Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Penggunaan Lambang Swastika oleh Adolf Hitler pada Nazi Jerman
11 Januari 2023 7:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dimas Sigit Cahyokusumo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi penikmat sejarah, pasti mengenal sosok Adolf Hitler , Partai Nazi beserta simbol-simbolnya. Sebagaimana diketahui bersama, pada dasarnya setiap partai politik, komunitas, dan organisasi pasti memiliki sebuah simbol.
ADVERTISEMENT
Begitu pun dengan Partai Nazi yang memiliki sebuah simbol yang bernama swastika. Simbol-simbol yang melekat pada setiap partai, komunitas, atau organisasi pasti memiliki berbagai makna.
Lantas, apa makna simbol swastika yang digunakan oleh Adolf Hitler pada partai Nazi? Dan bagaimana simbol itu dimaknai dalam sejarah ?
Sejarah dan Makna Umum Simbol Swastika
Swastika sendiri berasal dari kata su-asti-ka. Tentu masing-masing suku kata memiliki arti, su artinya baik atau selamat, asti adalah rahayu, sedangkan ka berfungsi untuk membentuk kata sifat menjadi kata benda.
Jadi bisa diartikan swastika adalah lambang keselamatan dan kesejahteraan, bahkan lambang keramat ini kerap diartikan sebagai penangkal agar terhindar dari masalah dan rintangan.
Adapun bentuk asli lambang swastika ialah dua garis vertikal dan horizontal bersilang sama sisi, tegak lurus di tengah-tengah. Swastika menggambarkan keharmonisan perputaran alam semesta dengan segala dinamika, romantika, dan dialektikanya.
ADVERTISEMENT
Kata swastika berarti keselamatan atau kesejahteraan. Garis vertikal menunjukkan keharmonisan hubungan manusia dengan sang pencipta-Nya, yaitu Sang Hyang Widhi Wasa.
Sedangkan garis horizontal menunjukkan keharmonisan hubungan manusia dengan sesamanya, termasuk hubungan dengan alam semesta (Piliang, 2020).
Dalam filsafat Hindu, swastika merupakan salah satu simbol yang paling disucikan dalam tradisi Hindu. Bukan hanya itu, lambang ini memiliki budaya yang kompleks, rasanya hampir mustahil diklaim merupakan kreasi atau milik bangsa dan kebudayaan tertentu.
Dalam ajaran Buddha, swastika adalah simbol nasib baik, kemakmuran, dan kelimpahan. Simbol ini dapat ditemukan diukir pada patung Buddha di telapak kakinya dan dadanya.
Bukan hanya itu, Swastika Buddha lebih menekankan penyerapan nilai-nilai keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.
Keberadaannya sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu, menjadikan swastika sebagai salah satu simbol tertua di dunia.
ADVERTISEMENT
Pengubahan Simbol Swastika oleh Nazi Jerman
Sebelum Adolf Hitler dengan partai Nazi-nya menggunakan simbol swastika. Berbagai bangsa di dunia, sejatinya pernah menggunakannya sebagai simbol.
Swastika juga dikenal dengan berbagai nama, seperti Tetragammadion di Yunani atau Fylfot di Inggris, menempati posisi penting dalam kepercayaan maupun kebudayaan bangsa-bangsa kuno.
Di Eropa barat penggunaan swastika sebagai bagian dari budaya kuno bisa ditemukan di banyak tempat, salah satunya batu dari zaman perunggu di Ikley Moor di Yorkshire, Inggris.
Bahkan lambang ini juga digunakan sebagai simbol bisnis. Pada awal abad ke-20, swastika digunakan sebagai simbol keberuntungan dalam periklanan, arsitektur, dan perhiasan.
Perusahaan pembuatan bir Denmark Carlsberg, yang berkantor pusat di Kopenhagen, menggunakan simbol tersebut sebagai logonya dari tahun 1881 hingga dekade 1930-an (Sunder, 2021).
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1900 simbol swastika semakin jarang digunakan, sampai akhirnya Hitler dengan Nazi-nya berkuasa dan simbol swastika kembali digunakan.
Seiring naiknya Adolf Hitler ke kursi kekuasaan pada tahun 1933, ia kemudian menggunakan simbol swastika pada bendera Partai Nazi dengan beberapa tambahan, seperti warna merah darah dengan lingkaran putih di tengahnya. Di dalam lingkaran putih itu disematkan swastika hitam menghadap ke kanan dan miring 45 derajat.
Sebab, menurut Hitler warna-warna seperti merah, lingkaran putih, dan swastika hitam di tengahnya mengekspresikan penghormatan mereka akan kejayaan masa lalu yang membanggakan bangsa Jerman.
Merah sebagai gagasan sosial dalam pergerakan, putih sebagai gagasan nasionalistik, dan swastika menggambarkan perjuangan mencapai kemenangan bangsa Arya (Wirayudha, 2020).
ADVERTISEMENT
Beberapa ahli menduga penggunaan simbol swastika oleh Hitler kemungkinan berakar pada orang Jerman yang menemukan kesamaan antara bahasa mereka dan bahasa sansekerta.
Sehingga mereka menarik kesimpulan bahwa orang India dan Jerman berasal dari garis keturunan arya murni yang sama. Namun, tidak semua orang setuju dengan kesimpulan ini.
Dalam buku berjudul, “The Sign of the Cross: From Golgotha to Genocide”, Daniel Rancour Laferriere, menyatakan bahwa keputusan Hitler untuk menggunakan hakenkreuz sebagai simbol Partai Nazi mungkin karena masa kecil Hitler di Biara Benediktin di Austria, di mana ia berulang kali melihat salib di banyak tempat (Sunder, 2021).
Pada makna simbol swastika secara umum dapat dikatakan bahwa sejak awal munculnya simbol ini telah melambangkan apa yang disebut dengan kemakmuran, kebahagiaan, dan kebaikan.
ADVERTISEMENT
Namun, kini swastika telah menjadi ikon budaya yang kontroversial. Dalam bukunya berjudul, “The Swastika and Symbols of Hate”, Heller, mengatakan bahwa swastika adalah simbol kuno yang dibajak dan diselewengkan dan dipelintir menjadi perwujudan sikap intoleransi (Sunder, 2021).
Adolf Hitler menggunakannya sebagai perwujudan dari superioritas bangsa arya. Jutaan orang Yahudi serta yang berbeda pemahaman dengannya tewas di tangan para prajurit Hitler yang ganas dan bangga menggunakan lambang swastika.