Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Bercermin dari kota muslim Rudozem, di Bulgaria
14 Oktober 2018 22:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Dina Martina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kota Rudozem adalah kota kecil di pegunungan Rhodopi di Bagian Selatan Bulgaria dekat perbatasan Yunani. Kota ini merupakan salah satu kota muslim di tengah-tengah mayoritas masyarakat Bulgaria yang beragama Ortodox. Penduduk Muslim Bulgaria mencapai 7,9 % dari sekitar 7 juta jumlah penduduk Bulgaria. Sementara 99% penduduk Rudozem adalah muslim.
ADVERTISEMENT
Rudozem telah melepaskan rasa rindu saya terhadap suasana di tanah air ketika saya bertugas di KBRI Sofia, Bulgaria, pada awal 2012 hingga awal 2016.
Suasana berbeda sangat terasa ketika memasuki kota Rudozem. Disepanjang jalan yang kami lalui nampak sejumlah anak-anak perempuan dan wanita menggunakan hijab layaknya muslim di tanah air. Mesjid-mesjid pun banyak terlihat dan kumandang azan terdengar dari salah satu masjid yang dilalui. Penduduknyapun ramah-ramah. Terasa di Indonesia…!!
Dengan berpenduduk sekitar 10.577 jiwa (Official Tourism Portal of Bulgaria), Rudozem memberikan pelajaran penting bagi kami. Kota Rudozem sangat bersih dan cantik. Tidak terlihat sampah-sampah bahkan di sudut kota sekalipun. Nampaknya penduduk Rudozem mengerti betul apa artinya “kebersihan sebagian dari iman”.
ADVERTISEMENT
Ketika teman muslim Bulgaria mengantarkan kami untuk sholat di salah satu masjid kota tersebut, terihat kondisi masjid yang sangat terawat, meskipun telah berusia ratusan tahun. Sebagian masjid-mesjid di kota ini merupakan peninggalan “Kerajaan Ottoman”. Pada masa pendudukan “Kerajaan Ottoman” di Bulgaria, Rudozem pernah menjadi bagian dari Distrik Edirne (kota Turki di perbatasan dengan Bulgaria) tahun 1867-1912. Karena itu arsitektur masjid-mesjid tersebut tidak jauh berbeda dengan masjid-mesjid di Turki.
Untuk ukuran kota di Eropa, kehidupan penduduk Rudozem bisa dikatakan sangat tradisional. Penduduknya menggunakan kayu bakar untuk penghangat ruangan. Mereka juga membuat makanan kaleng dengan menggunakan alat-alat tradisional. Kebutuhan sehari-hari seperti sabun dibuat dari bahan-bahan alami. Bahkan eskrim dengan brand “Medina” yang diproduksi di kota tersebut dan terkenal sangat lezat, terbuat dari bahan alami dan sehat. Hal ini mengingatkan saya kepada Hajer salah satu sahabat dari kota Rudozem yang tidak pernah menyikat gigi dengan odol, tetapi menggunakan “siwak” ranting atau batang pohon arak sebagai sikat gigi.
ADVERTISEMENT
Meskipun masih tradisional, pendidikan penduduknya cukup tinggi. Kedudukan para wanitanyapun sejajar dengan para pria. Di salah satu “Madrasah” yang kami kunjungi terdapat ruangan bagi para wanita untuk saling berdiskusi. Meskipun mereka adalah ibu rumah tangga namun memiliki sejumlah kegiatan. Keguyupan antara satu warga dengan lainnya sangat jelas terlihat.
Di kota Rudozem pula saya menemukan hidangan daging kambing yang sangat lezat karena teksturnya yang lembut dan empuk. Berbeda dengan sajian daging kambing di kota-kota lainnya di Bulgaria. Hal ini membuat saya ingin mengetahui lebih jauh apa yang menyebabkan daging kambing tersebut begitu lembut.
Rasa penasaran saya terjawab ketika salah satu sahabat muslim menjelaskan bahwa sebagian besar penduduk kota Rudozem memiliki kambing yang digembalakan secara bebas. Sebagian kebutuhan daging kambingpun di pasok dari hasil ternak penduduk. Yang sangat unik adalah bagaimana cara penduduk kota menyembelih kambingnya. Nampaknya mereka memperlakukan hewan yang akan disembelih dengan “kasih sayang”.
ADVERTISEMENT
Sebelum disembelih, si kambing direbahkan dan dengan lembut di elus-elus kepalanya sambil dibacakan doa-doa sesuai ajaran Islam hingga si kambing perlahan-lahan pasrah dan menutup matanya. Setelah kambing tersebut berada dalam kondisi sangat tenang, pisau jagal pun bekerja. Tidak ada suara erangan kesakitan dari si kambing. Pisau yang akan digunakan untuk menyembelihpun dibungkus agar tidak terlihat oleh hewan tersebut. Menakjubkan bukan ? … Dengan cara tersebut, kambing tidak menjadi stress dan tegang ketika disembelih. Secara teori jika kambing tidak dalam kondisi stress ketika disembelih, dagingnya akan menjadi lebih empuk.
Satu hal lainnya yang tidak terlupakan adalah antusiasme 6 pelajar Rudozem yang ketika itu belajar bahasa Indonesia di KBRI Sofia. Seminggu dua sekali mereka mengikuti kelas meskipun harus menempuh jarak 6 jam perjalanan darat dari Rudozem ke Sofia pulang pergi. Kegigihan mereka untuk belajar bahasa Indonesia sangat mengesankan.
ADVERTISEMENT
Untuk memperkenalkan Islam Indonesia, 2 (dua) dari 6 (enam) pelajar tersebut mendapatkan beasiswa S2 di salah satu Universitas Islam di Indonesia. Sayangnya apa yang telah kami upayakan menjadi sia-sia ketika keduanya hanya bertahan di Indonesia selama dua bulan. Nampaknya masalah kebiasaan dan budaya menjadi kendala. Diantara keluhan yang disampaikan adalah kondisi asrama dan pesantren yang tidak bersih dan bau “pesing”.
Suatu pelajaran berharga bagi kita semua….!! Sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sepertinya kita masih harus terus memperbaiki diri untuk menjalankan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya.
--------
ADVERTISEMENT
Gambar 1. Mesjid di Kota Rudozem (sumber :Flickr): Gambar 2: Kota Rudozem Bulgaria (Flickr); Gambar: Sehabis Solat Jumat (Koleksi foto Ahmad Fahrurodji)