Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Filosofi Gua Plato dan Sisi Lain Kenyataan
7 Agustus 2023 16:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dimas Sigit Cahyokusumo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sejak dahulu banyak para filsuf, salah satunya Plato yang menjelaskan mengenai arti dari kenyataan yang dihadapi manusia. Melalui analogi gua Plato ingin menjelaskan tentang kenyataan tertinggi dari kehidupan ini.
Perumpamaan Gua Plato
Ada sekelompok orang yang dipenjara di dalam gua sejak mereka lahir. Orang-orang ini dirantai secara ketat. Di belakang mereka terdapat sebuah api unggun besar, sehingga seumur hidup mereka hanya mampu melihat bayang-bayang yang terpantul pada tembok di depan mereka.
Pada tembok itu orang-orang ini dapat melihat bayangan manusia atau binatang yang lewat di belakang. Semasa hidup, mereka hanya melihat bayangan dan gema suara di dalam gua sehingga mereka menganggap sebagai kenyataan yang sesungguhnya.
Pada suatu waktu ada orang yang sengaja melepaskan diri dari gua. Sebut saja namanya Optimus. Badan Optimus yang selama hidupnya dirantai akhirnya bisa bergerak meski harus menahan kesakitan yang luar biasa. Matanya perih melihat cahaya matahari.
ADVERTISEMENT
Setelah keluar dari gua Optimus menyadari bahwa ada kenyataan lain yang melampaui “kenyataan” yang dia percaya selama di gua. Dalam sekejap pengetahuannya berubah. Optimus sadar bahwa kenyataan yang selama ini diyakini ternyata salah. Semua yang ia lihat, dengar, dan rasakan hanyalah pantulan dari kenyataan yang lebih tinggi.
Sisi Lain Kenyataan Hidup
Plato lewat analogi ini sebenarnya ingin menjelaskan bahwa tidak semua persepsi yang kita yakini selama ini itu benar. Bisa jadi itu hanyalah khayalan, bayangan, atau ilusi kita dalam memandang kenyataan.
Di era modern ini kita banyak sekali disungguhkan oleh kehidupan serba mewah dan glamor. Orang berlomba-lomba untuk mencapai kehidupan yang mewah. Sejak dalam pikiran kita sudah dipaksakan mengikuti gaya hidup orang lain.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang menyakini bahwa semakin banyak uang, maka semakin hidupnya bahagia . Bahagia yang ia bayangkan itu banyak uang dan kemewahan.
Ia lupa bahwa kehidupan dirinya terkadang berbeda dengan kenyataannya. Orang banyak yang sakit hati dan kecewa disebabkan oleh pantulan bayang-bayang ekspektasinya. Ia tidak bisa melihat kenyataan lain di luar pikirannya.
Hidupnya selalu dalam bayang-bayang yang membuatnya seakan dirantai oleh pikiran dan harapannya sendiri. Tidak ada yang salah dengan harapan, semua orang boleh berharap. Namun, hidup harus penuh dengan pertimbangan dan rencana.
Bayang-bayang ekspektasi kita telah membutakan diri akan kenyataan hidup. Sebagaimana contoh, akhir-akhir ini orang sering mengatakan “hidup lagi capek-capeknya”. Kondisi capek menunjukkan bahwa diri kita telah lelah dibuai oleh bayang-bayang dan ekspektasi kita.
Padahal jika hidup dijalani dengan melihat kenyataan sebenarnya tidak ada yang perlu di khawatirkan. Kita selalu khawatir dengan bayang-bayang pikiran yang dibuat sendiri. Kita takut dan cemas akan sesuatu yang belum terjadi ke depannya.
ADVERTISEMENT
Kita hidup dalam gua ekspektasi yang penuh dengan ilusi dan bayang-bayang tanpa tahu kenyataan yang ada di hadapnnya. Jangan-jangan yang kita lihat itu sebagai kebahagiaan sebenarnya adalah bayang-bayang ilusi yang bukan sebenarnya.
Jangan-jangan yang kita sebut bahagia itu adalah ekspektasi kita sendiri yang terkadang berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya. Oleh karena itu, bijaklah dalam menjalani hidup dengan baik dan penuh rasa syukur.