pendidik berpotensi semakin rendah. Apalagi jika pendidik bukanlah orang yang rajin melakukan aktualisasi diri sehingga tidak menyadari bahwa dirinya bukan lagi pusat pengetahuan di dalam kelas.
Sehingga apabila ada informasi yang belum diketahui dan disampaikan, peserta didik tidak lagi merasa khawatir dan dapat mencarinya melalui bantuan mesin pencarian. Dan ketika ada soal diberikan, mereka justru melimpahkannya dalam aplikasi AI untuk mendapatkan bantuan jawaban.

Pendidikan di Hadapan Teknologi AI

Sumber: Tara Winstead: https://www.pexels.com/photo/an-artificial-intelligence-illustration-on-the-wall-8849295/
Secara harfiah pengertian pendidik adalah orang yang mendidik, yaitu orang yang memberikan ilmu pengetahuan baru bagi orang lain secara kontinyu dan berkesinambungan. Sementara proses pendidikan adalah usaha mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia dalam upaya pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sudah jamak diketahui terjadi dalam sistem pendidikan di Indonesia. Mendidik adalah pekerjaan professional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional (Sukmadinata, 2002 : 191).
Meski berperan sebagai profesional namun dalam perjalanannya pendidik di dalam kelas tidak menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi digital dibarengi pesatnya jalur informasi dari berbagai media telah membuat akses terhadap ilmu pengetahuan lebih terbuka dibandingkan 20 tahun yang lalu.
Dampaknya kini pendidik dapat mengambil peran yang lebih dalam daripada sekadar memberikan ilmu pengetahuan saja, tapi dapat menjadi semacam kompas penunjuk arah bagi peserta didiknya agar tidak tersesat dalam mencapai tujuan pendidikan.
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
Dihadapkan dengan teknologi AI yang menawarkan alternatif informasi dan bahkan memberikan solusi praktis dalam beberapa pekerjaan manusia, pendidik harus mampu lebih proaktif dan terbuka.
ADVERTISEMENT
Pendidik bersama dengan lembaga pendidikan tempatnya bernaung diharapkan cepat tanggap terhadap tuntutan kebutuhan peserta didik di era keterbukaan informasi seperti ini.
Pendidik tidak lagi dapat menutupi, membatasi, bahkan melarang peserta didiknya untuk tidak bersinggungan dengan AI. Seandainya hal tersebut dapat dipenuhi di ruang-ruang kelas atau sekolah, sejatinya peserta didik akan tetap menemukan jalannya untuk mengakses teknologi di tempat lain.
Sehingga akan menjadi bumerang apabila pendidik justru menjadikan kehadiran teknologi AI sebagai ‘buah terlarang’ dalam proses pembelajaran. Lebih baik teknologi AI dijadikan salah satu media dalam pembelajaran.
Toh, dalam perspektif teknologi pendidikan, segala hal dapat digunakan untuk mendorong suksesnya proses pembelajaran termasuk dalam bidang teknologi digital seperti AI.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dalam kegiatan kepegawaian hadirnya teknologi AI justru memudahkan pendidik untuk lebih fokus dalam memberi pembelajaran kepada siswa karena beberapa pekerjaan administrasi sudah dapat diambil alih AI, seperti menyusun buku nilai, membuat laporan, hingga menyusun materi pembelajaran itu sendiri.
Berikut ini beberapa manfaat teknologi AI yang bisa dimaksimalkan oleh pendidik:
● Kerja Administrasi
Sumber: EKRUT. https://www.ekrut.com/media/staff-administrasi.
Teknologi AI memang dibuat untuk memudahkan kerja manusia secara umum, salah satunya bagi para pegawai kantoran atau pendidik yang secara rutin melakukan kerja administratif. Pekerjaan seperti menulis, menjumlahkan, serta melaporkan setiap kegiatan dalam proses pembelajaran biasa dilakukan oleh para pendidik.
Tujuannya untuk dapat melakukan pemetaan kemampuan peserta didik dan memberikan asesmen yang tepat di kemudian hari. Setelah itu, tentu saja diperlukan adanya evaluasi berkala agar dapat mengukur efisiensi kerja dalam bidang pendidikan.
ADVERTISEMENT
Memanfaatkan teknologi AI artinya memotong sekian persen waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan dan menyusun segala kebutuhan kerja tersebut. Beberapa aplikasi AI yang dapat dimanfaatkan untuk bidang ini antara lain: Jasper, Lovo.ai, Fireflies, Speechify, Pictory, Tidio, dan lain sebagainya.
● Mengatur Alur Kerja
Ilustrasi perempuan bekerja. Foto: Shutterstock
Profesi pendidik bukanlah profesi yang mudah, ada tahapan yang harus dilalui pendidik agar dapat menuntaskan pekerjaannya. Dalam dunia pendidikan konvesional bahkan disebutkan bahwa sebagian besar waktu pendidik banyak digunakan untuk kegiatan administrasi dibandingkan tatap muka dengan peserta didiknya.
Menurut McKinsey (2020) dalam 50 jam kerja selama sepekan, pendidik hanya melakukan 49% interaksi langsung dengan peserta didik. Sisanya digunakan untuk persiapan pembelajaran, evaluasi, pengembangan profesi, dan administrasi. Angka tersebut relatif kecil dari apa yang dapat kita bayangkan.
ADVERTISEMENT
Dan bisa jadi lebih sedikit apabila seorang pendidik tidak mampu memaksimalkan efisiensi kerjanya dengan alur yang mudah. Memanfaatkan teknologi AI dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu pendidik menjadi lebih baik. Beberapa aplikasi tersebut antara lain: Bardeen.ai, GPT-4, Hugging Face, UiPath, dan lain sebagainya.
● Memudahkan Latihan dan Pembelajaran
Dua orang murid TK belajar berhitung di rumahnya di Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (4/1/2021). Foto: Prasetia Fauzani/ANTARA FOTO
Poin utama dalam proses pendidikan tentu saja agar peserta didik dapat mengembangkan potensi terbaiknya dengan maksimal. Tugas pendidik sejatinya jadi lebih mudah dengan keberadaan teknologi AI.
Pendidik tidak perlu lagi repot memberikan contoh dan dapat mendorong peserta didik untuk dapat melakukan proses pembelajaran berbasis minat dan bakat.
Pendidik dapat memotivasi mereka sehingga tumbuh kebutuhan belajarnya agar kemudian dapat menjadi seorang pembelajar mandiri (self-based learning), yang apabila telah tumbuh di dalam jiwa seseorang akan lebih mudah membuatnya terus belajar hingga akhir hayat. Ada banyak kelebihan dari pemanfaatan teknologi AI dalam proses pembelajaran, berikut di antaranya:
ADVERTISEMENT
● Literasi Digital
Ilustrasi generasi muda muslim membaca buku digital lewat aplikasi KESAN. Foto: Dok. Istimewa
Kita hidup di era keterbukaan informasi melalui perangkat digital. Maka memiliki pemahaman digital menjadi sebuah keharusan yang tak dapat ditolak lagi. Istilah lainnya ialah literasi digital. Teknologi AI dapat membuat peserta didik lebih tertarik untuk menyelami teknologi digital sesuai minatnya masing-masing.
Tugas pendidik hanyalah mengarahkan apa yang menjadi kesukaan mereka. Sebab teknologi AI sendiri sudah menyebar ke berbagai lini pembelajaran, seperti digital grafis, karya sastra, modeling, hingga gaming.
Menjadi lebih mudah mengarahkan peserta didik yang sudah mengetahui minatnya, dan menjadi tugas pendidik untuk mencari tahu minat dari peserta didik lain yang masih dalam pencarian.
● Ko-Kreasi
Bagaimana caranya agar teknologi AI dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan peserta didik? Salah satunya dengan menggunakan pendekatan ko-kreasi atau membuat ulang berdasarkan inspirasi yang diberikan mesin kecerdasan buatan.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia ilmiah, yang tidak diperbolehkan adalah menyalin mentah-mentah apa yang didapatkan dari hasil bacaan atau karya kreator lainnya.
Sementara mengambil inspirasi masih diperbolehkan. Maka ajaklah peserta didik untuk sekadar mencari inspirasi dari teknologi AI lalu kemudian minta mereka membuat ulang berdasarkan inspirasi tersebut.
● Media Latihan
Inspirasi yang didapat dari teknologi aplikasi AI dapat digunakan untuk membuat karya baru yang lebih segar. Peserta didik jadi punya banyak kesempatan mengeksplorasi kemampuan mereka berdasarkan pada latihan-latihan yang diberikan AI.
Mereka pun dapat bertukar karya dengan lebih mudah. Salah satu aplikasi AI yang mengandalkan komunitas berbagi adalah Dischord dengan teknologi membuat beragam desain visual.
● Inovasi dan Adaptasi
Perubahan zaman begitu cepat terjadi, sebab kita sedang berada di era disrupsi. Ketika segala sesuatunya berkembang dan saling mempengaruhi, termasuk dalam bidang teknologi digital dan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Sebagai pendidik kita akan sangat kesulitan menentukan profesi apa yang tepat untuk peserta didik kita di masa depan. Kehadiran Ai semakin memperparah hal tersebut, di mana banyak profesi yang rentan tergantikan teknologi sehingga dalam 5-10 tahun ke depan tidak ada jaminan bahwa profesi tersebut akan tetap eksis. Sebut saja kasir, desainer grafis, penulis konten, bahkan arsitek.
Profesi yang sebelumnya dianggap punya agilitas terhadap perubahan malah menjadi begitu rentan dengan adanya perkembangan teknologi digital. Bahkan dalam beberapa kesempatan, pendidik termasuk punya potensi untuk digantikan AI.
Maka dibutuhkan aktualisasi diri antara pendidik dan peserta didik sehingga mampu menciptakan inovasi dan beradaptasi dengan baik pada perubahan yang terus menerus terjadi. Harapannya ketika nanti perubahan itu benar-benar datang, kita sudah menyiapkan solusi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pendidik tetap relevan dengan perkembangan zaman termasuk hadirnya teknologi AI di dalam proses pembelajaran mereka.
Meski perubahan ini terasa begitu cepat, didorong dengan pandemi COVID-19 yang dampaknya bahkan belum sepenuhnya hilang, namun realita tetap harus dihadapi. Dan tugas pendidik dalam dunia pendidikan adalah terus bergerak mengikuti perkembangan yang ada. Semoga bermanfaat. (*)
----------------------------------------------------------------------
Oleh: Dimas Ronggo Saputro, S.I.Kom & Dr. Dirgantara Wicaksono, M.Pd.
*Disadur dari berbagai sumber