Konten dari Pengguna

Penyebab Depresi yang Sering Dialami Mahasiswa saat Ini, serta Cara Mengatasinya

Dinda Eka Fitriani
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, program studi Bimbingan Penyuluhan Islam.
5 Desember 2022 8:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dinda Eka Fitriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Depresi (Sumber: Photo by Pixabay from Pexels: https://www.pexels.com/photo/alone-man-person-sadness-236151/).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Depresi (Sumber: Photo by Pixabay from Pexels: https://www.pexels.com/photo/alone-man-person-sadness-236151/).
ADVERTISEMENT
Depresi dapat ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah dan tidak berarti, sehingga dapat mengakibatkan gangguan emosional atau suasana hati yang buruk, serta berdampak pada proses berpikir, berperasaan dan berperilaku dalam menjalankan kehidupan sehari-hari (Dirgayunita, 2016).
ADVERTISEMENT
Pada masa sekarang ini, tidak sedikit orang yang mengalami depresi terutama pada usia remaja atau menuju dewasa. Banyaknya berita-berita mengenai remaja yang mengalami depresi, bahkan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, sudah tidak asing lagi untuk kita lihat dan dengar pada saat ini. Mulai dari pelajar yang duduk di bangku SMP atau SMA sampai mahasiswa. Pada kalangan mahasiswa ini mungkin yang paling sering kita dengar, karena mereka sedang mengalami perubahan dari masa remaja menuju dewasa.
Sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia, usia 15 tahun ke atas menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan dalam data Riskesdas (riset kesehatan dasar) tahun 2018 (Husaini, 2022).
ADVERTISEMENT
Penyebab Depresi pada Mahasiswa
Masa transisi dari usia remaja menuju dewasa ini banyak dikatakan orang adalah masa yang cukup sulit untuk mereka. Kebanyakan mahasiswa berada pada usia ini, di mana mereka sudah lebih menyadari cara pandang mereka terhadap dunia. Tidak sedikit dari mereka yang khawatir terhadap masa depannya, sehingga menjadi beban dalam pikirannya.
Resnia Novitasari, S.Psi.,M.A., Dosen Psikologi UII mengawali pemaparannya pada webinar mengenai Health Mental Issues Quarter Life Crisis pada 2 Oktober 2021, mengatakan bahwa pada masa peralihan remaja menuju dewasa ini individu mencoba berbagai cara untuk mengambil keputusan yang matang (UII, 2021).
Terlebih pada mereka yang tidak ingin mengecewakan orang tuanya, sehingga akan terus berusaha yang terbaik walaupun sulit untuk mereka jalani. Mereka harus mengambil keputusan yang matang, karena di usia ini mereka merasa dituntut untuk dapat memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupannya. Sedangkan saat ini, banyak para mahasiswa yang masih bingung untuk menentukan tujuannya, terutama mereka yang merasa dirinya salah jurusan. Hal ini yang mungkin juga menjadi salah satu penyebab banyaknya mahasiswa depresi.
ADVERTISEMENT
“Contoh sederhana dari "kafara" adalah ketika depresi karena salah jurusan kuliah,” ditulis oleh akun @goziafdoli1 pada akun Twitternya.
Saat ini juga mahasiswa sedang merasakan masa peralihan dari masa pandemi covid-19 yang terjadi sebelumnya, saat mereka harus merasakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yaitu sistem pembelajaran daring, di mana semua perkuliahan dilakukan secara online. Selain ketidakefektifan dari pembelajaran yang dilakukan secara online itu, tidak sedikit juga dari mereka yang tidak serius dalam mengikuti perkuliahan sehingga membuatnya menjadi malas.
Sistem pembelajaran daring mengakibatkan peserta didik menjadi malas dalam belajar, kurangnya minat belajar, serta hilangnya semangat belajar mereka karena sistem pembelajaran daring yang fleksibel ini membuat kegiatan belajar mengajar menjadi kurang efektif (Yuliana, 2022).
ADVERTISEMENT
Masa peralihan ini juga mungkin menjadi salah satu penyebab banyaknya mahasiswa yang sering depresi baik mereka sadari maupun tidak. Dari sistem pembelajaran daring yang membuat mereka menjadi malas dan masih terbawa sampai sekarang. Saat ini pembelajaran sudah dilakukan secara luring atau tatap muka kembali, sehingga membuat mereka harus beradaptasi lagi.
Kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan saat masih pembelajaran daring, seperti mereka yang tidak terlalu menghiraukan waktu mulainya pembelajaran karena terlalu menyepelekan, mereka yang tidak sungguh dalam mengikuti pembelajaran, misalnya mereka yang tidur saat sedang dilakukan pembelajaran, atau bahkan hal lain yang menyebabkan rasa malas itu masih tertanam.
“Waktu masih daring lebih santai, karena di rumah belajarnya jadi bebas. Setelah tatap muka jadi lebih beda karena harus ke kampus, belum lagi kalau masuk pagi, sore baru pulang, terasa banget capeknya. Tugas juga sudah menunggu di rumah, sedikit stres jadinya karena waktunya lebih banyak yang terbuang terutama di jalan pulang, apalagi kalau rumahnya jauh. Selama daring kita di rumah jadi malas-malasan, karena waktu juga lebih longgar,” curhat Shery saat ditemui di Bambu Apus pada Sabtu
ADVERTISEMENT
Sampai pada pembelajaran tatap muka yang saat ini telah diterapkan kembali, membuat mereka masih harus menyesuaikannya, sehingga tidak jarang dari mereka yang merasa bahwa dunia perkuliahan itu berat, sampai membuat mereka sering merasakan depresi. Hal itu juga mungkin terjadi, karena masih tertanamnya rasa malas yang ada pada dirinya.
Selain pada masa peralihan saat ini, depresi yang sering dirasakan mahasiswa juga mengenai tugas kuliah. Hal ini bukan hanya dirasakan oleh mahasiswa tingkat awal maupun akhir. Walaupun, hal ini lebih sering dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir, karena mereka harus menyelesaikan skripsinya. Dalam pembuatan skripsi yang tidak mudah itu, membuat banyak mahasiswa tingkat akhir lebih sering mengalami depresi.
Selain mahasiswa tingkat akhir, banyak juga mahasiswa tingkat awal yang merasakan stres hingga depresi. Curhatan salah satu mahasiswa yang mengatakan bahwa dirinya seperti telah dikejar oleh tugas-tugas yang ada.
ADVERTISEMENT
“Stres banget kadang, padahal baru semester satu, tapi tugas seperti mengejar di belakang," kata Zakira saat ditemui di Pondok Ranggon, pada Jumat (2/12/2022).
Pada masalah-masalah yang dialami mahasiswa sehingga menyebabkan depresi ini, masih banyak juga yang berusaha untuk tetap menjalaninya dengan baik. Namun, tidak sedikit pula berita mahasiswa yang rela mengakhiri hidupnya akibat depresi. Seperti yang ramai baru-baru ini soal mahasiswi Unhas yang gantung diri, diduga karena tugas kuliah yang menumpuk.
Kasus bunuh diri yang merupakan akibat dari depresi dan kecemasan memiliki presntase sebesar 80-90%. Sebesar 6,9% pada kalangan mahasiswa memiliki niatan untuk bunuh diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan bunuh diri (Husaini, 2022).
Dari permasalahan di atas, perhatian dari orang terdekat baik keluarga maupun teman sangatlah penting untuk tetap terjaganya kewarasan kepada mahasiswa yang mengalami depresi. Walaupun banyak pula dari mereka yang menyembunyikan kondisi sebenarnya yang terjadi pada dirinya, atau tidak terbuka dengan orang lain. Maka dari itu perlu adanya kepekaan terhadap diri kita untuk tetap selalu bersikap peduli terhadap sesama bagaimanapun kondisinya.
ADVERTISEMENT
Cara Mengatasi Depresi
Sedangkan untuk dapat mengatasi permasalahan yang telah kita bahas di atas, yaitu:
Sumber Acuan:
Dirgayunita. A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya. Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi, 1(1), 1-14.
Husaini. A. (2022). Apa Kabar Kesehatan Jiwa Pelajar dan Mahasiswa Kita. Diakses pada 5 Desember 2022, dari https://adianhusaini.id/detailpost/apa-kabar-kesehatan-jiwa-pelajar-dan-mahasiswa-kita.
ADVERTISEMENT
Shery. Mahasiswa. Bambu Apus. 3 Desember 2022.
UII (Universitas Islam Indonesia). (2021). Masa Transisi Perkembangan Remaja Menuju Dewasa. Diakses pada 2 Desember 2022, dari https://www.uii.ac.id/masa-transisi-perkembangan-remaja-menuju-dewasa/.
Unggahan Twitter dari akun @goziafdoli1, https://twitter.com/goziafdoli1/status/1218491978406449152?s=48&t=qtuml3x__kR3R2Uo7KhTBw.
Yuliana, D. (2022). Inovasi metode pembelajaran pada masa peralihan pandemic covid-19 di SMA Veteran 1 Sukoharjo. JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya (JGGP), 20(1): 19-30.
Zakira. Mahasiswa. Pondok Ranggon. 2 Desember 2022.