Konten dari Pengguna

Kekuasaan dan Pengaruh dari Kepemimpinan Angela Merkel dalam Menangani Covid-19

Dinda Aisyah Maulidia
Bachelor of Public Administration, University of Indonesia
23 Mei 2020 11:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dinda Aisyah Maulidia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah pneumonia dengan penyebab yang tidak diketahui terdeteksi di Wuhan (China) dan pertama kali dilaporkan ke Kantor Negara WHO di China pada 31 Desember 2019. Sejak saat itu, WHO berupaya untuk terus menganalisis data, memberikan saran, berkoordinasi dengan mitranya, serta membantu negara-negara dalam melakukan persiapan. Setelah dilakukan berbagai analisis, wabah tersebut dinyatakan sebagai Emergency Kesehatan Masyarakat dari Kepedulian Internasional pada 30 Januari 2020 dan WHO menetapkan nama virus tersebut sebagai Covid-19 pada 11 Februari 2020.
Sumber: www.dkvglobal/covid
Adanya pandemi ini menjadikan berbagai negara di dunia tampak berlomba-lomba dalam menanganinya. Mengutip dari dkv.global, 40 negara di dunia sedang berupaya melakukan yang terbaik untuk meredam pandemi Covid-19. Melihat tabel tersebut, Jerman adalah negara yang menempati peringkat kedua terbaik sedunia dalam menangani Covid-19. Dibalik kesuksesan Jerman dalam menghadapi pandemi Covid-19, terdapat sosok yang menarik perhatian publik, yaitu Angela Merkel.
ADVERTISEMENT
Sumber: Britannica.com
Sebagaimana dikutip dari Britannica.com, Angela Merkel adalah kanselir wanita muda pertama di Jerman pada tahun 2005. Ia memiliki latar belakang pendidikan di Institut Sentral Kimia Fisika dari Akademi Ilmu Pengetahuan di Berlin Timur dengan gelar doktor untuk tesisnya mengenai kimia kuantum pada tahun 1986. Pada tahun 1990, Merkel menjadi juru bicara pers partai dan bergabung dengan aliansi konservatif untuk Jerman. Mengutip dari Forbes, Angela Merkel merupakan pemimpin de facto di Eropa, Ia memimpin ekonomi terbesar di kawasan ini setelah mengendalikan Jerman melalui krisis keuangan dan kembali ke pertumbuhan.
Mengutip dari Britannica.com, pada masa jabatannya, Angela Merkel berhasil membentuk pemerintahan yang baik dengan mitra pilihannya. Masa jabatan Merkel ditandai dengan berbagai keberhasilan peran pribadinya, salah satunya adalah upaya menghadapi krisis utang berupa pemulihan perekonomian Eropa yang rusak dengan memperjuangkan penghematan.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, kesuksesan Jerman dalam menghadapi Covid-19 merupakan hasil dari upaya yang telah diperjuangkan oleh pemimpinnya, yang berarti bahwa kekuasaan Angela Merkel ini sangat berpengaruh terhadap sikap rakyatnya sehingga Jerman mengalami kemajuan dan dapat mengendalikan Covid-19.
Menurut Richard L. Daft dalam bukunya yang berjudul “Organizational Theory and Design”, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau departemen dalam suatu organisasi untuk mempengaruhi orang lain guna mencapai hasil yang diinginkan. Kekuasaan itu berada dalam hubungan antara dua orang atau lebih serta dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Kekuasaan adalah kekuatan yang tidak berwujud atau tidak dapat dilihat, namun bisa dirasakan efeknya.
ADVERTISEMENT
Dalam menangani Covid-19, kekuasaan Angela Merkel ditandai dengan adanya pengaruh kepada rakyatnya sehingga tercipta sebuah kepatuhan. Mengutip dari Forbes, setelah sekitar dua minggu virus Covid-19 meluas di Jerman, Angela Merkel melakukan konferensi pers pertamanya dan memberikan beberapa peringatan terutama untuk pemerintah dalam menjalankan tugas di tengah pandemi.
Merkel juga menyampaikan pula beberapa strateginya terkait dengan Covid-19. Sebagaimana dikutip dari TheGuardian.com, Angela Merkel menerapkan kebijakan lockdown di Jerman sebagai upaya penanganan virus. Kebijakan tersebut disambut baik oleh rakyatnya yang ditandai dengan adanya penurunan jumlah kasus positif Covid-19 di Jerman. Mengutip dari BBC, Menteri Kesehatan, Jens Spahn, menyampaikan bahwa sejak 12 April jumlah pasien sembuh secara konsisten lebih tinggi daripada jumlah kasus baru yang terinfeksi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Kekuasaan sering kali digambarkan sebagai karakteristik pribadi seorang pemimpin terkait dengan bagaimana seseorang mempengaruhi atau mendominasi orang lain. Berdasarkan buku Richard L. Daft yang berjudul “Organizational Theory and Design”, kepemimpinan Angela Merkel mencerminkan kekuasaan yang bersumber dari individu berupa legitimate power, yaitu bahwa Angela Merkel merupakan kanselir Jerman sejak 2005 sehingga Ia memiliki wewenang dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin dengan memberlakukan berbagai kebijakan, seperti halnya menerapkan lockdown di Jerman.
Kedua adalah expert power, yaitu Angela Merkel dianggap memiliki keterampilan dan pengetahuan lebih mengenai tugasnya. Dalam artian bahwa, Angela Merkel tampak memahami bagaimana keadaan Jerman di tengah pandemi Covid-19. Sebagaimana yang telah dikutip dari TheGuardian.com, dengan latar belakang Merkel sebagai ilmuwan, Ia pun melakukan perhitungan bagaimana jika Jerman tidak melakukan lockdown atau pembatasan fisik di negaranya. Dengan perhitungannya pun Merkel tampak optimis mengenai penanganan Covid-19 di negaranya melalui perhitungan model. Hasilnya adalah langkah untuk memperlambat penyebaran virus dapat dilakukan dengan menjaga jarak fisik dan para ilmuwan percaya bahwa Covid-19 bisa terus mengalami reproduksi jika tidak ditangani dengan baik. Terkait dengan perhitungan atas strateginya tersebut, jika pembatasan fisik tidak dilakukan maka Jerman akan mengalami kewalahan pada sistem kesehatan di bulan Oktober, kemudian adanya krisis yang terjadi di rumah sakit pada bulan Juli, dan titik krisis tersebut akan mengalami peningkatan di bulan Juni mendatang.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana mengutip dari buku Richard L. Daft yang berjudul “Organizational Theory and Design”, selain bersumber dari individu, terdapat pula power yang berasal dari kekuatan organisasi secara struktural. Power ini memiliki kaitan yang erat dengan hierarki formal dan terdapat posisi yang memiliki akses ke lebih banyak informasi serta sumber daya yang lebih besar, dalam artian bahwa kontribusinya bagi organisasi lebih penting. Mengutip dari Forbes, power tersebut ditunjukkan dengan adanya kerja sama Merkel dan Menteri Kesehatannya, Jens Spahn. Mereka mecoba untuk melakukan keseimbangan antara perawatan atau penanganan terkait Covid-19. Langkah tersebut dilakukan untuk orang sakit dan rentan yang belum didiagnosis. Sementara itu, pada saat yang sama, Merkel dan Jens Spahn berusaha untuk tidak menghabiskan sumber daya perawatan kesehatan atau rumah sakit yang berlebihan dan bersikap professional dalam pelayanan kesehatannya.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari buku Richard L. Daft yang berjudul “Organizational Theory and Design”, kekuasaan memiliki hubungan yang erat dengan pengaruh. Hal itu disebabkan karena seseorang yang berkuasa mempunyai kekuatan mempengaruhi orang-orang yang dikuasainya. Secara umum, pengaruh merupakan efek dari suatu pihak terhadap pihak lain. Hasil dari adanya pengaruh adalah komitmen, kepatuhan (compliance), dan perlawanan (resistance). Melihat upaya Angela Merkel dalam menangani Covid-19 di Jerman, hasil dari kekuasaannya adalah berupa komitmen, yaitu adanya kesepakatan dan usaha untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik mungkin. Sebagaimana dilansir dari Worldometers, komitmen antara masyarakat dan Angela Merkel dalam menangani pandemi Covid-19 di Jerman menjadikan grafik negaranya mengalami penurunan pada kasus aktif Covid-19 dan pertambahan kasus baru terkait virus tersebut pun mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Sumber: worldometers
Sumber: worldometers
Strategi Angela Merkel yang dipatuhi masyarakatnya sebagai upaya memperjuangkan penurunan infeksi virus ini adalah dengan menerapkan lockdown. Mengutip dari Quartz Daily Brief, komitmen bersama dengan masyarakat tampak berjalan dengan baik, sehingga Merkel pun perlahan melonggarkan lockdown wilayahnya secara bertahap, yaitu dimulai dengan membuka kembali sebagian toko dan sekolah pada 4 Mei. Tentunya hal tersebut dilakukan ketika pertumbuhan kasus sudah menurun, namun penguncian wilayahnya akan dilakukan kembali jika infeksi mulai menyebar.
Mengutip dari Deutsche Welle (DW), Andreas Nick, selaku wakil presiden Majelis Parlemen Dewan Eropa di Strasbourg, menyatakan bahwa pendekatan atau upaya yang dilakukan oleh Angela Merkel dalam menangani Covid-19 dianggap sebagai langkah yang pragmatis karena berorientasi pada tujuannya. Nick menyatakan bahwa Merkel selalu melakukan analisis dan meneliti dengan hati-hati dengan segala pertimbangannya, terlebih lagi Merkel adalah seorang ilmuwan terlatih dengan pengalaman hidupnya.
ADVERTISEMENT