Konten dari Pengguna

Mewujudkan Energi Hijau dengan Biodiesel Kelapa Sawit

Dini Cornelia
Mahasiswa Program Studi Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
16 November 2024 16:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dini Cornelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi pendahulu dalam mengembangkan biodiesel berbasis kelapa sawit. Pada tahun 2022, Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia yang dapat memproduksi kelapa sawit sebesar 46,82 juta ton yang jumlahnya meningkat 1,29% dibandingkan dengan produksi tahun 2021. Negara Indonesia memiliki potensi besar dalam mengubah tantangan keberlanjutan menjadi keunggulan dengan menggunakan kelapa sawit sebagai bahan baku untuk menciptakan biodiesel. Pada tahun 2022, Indonesia memproduksi kelapa sawit sebesar 46,82 juta ton yang jumlahnya meningkat 1,29% dibandingkan dengan produksi tahun 2021. Penggunaan biodiesel berbasis kelapa sawit diakui dapat mewujudkan energi hijau dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan menciptakan ketahanan energi.
ADVERTISEMENT
Teknologi Biodiesel
Biodiesel berbasis kelapa sawit mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Volume produksi biodiesel Indonesia pada tahun 2022 mencapai 11,82 juta yang menjadi rekor tertinggi. Melalui inovasi teknologi seperti proses minyak sawit menjadi biodiesel yang berkualitas tinggi, Indonesia memiliki kesempatan untuk memperkuat posisinya sebagai produsen energi terbarukan di pasar internasional. Salah satu inovasi teknologi yaitu menggunakan katalis lokal yang lebih efisien dimana dapat mempercepat proses transesterifikasi, peningkatan efisiensi energi selama proses produksi, dan pengolahan limbah sawit untuk menghasilkan biodiesel yang lebih baik.
Indonesia telah beralih ke program B40 setelah peluncuran program B30 pada tahun 2020. Program biodiesel B40 merupakan campuran biodiesel yang terbuat dari 40% minyak sawit dan salah satu inovasi baru. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan penelitian dan uji coba untuk memastikan kualitas dan kelayakan biodiesel B40 sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia bersungguh-sungguh dalam penggunaan energi yang ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang berasal dari bahan bakar fosil.
ADVERTISEMENT
Dampak Positif
Dari perspektif ekonomi, biodiesel kelapa sawit memiliki banyak manfaat bagi Indonesia. Salah satunya yaitu kemampuan untuk meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit nasional setelah diolah menjadi biodiesel. Menurut data dari Kementerian ESDM, program biodiesel berbasis sawit (B30) meningkatkan nilai CPO sebesar Rp 13,19 triliun pada tahun 2020. Kebijakan ini juga mengurangi kebutuhan impor bahan bakar fosil, sehingga menghemat devisa sebesar USD 2,64 miliar. Selain menghasilkan nilai tambah, program ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di industri perkebunan dan hilir. Dengan demikian, kebijakan biodiesel memiliki kemampuan untuk membangun rantai pasok baru yang menghubungkan petani kecil ke industri pengolahan dan pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan.
ADVERTISEMENT
Kedua, Indonesia dapat memperkuat ketahanan energinya dengan mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil yang diimpor. Penurunan konsumsi bahan bakar fosil akan meningkatkan bauran energi terbarukan, meningkatkan stabilitas harga energi di pasar domestik dan mengurangi pengeluaran devisa negara. Menurut data dari Kementerian ESDM melaporkan bahwa pembuatan biodiesel B30 pada tahun 2020 telah menghasilkan penghematan devisa sebesar USD 2,64 miliar.
Dari perspektif lingkungan, biodiesel kelapa sawit memungkinkan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 60% dibandingkan bahan bakar fosil. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030, yang tercantum dalam Paris Agreement. Dengan demikian, penggunaan biodiesel kelapa sawit merupakan langkah konkret yang dapat diambil Indonesia untuk mendukung pencapaian target lingkungan global.
ADVERTISEMENT
Dukungan Pemerintah
Melalui berbagai kebijakan strategis, pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk mendorong pengembangan biodiesel berbasis kelapa sawit. Pemerintah memulai program mandatori biodiesel dengan penerapan B30 pada tahun 2020, yang akan menjadi langkah awal menuju penggunaan biodiesel yang lebih luas. Selanjutnya, mereka berencana untuk meningkatkan persentase campuran biodiesel dalam bahan bakar, dengan target B40 dan B50 tahun 2025. Program ini dimaksudkan untuk membantu petani kelapa sawit dan mendukung ekonomi daerah yang menghasilkan kelapa sawit.
Dalam memperkuat ekosistem inovasi biodiesel di Indonesia, pemerintah juga memberikan insentif, seperti pembebasan pajak bagi perusahaan yang mengembangkan teknologi biodiesel. Salah satu kebijakan yang dilakukan yaitu "super deduction tax", yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan pengurangan pajak yang besar untuk penelitian dan pengembangan yang mendukung energi hijau, seperti biodiesel yang dibuat dari kelapa sawit.
ADVERTISEMENT
Dini Cornelia, mahasiswa Program Studi Ekonomi Universias Sanata Dharma.