Konten dari Pengguna

Idul Fitri Kembali ke Fitrah

Dimas Sigit Cahyokusumo
Alumni Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK) UGM
11 April 2024 15:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Sigit Cahyokusumo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi silaturahmi bersama keluarga atau orang tua di hari Lebaran atau Idul Fitri. Foto: Odua Images/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi silaturahmi bersama keluarga atau orang tua di hari Lebaran atau Idul Fitri. Foto: Odua Images/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satu bulan lamanya kita telah melewati bulan suci ramadan untuk menjalankan ibadah puasa. Bulan puasa adalah bulan yang penuh dengan keberkahan dan kebaikan. Di dalam menjalankan ibadah puasa, kita bukan saja diwajibkan menahan makan dan minum, namun juga menahan perilaku dan hati kita dari perbuatan buruk, salah satu perbuatan buruk itu adalah hawa nafsu. Nafsu pada hakikatnya diciptakan guna untuk menjaga eksistensi hidup manusia. Apa jadinya jika kita memiliki nafsu untuk makan, minum, menikah dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Nafsu yang terdapat dalam diri manusia sejatinya harus terus dikendalikan dengan baik, sebab jika nafsu tidak dapat dikendalikan maka kemungkinan dapat melampaui batas. Mengendalikan nafsu bukanlah hal yang mudah banyak orang tergelincir akibat nafsu yang terlalu besar untuk merusak dan merugikan orang lain. Ada banyak cara untuk mengendalikan hawa nafsu, salah satunya adalah dengan melakukan ibadah puasa.
Ibadah puasa sejatinya pendidik jiwa manusia agar tidak serakah dan rakus, oleh karena itu dalam melakukan ibadah puasa kita ditekankan untuk selalu menjaga perkataan, perbuatan dan hanya fokus untuk beribadah kepada Allah Swt. Tujuan ibadah puasa sangat luas dan mengandung kebaikan yang besar bagi manusia. Setelah manusia mengalami pendidikan jiwa melalui ibadah manusia. Manusia diharapkan bisa kembali pada kesejatian diri dan fitrahnya. Momentum kembali pada kesejatian diri manusia diwujudkan melalui hari raya Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Hari raya Idul Fitri bukanlah hari yang hanya dirayakan dengan bersenang-senang semata, melainkan sebuah hari untuk mengingatkan kita akan kesejatian diri dan fitrah manusia. Diharapkan setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan manusia bisa kembali kepada fitrahnya. Selama ini hari raya Idul Fitri selalu identik dengan kembali kepada fitrah atau suci, namun fitrah seperti apa yang diharapkan akan terjadi pada diri manusia?
ADVERTISEMENT
Hari raya Idul Fitri, sejatinya mengajarkan manusia untuk kembali ke watak dasarnya sebagai makhluk alami, yaitu manusia yang tumbuh dan berkembang secara teratur sampai ia membuahkan hasil yang bermanfaat, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan dan membahagiakan. Sebagaimana yang terdapat dalam Surat Al-Rum: 30, “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam) sesuai fitrah dari Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah”. Maksud dari ayat ini adalah meminta manusia untuk selalu mengikuti perintah agama, baik secara jiwa maupun raga. Tegakkanlah keyakinan yang lurus dan berusaha untuk selalu menjaga diri dari hal-hal buruk, seperti sikap rakus, serakah, dan hawa nafsu yang berlebihan.