Konten dari Pengguna

Perdebatan Harta Warisan di Dalam Keluarga

Dinda Isni Latifah
Mahasiswa Universitas Pamulang
23 Juni 2023 9:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dinda Isni Latifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harta warisan pasti sangat dinanti-nanti oleh sanak saudara. Harta dari orangtua kita, peninggalan orangtua kita, penghasilan orangtua kita selama mereka menjalani semasa hidupnya. Terlebih lagi jika orangtua kita memiliki anak yang banyak, bukankah akan menjadi perebutan?
ADVERTISEMENT
Usia orangtua kita yang sudah rentan untuk mengurus hartanya, tentu akan meminta bantuan kepada anak-anaknya. Biasanya anak tertualah yang akan ditawarkan terlebih dahulu, terlebih lagi jika laki-laki. Karena mengurus harta, terlebih lagi jika tanah, pasti akan membutuhkan proses yang lumayan menguras tenaga.
Foto: Shutterstock
Ada juga anak yang tidak tahu diri, atau hanya menerima beresnya saja. Mereka yang tidak perduli, berpura-pura tidak tahu karena tidak ingin terlibat untuk mengurusnya. Dan jika hasilnya keluar, mereka akan berdiri paling depan serta berusaha untuk mendapatkan jumlah harta yang lebih besar dari pada yang lain.
Teruntuk anak terakhir atau anak bungsu, mereka hanya melihat dan  menyaksikan para saudaranya merebutkan harta orangtuanya. Ia hanya bisa menunggu hasil akhirnya saja. Kalaupun mereka memberikan suara, apakah saudara yang lain akan mendengar? Terlebih lagi jika mereka yang membantu mengurusi berkas-berkasnya. Mereka akan meminta haknya lebih banyak, karena merasa harta warisan ini terurus karena mereka.
Foto: Pexels.com
Orangtua kita yang sudah rentan pun tentu akan adil jika masalah pembagian harta tersebut. Pasti ia ingin hartanya dibagi rata agar semuanya mendapat jumlah yang sama. Tapi akan berbeda lagi jika ada penentangan dari anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya keadaan yang baik, selalu beramah-tamah dan saling membantu, pasti akan merasa canggung untuk berinteraksi. Mereka yang merasa satu pikiran akan berkumpul untuk menyatukan suara.
Terlebih lagi jika orangtua kita sudah meninggal dunia, tentu akan beda cerita lagi. Mereka akan lebih terlihat terang-terangan untuk mengambil haknya. Dari cara yang awalnya baik, seperti musyawarah bersama saudaranya, akan melenceng menggunakan cara yang mungkin kurang baik untuk mengambilnya.
Foto: Shutterstock
Pembagian harta warisan dalam agama Islam, anak laki-laki memiliki hak atau pembagian yang lebih besar dari pada perempuan. Mungkin anak laki-laki yang ingin haknya lebih besar merasa benar, karena ketentuan tersebut. Kalau mereka yang memahaminya sesuai dengan ketentuan agama, pasti akan merasa bersyukur. Tetapi, untuk mereka yang hanya memanfaatkan ketentuan tersebut pasti akan merasa sangat menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Masalah apapun yang terjadi, kita pasti akan meminta bantuan kepada keluarga atau saudara terlebih dahulu. Konflik seperti ini memang sering terjadi, tetapi kita tidak boleh melupakan kebaikan yang telah mereka semua lakukan.
Foto: Shutterstock
Jika harta Warisan adalah sumber permasalahan yang terjadi, maka kita harus bisa untuk saling mendengarkan satu sama lain. Mungkin saja dia yang ingin mendapatkan haknya lebih besar, memiliki tanggungan yang tidak sedikit dari pada saudaranya yang lain.
Teruntuk saudara kita yang lebih mampu mungkin bisa mengalah atau membantu juga. Bukanya ingin egois, tetapi hanya berfikir secara realistis saja. Setidaknya jika kita merasa cukup serta bersyukur atas apa yang telah kita dapat, kita tidak akan merasa kekurangan. Dan sebaliknya, jika kita terus merasa kurang serta haus akan kekayaan atau iri akan harta orang lain, kita tidak akan merasa cukup sedikit pun.
ADVERTISEMENT