Konten dari Pengguna

Di Persimpangan Kebutuhan dan Keinginan: Analisis Novel Belenggu

Dina Amalia
Mahasiswi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22 Juli 2024 18:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dina Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Novel Belenggu karya Armijn Pane. (Foto: Dina Amalia)
zoom-in-whitePerbesar
Novel Belenggu karya Armijn Pane. (Foto: Dina Amalia)
Manusia menunjukkan rasa cinta melalui pola dan perilaku yang saling memahami satu sama lain. Rasa cinta merupakan elemen penting dalam menghidupkan semangat seseorang dan mendorongnya untuk memiliki atau dicintai oleh orang lain. Rasa cinta tercermin dalam memberikan dan menerima kasih sayang atau cinta. Setiap individu memiliki hak untuk mencintai dan dicintai. Menurut Maslow, cinta adalah hubungan yang sehat antara pasangan lawan jenis yang saling menghargai, mempercayai, dan menghormati satu sama lain.
ADVERTISEMENT
“... Merasa seolah-olah tercapai cita-citanya, merasa bahagia di dalam hatinya karena dipelihara demikian. Yang demikian sudah lama dinanti-nantinya.” (hlm. 33)
Kebutuhan akan rasa kasih sayang memang sangat penting, terutama bagi tokoh Tono yang sangat menginginkannya. Tono merasa bahwa sejak mengenal Yah, semua keinginannya mulai terwujud. Hal-hal yang telah lama diimpikannya akhirnya terlaksana. Semua berubah karena adanya rasa cinta yang tumbuh di antara mereka. Rasa kasih sayang Tono berkembang seiring dengan perhatian yang diberikan oleh Yah. Dengan demikian, kebutuhan akan rasa cinta pada Tono telah terpenuhi dengan baik. Namun, ironisnya, rasa cinta Tono dipenuhi oleh orang lain, bukan oleh istrinya sendiri.
Selain kebutuhan akan rasa kasih saying faktor kebutuhan makanan, minuman, pakaian, dan istirahat pun memengaruhi. Namun, terdapat kebutuhan yang tak kalah pentingnya, yaitu kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual manusia dianggap sama pentingnya dengan kebutuhan dasar lainnya yang harus terpenuhi, dan jika tidak terpenuhi, dapat menyebabkan penyimpangan seksual. Kebutuhan ini merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, dan sering kali dihubungkan dengan kesehatan psikologis dan emosional seseorang. Namun, penting untuk memperlakukan kebutuhan seks dengan hati-hati, karena dapat mendominasi perilaku seseorang jika tidak diatur dengan baik.
ADVERTISEMENT
“Terbit nafsunya hendak menghampiri istrinya, hendak diciumnya seperti dahulu, tetapi tampak Tini diam saja… diamat-amatinya badan yang terlentang itu, molek, karena suka sport dahulu. Tetapi nafsunya tiada tertarik, tiada berkobar seperti dahulu.” (hlm, 57)
Kebutuhan seksual Tono tidak lagi terpenuhi melalui hubungannya dengan istrinya. Pada awalnya, Tono sering mencium Tini, tetapi lama kelamaan hal tersebut tidak pernah terjadi lagi. Tono hanya akan sempat berfantasi dan membayangkan keindahan tubuh istrinya, sementara Tini tampaknya sudah tidak memikirkan hal tersebut lagi. Maka itulah kemudian yang kembali membuat nafsunya surut dengan segera. Meskipun demikian, Tono masih merasakan kebutuhan seksual yang kuat. Nafsu Tono sulit untuk dikendalikan ketika melihat tubuh molek Tini. Namun, ironisnya, Tono malah memenuhi kebutuhan seksualnya melalui orang lain, bukan istrinya sendiri. Tokoh Yah berhasil mengecoh Tono dengan perilaku agresifnya, yang membuat Tono terangsang dan akhirnya memenuhi kebutuhan seksualnya melalui Yah. Tono mengharapkan agar Tini bisa seperti Yah, yang mampu memuaskan hasratnya. Pada awalnya, Tono tidak tertarik pada Yah, tetapi lama kelamaan, Tono mulai tertarik karena menyadari bahwa Yah lebih memperhatikannya daripada Tini. Dengan demikian, meskipun kebutuhan seksual Tono telah terpenuhi, tetapi kebutuhan tersebut dipenuhi bukan oleh istrinya, melainkan oleh selingkuhannya. Yah lebih perhatian daripada Tini, sehingga Tono merasa bahwa Yah bisa memenuhi semua kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi oleh Tini. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan seksual pria cenderung lebih besar daripada wanita, dan Tono memiliki fantasi yang tinggi terhadap Yah daripada Tini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil pemaparan itu, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya tokoh Tono sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik secara fisiologis maupun yang psikologis. Akan tetapi memang seolah-olah terlihat bahwa tiap kebutuhan itu tak terpenuhi secara menyeluruh dalam waktu yang bersamaan. Sehingga dalam satu hal dan satu waktu, suatu kebutuhan terpenuhi, sementara dalam saat yang sama kebutuhan lainnya sedang tak bisa dia dapatkan. Terlebih jika menimbang bahwa kebutuhan aktualisasi dirinya yang merupakan kebutuhan tertinggi dalam teori hierarki kebutuhan Maslow itu justru terpenuhi di saat Tono akhirnya sukses menjadi dokter, berarti pemenuhan itu bisa dibilang jadi kacau kembali bila dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan lain pada dirinya yang dipenuhi pada tempat-tempat yang tidak berkesesuaian dengan apa yang Tono secara pribadi harapkan.
ADVERTISEMENT