news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Eksistensi Tiongkok Di Amerika Latin: Konfrontasi Baru dengan Amerika Serikat?

Dimas Surya Saputra
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia dan Pegiat Isu Amerika Latin.
Konten dari Pengguna
19 Desember 2020 5:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Surya Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: http://www.cnfocus.com/sino-us-trade-friction-creates-new-opportunities-between-china-and-latin-america/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: http://www.cnfocus.com/sino-us-trade-friction-creates-new-opportunities-between-china-and-latin-america/
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 13 Juni 2017, Panama mengumumkan bahwa mereka telah membangun hubungan bilateral dengan Tiongkok melalui penandatangan Joint Communique dan secara langsung memotong hubungan dengan Taiwan. Pengumuman tersebut tentu menjadi perhatian dunia internasional terutama bagi Amerika Serikat dan wilayah Amerika Latin lainnya. Pasalnya, Panama lebih mengakui keberadaan Taiwan dengan membangun kerjasama antara kedua pihak serta mendukung upaya Taiwan untuk lepas dari tangan Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Sehingga, hal tersebut tentu membuat Amerika Serikat merasa kecolongan karena Juan Carlos Varela sebagai presiden Panama memilih untuk tidak memberitahu kepada negeri Paman Sam dan cenderung menutup-nutupi demi menghindari adanya intervensi. Tentunya tindakan tersebut membuat Amerika Serikat marah dan cukup menyesali terhadap apa yang dilakukan oleh Panama.
Tetapi, Disisi lain ini merupakan kemenangan bagi Tiongkok karena selain berhasil memberikan pengaruh ke Amerika Latin secara lebih luas terutama di wilayah Amerika Tengah, juga ini menjadi pintu masuk untuk memperluas Belt and Road Initiatives (BRI) ke wilayah halaman belakang Amerika Serikat. sehingga muncul pertanyaan, apakah dengan masuknya negara tirai bambu di Amerika Latin menjadi kontestasi baru bagi Amerika Serikat terhadap konfrontasi yang telah dimulai sejak tahun 2017?
ADVERTISEMENT
Tiongkok masuk ke Halaman belakang Amerika Serikat
Sebenarnya, masuknya Tiongkok di Amerika Latin bukanlah suatu momen yang baru. Hal tersebut dapat dilihat sejak pada tahun 1600an ketika Tiongkok mulai menjajaki aktivitas perdagangan di wilayah Meksiko dengan membangun jalur jalan sutra tua (old silk road). Sehingga, ini menjadi titik awal dimulainya kerjasama antar kedua belah pihak. Lalu, hubungan Tiongkok dan Amerika Latin mulai meningkat ketika negara tirai bambu masuk sebagai anggota WTO pada tahun 2001 dan melakukan hubungan perdagangan secara lebih dekat. Dengan dekatnya hubungan kedua pihak tentu menghasilkan nilai keuntungan sebesar 10 miliar USD (2000) dan terus meningkat hingga mencapai 306 miliar USD (2018) membuat Tiongkok menjadi partner terbesar kedua dalam perdagangan setelah Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Tujuan Tiongkok untuk mendekati Amerika Latin lain tak bukan hanya menjalin kerjasama pada bidang investasi dan perdagangan. Karena Tiongkok sangat menginginkan sumber daya alam seperti kedelai, jagung, dan sebagainya yang dimiliki oleh wilayah Amerika Latin untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka dan disisi lain negara Amerika Latin juga membutuhkan teknologi dan infrastruktur untuk menopang sektor agrikultur mereka secara positif membuat ini menjadi kesempatan bagi Tiongkok untuk merekatkan hubungan dengan Amerika Latin yang bersifat timbal balik dan mengisi satu sama lain sehingga menjadikan hubungan mereka lebih mengarah ke win-win cooperations.
Ditambah dengan kebijakan BRI yang berfokus pada infrastruktur dan stimulus dana membuat Amerika Latin tidak dapat mengelak dari tawaran yang diajukan oleh Tiongkok. Tentunya, 19 dari 32 negara di Amerika Latin dan Karibia menandatangani BRI membuat ini sebagai kemajuan bagi Tiongkok dalam ekspansi kebijakan tersebut. Pembangunan hidroelektrik di Ekuador, rel kereta api di Argentina, Akuisisi perusahaan energi Peru, stimulus dana ke Venezuela, dan sebagainya menjadi bukti bahwa kebijakan BRI benar-benar menjadi ambisi untuk mempengaruhi negara Amerika Latin.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat Terusik dengan Aktivitas Tiongkok di Halaman Belakangnya
Melihat hal tersebut, Amerika Serikat tentu merasa terusik dan terganggu dengan keberadaan Tiongkok ketika sebagian besar negara di Amerika Latin mulai menandatangani BRI dan banyaknya pembangunan projek infrastruktur serta manufaktur. Amerika Serikat menganggap bahwa ini menjadi bumerang bagi negara Amerika Latin karena stimulus dikucurkan dengan jumlah yang besar membuat mereka memiliki kemungkinan untuk tidak dapat membayar hutang dan menjadi jebakan atau debt trap. Mike Pompeo memberi contoh Sri Lanka sebagai kasus yang perlu dipertimbangkan oleh negara Amerika Latin supaya lebih berhati-hati jika bekerjasama dengan Tiongkok yang berakibat kepada kesulitan dalam membayar hutang di masa tenggat.
Namun, upaya Pompeo akan sia-sia, karena Tiongkok nampak mendorong kerjasama lebih deras melalui narasi “pembersihan nama” terhadap kegiatan investasi dengan negeri tirai bambu bahwa mereka adalah sahabat. Ditambah pada tahun 2020 Tiongkok menggelontorkan 1 Miliar USD dalam bentuk pinjaman dana untuk menolong negara Amerika Latin melawan pandemi Covid-19. Sehingga ini menjadi tantangan tersendiri bagi Amerika Serikat dalam mengusir pengaruh Tiongkok di halaman belakangnya yang mungkin akan semakin sulit dan rumit.
ADVERTISEMENT
Banyak upaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat dalam meredam penyebaran pengaruh Tiongkok ke Amerika Latin seperti melakukan kunjungan ke beberapa negara seperti Chile, Suriname, Kolombia dengan membawa narasi “harus berhati-hati dan menolak kedatangan Tiongkok serta kerjasama yang ditawarkan ke Amerika Latin” dengan anggapan bahwa itu merupakan suatu hal yang berbahaya dan dapat mengganggu good governance negara, lalu membuat kebijakan Better Utilization of Investment Lending Development atau BUILD Act of 2018 dengan membentuk International Development Finance Corporation (IDFC) untuk memberikan pinjaman serta jaminan dana melalui partisipasi pemerintah dan perusahaan swasta dalam melakukan investasi dan pembangunan berkelanjutan ke negara berkembang termasuk Amerika Latin sebagai bentuk respon perlawanan terhadap pengaruh BRI.
Posibilitas konfrontasi baru di Amerika Latin
ADVERTISEMENT
Melihat tindakan yang dilakukan oleh Tiongkok dan upaya Amerika Serikat dalam meredam penyebaran pengaruh BRI secara lebih luas di Amerika Latin tentu dapat menjadi polemik konfrontasi baru terhadap kekuatan kedua negara. Karena aktivitas Tiongkok dalam menyebarkan kebijakan BRI di benua Amerika tentu secara langsung menjadi ancaman bagi Amerika Serikat yang masih menganggap Amerika Latin sebagai halaman belakangnya. Sehingga, jika meminjam skenario yang dirumuskan oleh Nana de Graaff dan Bastiaan van Apeldoorn dalam artikel jurnal yang berjudul US-China Relations and The Liberal World Order: Contending Elites, Colliding Visions?, maka konfrontasi ini memasuki skenario pertama yaitu konflik yang tak terhindarkan (inevitable) dimana kemunculan Tiongkok menjadi ancaman kekuatan Amerika Serikat sebagai hegemoni dunia.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus ini, konfrontasi Amerika Serikat-Tiongkok dapat berbuah konflik dan malah menambah daftar panjang dari perselisihan yang telah dilakukan oleh kedua negara sejak perang dagang membuat Amerika Latin mungkin menjadi medan perang kekuatan global walaupun konflik yang terjadi hanya sekadar pemberian stimulus dana di sektor ekonomi, perdagangan, investasi, serta pembangunan dan bukan kepada aktivitas militer. Perseteruan tersebut mulai terlihat dari sikap Amerika Serikat tidak sadar ketika Panama membuka hubungan dengan Tiongkok yang merupakan pusat jalur perdagangan bagi Amerika Serikat membuat ini menjadi kemenangan terhadap negeri paman sam. Tentunya dengan kerjasama Tiongkok dengan Panama membuat Amerika Serikat menjadi terancam jika tidak terus melakukan gerakan secara signifikan yang berakibat kepada adanya pergeseran posisi teratas dalam partner perdagangan utama dengan Amerika Latin dan Tiongkok dengan mudah dapat mendominasi halaman belakang Amerika Serikat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT