Dilema Brazil Terhadap Eksistensi AS-Tiongkok Sebagai 2 Hegemoni Dagang Dunia

Dimas Surya Saputra
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia dan Pegiat Isu Amerika Latin.
Konten dari Pengguna
3 Januari 2021 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Surya Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber foto: https://asiapowerwatch.com/china-brazil-relations-under-bolsonaro-from-sour-to-sweet/
Hadirnya Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok sebagai kekuatan besar ekonomi dunia dalam menyebarkan kekuatan hegemoninya baik dalam bentuk pemberian stimulus dana, akses pasar, perjanjian atau kesepakatan, kerjasama, dan sebagainya kepada negara dunia lainnya tentu menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam kelanjutan kontestasi internasional pada dekade ini. Hal tersebut membuat negara mau tak mau harus berpihak ke salah satu hegemoni untuk bertahan dalam masalah ekonomi setiap masing-masing negara membuat munculnya dilema tak terkecuali bagi Brazil.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengekspor agrikultur terbesar dunia, Brazil sangat memanfaatkan Tiongkok dalam menjual produknya dengan skala besar dan disisi lain AS telah dianggap sebagai “sahabat karib”. Sehingga muncul pertanyaan, bagaimana Brazil harus memposisikan diri terhadap eksistensi kontestasi 2 hegemoni dagang dunia?
Politik Mengarah AS, Ekonomi Lebih ke Tiongkok
Keberpihakan Brazil terhadap AS mulai terlihat pada kepresidenan Jair Bolsonaro dengan mengubah haluan politik ke arah kanan pada tahun 2019. Hal tersebut muncul setelah pemakzulan Dilma Rousseff pada 2016 dan berakhirnya masa kepemimpinan Michel Temer di tahun 2018. Dengan naiknya Bolsonaro membuat kebijakan yang dikeluarkan tentu lebih berorientasi kepada AS seperti menjunjung penerapan ekonomi liberal di Amerika Latin, memperdalam relasi dengan sekutu AS yaitu Israel, mengabaikan Paris Agreement, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Sehingga, dari beberapa kebijakan tersebut menghasilkan kedekatan hubungan antar kedua negara yang intens dan Donald Trump menganggap bahwa Bolsonaro sebagai bentuk perawakan AS di Amerika Selatan membuat Brazil secara langsung rely dalam hal politik baik domestik maupun luar negeri.
Walaupun begitu, Brazil tidak dapat menghilangkan pengaruh Tiongkok dalam eksistensi internasional di negaranya. Pasalnya, negeri tirai bambu berkontribusi dalam mendorong ekonomi Brazil dengan menjadi importir terbesar dalam sektor Agrikultur seperti kedelai, dan jagung sebesar 35 Miliar USD pada tahun 2018 serta secara resmi membuat Brazil berhasil menggeser posisi Argentina sebagai eksportir pertanian utama ke Tiongkok di Amerika Latin.
Dengan besarnya jumlah ekspor yang dihasilkan tentu Brazil memiliki jaminan mitra dagang yang saling menguntungkan dimana Tiongkok mengekspor teknologi, stimulus dana, serta membangun infrastruktur ke negeri samba membuat hubungan kedua negara saling ketergantungan. Sehingga, Brazil harus berhati-hati dalam mengambil langkah kebijakan atau sikap untuk mempertahankan keberlangsungan hubungan perdagangan yang positif.
ADVERTISEMENT
Bolsonaro Berpihak kepada AS dan Mengabaikan Tiongkok
Namun, keuntungan Brazil dalam melakukan hubungan dagang dengan Tiongkok yang positif bukan berarti mereka secara mudah terpengaruh berpihak ke negeri tirai bambu dan secara tegas tetap mempertahan kedekatan hubungan dan keberpihakan negara dengan AS. Dengan tanggapan Trump kepada Bolsonaro sebagai AS-nya Amerika Latin, seolah membuat Bolsonaro “jatuh cinta” dan lebih memperdalam hubungan antar kedua negara.
Hal tersebut tentu berimplikasi kepada kebijakan luar negeri Brazil yang mempermudah barang AS masuk ke negeri samba seperti pembaharuan kuota masuk ethanol tanpa tarif sebagai bentuk cinta Bolsonaro terhadap Trump. Begitu juga dengan AS yang mengurangi kuota masuk besi semi-jadi dari Brazil serta perumusan perjanjian perdagangan bebas antar kedua negara membuat hubungan ini tidak dapat dipisahkan karena sikap Brazil yang lebih memprioritaskan kebutuhan AS dibanding negara lain hingga menjadi antek Washington.
ADVERTISEMENT
Sehingga secara tidak langsung membuat Brazil telah mengabaikan peran Tiongkok terhadap ekonomi mereka dan malah mempersulit Beijing masuk barang ke Brasilia seperti pemberian batas teknologi 5G Huawei, Ditambah dengan statement anti-Tiongkok yang digaungkan oleh AS dan Brazil seakan-akan Tiongkok tidak mempunyai ruang bagi Brasilia dalam mendorong hubungan dagang yang “saling bergantungan” walaupun Tiongkok telah memberi peringatan secara tertulis kepada pemerintahan negeri samba terhadap pendiriannya yang dianggap merugikan keberadaan Tiongkok di dunia internasional. Tentunya ini merupakan upaya AS membantu serta mempengaruhi Brazil dalam mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap Beijing.
Berpihak Secara Berlebihan, Perdagangan Brazil Terancam
Pengabaian peran Tiongkok di Brazil dan “Kecintaannya'' terhadap AS dianggap telah melebihi batas ketika Wakil Federal São Paulo, Eduardo Bolsonaro yang merupakan anak dari Jair Bolsonaro memberikan statement negatif kepada negeri tirai bambu melalui laman Twitter seperti Covid-19 sebagai virus Tiongkok, serta 5G Huawei merupakan espionase Beijing membuat negeri tirai bambu murka dan tentu menjadikan hubungan Brasilia-Beijing berada di fase renggang. Sehingga kalau hal tersebut tetap berlangsung ditambah dengan penyeruan statement anti-Tiongkok bersama Washington membuat Beijing tidak ambil langkah diam dalam menciutkan niat Bolsonaro bersama Trump.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa skenario dan posibilitas yang tentu dapat mengancam perdagangan Brazil di dunia internasional yang berdampak kepada ekonomi negara yaitu hilangnya mitra dagang agrikultur dimana Tiongkok mulai bergerak dengan memberi stimulus dana kepada negara di Afrika untuk menanam bahan agrikultur terutama kedelai, dan jagung demi mengurangi ketergantungan kepada Brazil.
Melihat hal tersebut, tentu ini menjadi ancaman bagi Brasilia untuk dipertimbangkan karena berdampak kepada pendapatan negara dan masyarakat juga dapat mengancam masa depan dan mematikan agrikultur negara sebagai penyumbang pendapatan Brasilia ditambah dengan Argentina yang menjadi mitra kedua pertanian bagi Beijing tentu dapat memanfaatkan momentum ini untuk mencuri posisi Brazil sebagai produsen utama agrikultur di Amerika Latin yang berakibat kepada beratnya posisi negeri samba dalam mendorong ekspor yang positif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Brazil dapat menjadi the next Australia dimana Canberra meminta pengusutan awal mula Covid-19 secara independen yang berujung kepada pemberian hambatan tarif barang ekspor Australia membuat hubungan kedua negara mengalami ketegangan. Sehingga, ini mungkin dapat terjadi kepada Brazil dengan segala upayanya dalam menghentikan pengaruh Beijing ke Brasilia bersama AS dan sekutunya mungkin berujung tindakan retaliasi yang akan dilakukan oleh Tiongkok seperti memberi batasan masuk ekspor barang mentah Brazil, atau bahkan mem-banned barang agrikultur yang dapat membuat negeri samba terdiam.
Epilog
Dengan melihat sebab dan akibat dari sikap Brazil yang lebih dekat dengan AS secara masif hingga berujung kepada mengucilkan Tiongkok dan berdampak kepada ancaman ekonomi negara bukan berarti Brasilia harus berpihak kepada Beijing karena adanya posibilitas yang dapat terjadi seperti Debt Trap dimana telah menghinggapi hampir seluruh negara dunia melalui kerjasama dengan Tiongkok. Posisi Brazil seharusnya dapat bersikap netral atau tidak bergantung kepada 2 hegemoni dagang dunia dan malah dapat memanfaatkan momentum ini dengan menarik para investor untuk menanamkan modal serta pemberian stimulus dana ke Brazil yang mendorong kebutuhan ekonomi Brazil sebagai bagian dari persaingan penyebaran paham pengaruh dalam memilih 2 pihak ekonomi besar di dunia ini.
ADVERTISEMENT