Sakoku dan Hubungan Antara VOC, Indonesia, dan Jepang Pada Zaman Edo

Dinar Rizki Septiyan Putri
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
27 April 2022 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dinar Rizki Septiyan Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo By Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo By Unsplash
ADVERTISEMENT
Kalian pasti tahu jika pada abad ke-16 dengan adanya merkantilisme menyebabkan Bangsa Barat berbondong-bondong untuk menjelajahi samudra dalam misi menaklukkan negara-negara di dunia. Dampak dari merkantilisme tersebut dapat dirasakan dengan adanya kolonialisme yang terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kita mungkin sudah tidak asing jika Bangsa Barat datang ke Indonesia dimulai sejak Portugis menguasai Malaka tepatnya 1511. Ternyata, negara di Asia Timur khususnya Jepang juga pernah merasakan dampak dari merkantilisme ini. Jepang adalah salah satu negara yang pernah disinggahi oleh Bangsa Barat. Pada tahun 1543, Portugis singgah di Tanegashima dan hal tersebut menandai awal mula hubungan Jepang dengan Bangsa Barat.
Enam tahun kemudian, Spanyol datang ke Jepang disusul dengan kongsi dagang VOC dari Belanda pada tahun 1609. Pada awalnya, Jepang menyambut baik Portugis dan Spanyol namun kedua negara itu membawa agama Kristen yang dapat merusak kondisi pemerintahan Jepang saat itu, sehingga Portugis dilarang memasuki Jepang. Jepang beranggapan bahwa agama Katolik dapat mengancam kedudukan shogun yang berkuasa pada masa itu. Sejak itu, hanya Belanda dan China yang diizinkan datang ke Jepang karena kedua negara tidak memiliki misi selain perdagangan.
ADVERTISEMENT
Jepang menghentikan aktivitasnya untuk berpergian ke luar negeri dan memilih untuk menunggu kedatangan dari luar negeri. Kedatangan Belanda ke Jepang membuat Jepang lebih tertarik untuk menjalin hubungan dengan Belanda karena tujuan Belanda datang ke Jepang hanya untuk berdagang tanpa menyebarkan agamanya (Protestan). Belanda yang memanfaatkan situasi ini mulai anti-Katolik dan membantu Jepang mengusir Portugis dan Spanyol.
Puncaknya saat kekuasaan berada di bawah Tokugawa Iemitsu, pada tahun 1439 Jepang meluncurkan propaganda sakoku yaitu sikap menutup diri dari bangsa asing, terutama Barat. Jepang melarang kapal asing berlabuh di Pelabuhan Jepang dan mendeportasi orang Barat, kecuali Belanda. Orang Belanda dipindahkan dari Hirado ke Pulau Dejima tempat bekas Portugis dan Spanyol tinggal. Meskipun Jepang memberikan tempat bagi orang Belanda untuk menetap, mereka tetap berantisipasi dengan memperketat keamanan di Pulau Dejima. Akses ke pelabuhan yang sebelumnya terbuka mulai dibatasi dan kapal-kapal VOC tidak bisa leluasa turun tanpa izin daimyo (pemilik tanah).
ADVERTISEMENT
Belanda berkiprah di Pulau Dejima dalam kurun waktu yang cukup lama. Selama itu pula peran VOC sebagai kongsi dagang cukup berjalan dengan baik. Belanda cukup bergantung pada produksi perak dan emas dari Jepang yang kemudian ditukarkan dengan rempah-rempah yang dibawa dari Hindia-Belanda. Demi memonopoli perdagangan di Jepang, Belanda berusaha mengambil hati Jepang dengan cara mengirim upeti kepada pemerintah Jepang.
Hubungan Indonesia Dengan VOC dan Jepang Pada Masa Zaman Edo
VOC merupakan perusahaan dagang yang memonopoli kegiatan perdagangan di Asia yang berpusat di Batavia, sedangkan Dejima menjadi pusat perdagangan Belanda di Jepang tahun 1641-1859. Adanya hubungan dagang antara Belanda dan Jepang secara tidak langsung menciptakan hubungan dengan Indonesia. Barang komoditi yang diimpor Belanda ke Jepang berasal dari Hindia Belanda, seperti rempah-rempah dan gula. Untuk memaksimalkan perdagangan di Jepang, Belanda mendatangkan tenaga kerja dari Hindia Belanda ke Pulau Dejima.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Bakufu mengeluarkan perintah agar semua wanita Orang Jepang yang menikah dengan Belanda atau Inggris harus pindah ke Batavia bersama anak-anaknya. Hubungan antara pria Belanda dan wanita Jepang dilarang, kecuali pelacur.