Konten dari Pengguna

Penanaman Edukasi Mitigasi Bencana Negara Jepang

Dimas Saputra
Mahasiswa Semester 5 Prodi Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
28 Agustus 2022 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Gempa Bumi, pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gempa Bumi, pexels.com
ADVERTISEMENT
Jepang adalah negara kepulauan yang letaknya di titik pertemuan empat lempeng tektonik bumi yakni lempeng Amerika Utara, Filipina, Eurasia dan lempeng Pasifik membuat negara dengan sebutan Nippon atau negeri matahari terbit ini memiliki berbagai problematika bencana alam. Kondisi geografis Jepang tersebut yang didukung dengan banyaknya gunung berapi di negara ini membuat Jepang disebut dengan ‘Pacific Ring Of Fire’ atau yang kita kenal dengan sebutan cincin api pasifik. Problematika – problematika bencana yang dihadapi Jepang antara lain aktivitas vulkanik, gempa bumi, tsunami, badai salju dan bencana-bencana lainya.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan sejarah Jepang sering mengalami guncangan bencana alam gempa bumi. Beberapa guncangan gempa bumi paling besar yang pernah ada yakni gempa besar Kanto pada tahun 1923, Gempa Genroku pada 1703, dan sebagai gempa terkuat yang pernah tercatat dengan magnitude 9,1 yaitu gempa Tohoku yang terjadi pada 11 Maret 2011 dan menewaskan 15.269 masyarakat Jepang dan 8.526 orang hilang yang telah dikonfirmasi oleh Tokyo Broadcasting System dan Japanese National Police Agency. Namun demikian, tidak hanya menewaskan banyak penduduk, bencana ini juga merusak besar fasilitas umum dan juga rumah penduduk di Jepang.
Bencana-bencana tersebut tentunya menjadi refleksi respon serius oleh pemerintah Jepang terkait dengan pencegahan dan penanganan bencana yang menjadi lebih serius. Dalam dokumen Fire system Service Jepang membentuk organisasi Fire Service sebagai respon usaha penurunan risiko bencana. Namun tidak hanya itu, masih banyak upaya pemerintah Jepang yang menunjukan bahwa negaranya tidak main-main dalam menghadapi bencana alam. Upaya yang dilakukan setiap negara menghadapi bencana tentunya sama saja, yakni mitigasi bencana. Namun demikian cara pemerintah dalam mengimplementasikannya tentunya berbeda. Berikut bagaimana negara Nippon ini berupaya memitigasi bencana
ADVERTISEMENT
1. Aturan Pembangunan Bangunan Tahan Gempa
Seringnya Jepang dilanda gempa membuat pemerintah Jepang memikirkan serius dan membuat inovasi serta aturan-aturan yang berguna untuk masyarakatnya untuk menghadapi bencana-bencana alam terutama gempa. Oleh karena itu, pemerintah Jepang sejak tahun 1971 mewajibkan bangunan tahan gempa yang diperserius aturannya pada 1981 setelah terjadinya gempa di Prefektur Miyagi. Dilansir dari Real-Estate-Tokyo tentang bangunan Jepang, sesuai dengan undang-undang standar bangunan Jepang diwajibkan tahan gempa di atas 6 magnitudo.
2. Sistem Peringatan Canggih di Ponsel
Di era yang sangat maju ini tentunya setiap orang memiliki ponsel pintar, tidak lain juga negara Jepang yang sangat memanfaatkan teknologi untuk kepentingan peringatan terjadinya gempa dengan cepat. Setiap ponsel penduduk Jepang dipasang dengan sistem peringatan terjadinya gempa yang secara cepat dengan estimasi lima sampai sepuluh menit sebelum terjadinya gempa. Menurut Diar, warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang menuturkan dengan adanya peringatan tersebut penduduk Jepang tentunya bisa segera berlindung tanpa panik karena penduduk Jepang sudah dibekali dengan mitigasi bencana.
ADVERTISEMENT
3. Kesadaran Kebencanaan Jepang
Pada tahun 1961 pemerintah Jepang mengesahkan Undang-undang penanggulangan bencana (Disaster Countermeasures Basic Act 1961) yang fokus pada tindakan-tindakan dasar penanganan bencana. Edukasi penanaman kesadaran masyarakat terhadap situasi bencana adalah proses dari mitigasi bencana. Jepang menandai peringatan kesiapan bencana dengan sebutan Bousai No Hi setiap tanggal 1 September dan berlangsung selama satu pekan. Selama peringatan tersebut pemerintah Jepang melaksanakan berbagai aktivitas edukasi penanaman kesadaran penduduk terhadap kesiapan bencana. Tentunya pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh banyak pihak, mulai dari instansi-instansi sekolah, lingkungan tempat tinggal sampai sektor luar dan dalam negeri. Pada latihan hari Bousai No Hi penduduk Jepang akan mendapatkan pengetahuan dan cara siap menghadapi bencana dan pertolongan pertama pada korban bencana.
ADVERTISEMENT
Edukasi mitigasi yang dilakukan pemerintah Jepang terbukti berguna membentuk kesadaran dan sikap tanggap masyarakat terhadap bencana sejak dini. Salah satu bukti keberhasilan mitigasi bencana masyarakat Jepang adalah peristiwa The Miracle Kamaishi, dimana siswa Jepang melakukan secara langsung apa yang mereka telah pelajari. Dalam peristiwa tersebut hampir tiga ribu siswa sekolah dasar selamat menghadapi bencana gempa dahsyat berkekuatan 9 magnitudo itu. Faktanya respon cepat tanggap mereka merupakan hasil dari pelatihan-pelatihan mereka yang dilakukan di sekolah kamaishi di bawah bimbingan seorang profesor teknik sipil di Gunna University , Toshitaka Katada.
Jika kita menilik lebih jauh , keberhasilan mitigasi di Jepang tersebut tidak hanya cukup pada satu komponen aturan saja melainkan adanya kunci kerjasama yang baik untuk menciptakan program-program mitigasi bencana. Kerjasama-kerjasama tersebut seperti membentuk fasilitator dan diperlukan dukungan dari pemerintah untuk menciptakan keberhasilan.
ADVERTISEMENT
Referensi Budianto, Firman. (2017). Habitus Kesiapsiagaan Masyarakat Jepang Terhadap Bencana. Jurnal Kajian Jepang, Vol. 1 No. 1
Widiandari, Arsi. (2021). Penanaman Edukasi Mitigas Bencana pada Masyarakat Jepang. Jurnal Studi Kejepangan, Vol. 5 No 1