Catatan Pengalaman: Cinta, Doa, dan Harapan

Dimas Sigit Cahyokusumo
Alumni Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK) UGM
Konten dari Pengguna
3 April 2024 7:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Sigit Cahyokusumo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap manusia pasti menjalani hidup penuh dengan lika-liku, setiap hidup yang kita jalani pasti memiliki berbagai pilihan dan pilihan itu menjadi tanggung jawab kita sebagai manusia dalam menghadapi hidup di dunia. Berbagai problem kehidupan pasti menghampiri setiap manusia yang bernapas. Problem itu datang silih berganti, entah problem dalam keluarga, teman, atau bahkan problem percintaan. Tentu semua itu memiliki rasa baik rasa senang, bahagia, atau sedih. Tulisan ini sejatinya merupakan isi curhatan hati saya pribadi dalam menghadapi sebuah problem percintaan.
ADVERTISEMENT
Banyak orang rela berkorban demi mendapatkan cinta sejatinya, ada yang berakhir dengan bahagia tapi ada juga yang berakhir dengan kesedihan. Orang-orang kemudian mengekspresikan rasa senang atau sedih itu dengan berbagai genre lagu yang ada. Oleh karena itu, tidak mengherankan banyak lagu-lagu yang bertema kesedihan atau kebahagiaan. Beberapa waktu kemarin sebagai seorang yang lahir dari buah cinta kedua orang tua, saya tentu ingin juga merasakan cinta yang berujung pada kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
Namun, sebagaimana ungkapan “manusia hanya bisa berencana, namun Allah-lah yang menentukan”. Selama ini saya sudah berusaha dengan baik menjalin cinta, namun entah kenapa selalu berujung pada kegagalan. Memang betul jodoh ada di tangan Allah, namun saya terus berusaha menjadi yang terbaik meski pada akhirnya belum berjodoh. Walau memang berbicara cinta harus dengan kekecewaannya. Awalnya sangat kecewa bisa kehilangan sebuah cinta, namun jika cinta dihancurkan oleh sebelah pihak bagi saya itu adalah luka yang dalam.
Pasalnya, cinta yang saya bangun penuh dengan komitmen, harapan, dan doa. Akan tetapi, semua itu hancur seketika ketika cinta yang diharapkan tidak berjalan dengan baik. Pada posisi ini saya hanya bisa merenung dan bertanya pada diri sendiri apa salah dan dosa saya sehingga saya harus gagal lagi dalam menjalani hubungan cinta bahkan cinta yang hampir menuju pernikahan harus terhenti di tengah jalan? Hanya kesedihan yang bisa saya rasakan sambil masih memegang keyakinan bahwa harapan untuk membangun dan menemukan cinta sejati itu masih ada.
ADVERTISEMENT
Pada posisi ini saya hanya bisa berdoa, bertanya, dan merenung tentang diri sendiri sambil mendengar sebuah lagu karya Obbie Messakh, “yang, rindukah kau padaku tak inginkah kau duduk di sampingku. Kita bercerita tentang laut biru di sana harapan dan impian”. Melalui tulisan yang singkat ini saya hanya ingin meminta maaf jika ada perilaku atau perkataan saya yang menyakiti. Sebab sejatinya aku masih sayang sama kamu, jika kamu mengizinkan bisa bersama kembali aku akan memperbaiki kesalahan-kesalahan aku.