Film The Photographer of Mauthausen, Penyelamatan Bukti Kekejaman Nazi Jerman

Dimas Sigit Cahyokusumo
Alumni Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK) UGM
Konten dari Pengguna
2 November 2022 21:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Sigit Cahyokusumo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Banyak film yang menceritakan tentang kekejaman Nazi pada perang dunia II, salah satunya adalah film The Photographer of Mauthausen. Film ini berdasarkan kisah nyata orang Spanyol yang ditahan di sebuah kamp konsentrasi Nazi. Film ini diproduksi tahun 2018 dan disutradarai oleh Mar Targarona serta diperankan oleh Mario Casas, Macarena Gomez, dan Alain Hernandez.
ADVERTISEMENT
Sinopsis Film The Photographer of Mauthausen
Pada tahun 1936 sampai tahun 1939 terjadi perang sipil di Spanyol yang melibatkan kaum nasionalis pendukung kerajaan dengan pihak penganut sistem republik. Pihak yang kalah dari kaum republik kemudian dibuang dan dinyatakan tidak memiliki status kewarganegaraan. Mereka dibuang ke daerah perbatasan Prancis dan oleh pihak Prancis orang yang terbuang ini diserahkan kepada pihak Nazi untuk dijadikan tawanan. Pihak Nazi bebas untuk memperlakukan mereka sesuka hati.
Para tahanan ini kebanyakan dimasukkan ke dalam kamp Mauthausen yang terletak di Austria. Di Mauthausen para tahanan yang baru masuk akan dicatat dengan dokumentasi yang lengkap. Orang yang bertanggung jawab untuk melakukan pendokumentasian ini adalah Paul Ricken. Sedangkan kepala kamp Mauthausen bernama Franz Zeireis. Semua kejadian di kamp Mauthausen tidak luput dari proses dokumentasi. Dari kedatangan para tawanan baru, proses pelaksanaan hukuman, sampai kepada pembuatan pas foto dari masing-masing tawanan.
ADVERTISEMENT
Francoise Boix adalah seorang tawanan asal Spanyol yang merupakan asisten dari Paul Ricken. Ia ditugaskan untuk membuat pas foto semua tawanan. Sehingga ia memiliki akses untuk masuk ke kamar gelap proses pencetakan foto. Di kamar gelap ini antara Paul Ricken dan Francoise Boix selalu terlibat dalam diskusi tentang fotografi. Menurut Francoise Boix fotografi harus mengambil objek yang natural apa adanya. Tetapi menurut Paul Ricken tidak ada yang disebut dengan natural, fotografi bergantung pada sudut pandang. Maka dari itu Paul Ricken seringkali mengatur semua objek yang hendak ia foto agar terlihat dramatis di dalam foto.
Suatu hari Francoise Boix diajak oleh Paul Ricken mendatangi sebuah lokasi objek dokumentasi. Lokasi itu adalah tempat eksekusi beberapa tahanan orang Spanyol penghuni kamp Gusen. Kamp yang lebih kejam dari Mauthausen. Para tahanan yang dieksekusi mencoba dibuat kesan agar mereka seperti ditembak karena mencoba untuk kabur. Di kamp Mauthausen ada berbagai cara untuk menghukum mati, diantaranya dengan disuntik mati, disekap diruangan gas beracun, diumpankan kepada biantang buas, dan dibiarkan mati kelelahan akibat kerja paksa.
ADVERTISEMENT
Suatu hari saat Francoise Boix sedang mencetak film, ia tidak sengaja menemukan satu map data film negatif milik Paul Ricken yang belum tersimpan ke dalam rak penyimpanan. Ia memeriksa data film itu, ternyata itu adalah foto-foto dari adegan kekejaman dan penyiksaan di kamp konsentrasi Mauthausen. Francoise Boix segera menyimpannya di dalam lokasi khusus di dalam rak. Suatu hari kamp Mauthausen kedatangan salah seorang petinggi Nazi, yaitu Heinrich Himmler. Heinrich Himmler datang untuk melakukan penindakan para tahanan Mauthausen. Kejadian ini tidak lepas dari pendokumentasian yang dilakukan oleh Paul Ricken.
Para tahanan Spanyol melalui sebuah radio rakitan mendengarkan pidato Heinrich Himmler. Pidato itu berisi motivasi, namun juga menyiratkan sebuah informasi bahwa Jerman telah kalah perang di pertempuran Stalingrad dengan Uni Soviet. Mendengar itu para tahanan Spanyol bergembira. Kini harapan akan kebebasan ada di depan mata, menindaklanjuti perkembangan yang terjadi. Franz Zeireis memerintahkan untuk memusnahkan semua data yang berhubungan dengan kamp Mauthausen termasuk foto-foto dokumentasi milik Paul Ricken.
ADVERTISEMENT
Francoise Boix segera bergegas ke ruang data untuk menyelamatkan negatif foto yang sebelumnya ia sembunyikan. Di dalam barak Francoise Boix kemudian membujuk para temannya agar mau membantunya menyembunyikan kumpulan negatif foto. Mereka yang awalnya pada ketakutan, akhirnya berhasil dibujuk agar mau menyelamatkan bukti kekejam pihak Nazi yang telah menyengsarakan mereka. Kumpulan negatif foto itu disimpan terpisah dan akhirnya melibatkan semua divisi kerja yang sesama orang Spanyol.
Para tawanan Spanyol ini mulai merencanakan untuk menyelundupkan negatif foto keluar kamp. Suatu hari Francoise Boix dipaksa pergi ke rumah Franz Zeireis. Saat itu dirumahnya sedang diadakan perayaan ulang tahun ke 10 dari anak Franz Zeireis. Francoise Boix ditugaskan menjadi divisi dokumentasi. Di tempat ini, Francoise Boix bertemu dengan Anselmo seorang bocah yang dulu sempat menghuni kamp Mauthausen. Melalui Anselmo ini, Fancoise Boix menitipkan beberapa negatif foto.
ADVERTISEMENT
Selama tahun 1945 pihak Nazi sudah mulai mendapatkan serangan dari pihak sekutu. Setelah kamp Mauthausen diserang oleh pihak sekutu. Francoise Boix pun segera memeriksa ruangan yang ditinggalkan oleh pihak Nazi. Francoise Boix tidak sengaja bertemu Paul Ricken yang tidak ikut lari bersama petinggi Nazi lainnya. Alih-alih membunuh Francoise Boix justru mengambil kamera milik Paul Ricken. Francoise Boix kemudian mengunjungi kamp wanita dan mengabadikan para tawanan wanita dengan kameranya. Setelah kamp Mauthausen berhasil dikuasai para tawanan. Para tawanan ini kemudian merobohkan patung elang yang menjadi simbol Nazi.
Kumpulan foto yang berhasil diselamatkan oleh Francoise Boix di kamp Mauthausen kemudian menjadi bukti yang kuat untuk memberatkan para petinggi Nazi atas kejahatan perang yang mereka lakukan dan juga menjadi bukti eksistensi kamp konsentrasi Mauthausen yang kejam. Pada akhirnya Francoise Boix bersama koleksi fotonya dihadirkan sebagai saksi pada pengadilan internasional di Nuremberg pada tahun 1946.
ADVERTISEMENT