Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Filosofi Epicurianisme Tentang Etika Bahagia
24 Juli 2023 17:45 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dimas Sigit Cahyokusumo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setiap manusia di dunia ini pasti ingin merasakan yang namanya bahagia. Tidak ada manusia di dunia ini yang ingin terus hidup di dalam kesedihan. Kebahagiaan telah menjadi dambaan setiap manusia.
ADVERTISEMENT
Semua orang ingin hidup bahagia tanpa rasa kecewa dan sedih. Oleh karena itu, sejak dahulu telah banyak gagasan dan wawasan yang berkembang dalam sejarah untuk merumuskan bagaimana manusia bisa meraih kebahagiaan. Salah satu gagasan paling populer mengenai kebahagiaan berasal dari seorang filsuf bernama Epicurus.
Epicurus adalah seorang filsuf Yunani kuno (341-270 SM). Dia lahir di pulau Samos. Sebagai seorang filsuf, Epicurus telah mengembangkan gagasannya terkait mengenai kebahagiaan yang dikenal dengan aliran Epicurianisme.
Dalam aliran ini, Epicurus mengajarkan:
Ajaran Epicurus sepintas mirip dengan ajaran hedonis, yang memandang bahwa kenikmatan dan kesenangan merupakan tujuan hidup. Namun, sejatinya tidak. Sebab, menurut Epicurus manusia memang mesti menggunakan kehendak bebasnya untuk mencari kesenangan.
ADVERTISEMENT
Tetapi terlalu banyak kesenangan justru akan menggelisahkan batin manusia. Orang bijak adalah orang yang tahu membatasi diri dan lebih mengutamakan kesenangan rohani agar batin tetap tenang.
Ajaran Epicurus di sini justru lebih menekankan tentang arti bersyukur. Betapa banyak orang yang memiliki harta kekayaan namun hidupnya tidak tenang, batinnya selalu dalam kegelisahan. Sebab kunci kebahagiaan adalah rasa syukur yang dimilikinya.
Dengan bersyukur niscaya sebuah kenikmatan itu akan bertambah. Sebagaimana dalam kitab Al-Qur'an disebutkan bahwa barangsiapa pandai bersyukur atas nikmat Allah Swt, maka akan ditambah nikmat itu.
Epicurus sendiri telah mengidentifikasi mengenai pentingnya meminimalisasi keinginan-keinginan dalam diri manusia agar manusia mampu untuk bersyukur dan meraih kebahagiaan yang sebenarnya, yakni:
ADVERTISEMENT
Selain mengajarkan arti pentingnya dari hidup sederhana dan bersyukur untuk mencapai kebahagiaan. Epicurus juga menyarankan untuk menjalin persahabatan sebagai jembatan menuju kebahagiaan. Menurut Epicurus, persahabatan adalah salah satu cara terbesar untuk mendapatkan kesenangan.
ADVERTISEMENT
Epicurus percaya bahwa membangun hubungan baik dengan teman menawarkan rasa aman. Sedangkan tidak memiliki hubungan pertemanan yang baik, dapat menyebabkan keputusasaan.
Selain itu, menurut Epicurus berbuat baik lebih menyenangkan daripada menerima kebaikan. Sebab, kebahagiaan terbesar manusia adalah menjalin persahabatan.