Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sistem Produksi Global Value Chain: Tantangan dan Peluang Negara Berkembang
11 Desember 2021 13:20 WIB
Tulisan dari Dini Fadhilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonomi internasional dan sistem produksi Global Value Chain (GVC) memang dapat kita akui memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Baik bagi negara maupun individu. Bagi negara berkembang, sistem produksi ini memberikan manfaat dalam perkembangan ekonominya. Namun, juga memberikan tantangan. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai GVC, teman-teman bisa membaca pengantar singkat ini.
ADVERTISEMENT
Apa sih GVC itu?
Pada malam hari saat mengaplikasikan skin care, pernahkah teman-teman mencari tahu darimana produk skin care yang teman-teman pakai berasal? Mungkin kita telah menyadari bahwa banyak dari produk perawatan kulit kita yang berasal dari Korea, Jerman, Thailand, dan negara lainnya. Meskipun beberapa pilihan dari produk tersebut merupakan produk lokal Indonesia.
Saat teman-teman berdiri di depan cermin, mengagumi outfit yang sedang teman-teman kenakan, mulai dari atasan yang nyaman, celana atau rok yang membuat badan tampak lebih tinggi, sepatu, hingga tas yang teman-teman jinjing, mungkin satu atau bahkan semua item tersebut bukan produk yang berasal dari Indonesia.
Atau pernahkah teman-teman membeli sesuatu yang berasal dari luar negeri melalui aplikasi market place dengan harga yang sangat terjangkau dan masa pengiriman yang kurang dari lima hari? Bahkan tak jarang barang yang kita beli dari luar negeri secara online memiliki harga yang lebih miring daripada barang di toko terdekat dari tempat tinggal kita.
ADVERTISEMENT
Bila teman-teman pernah mengalami poin-poin di atas, maka teman-teman sudah merasakan manfaat Global Value Chain (GVC) dalam perkembangan ekonomi politik global. Yup, ekonomi dan politik. Global Value Chain (GVC) atau Rantai Nilai Global dapat didefinisikan secara sederhana sebagai sistem produksi global yang mana merupkan proses dalam menghasilkan suatu produk barang jadi dengan keterlibatan beberapa negara dari proses produksi hingga proses pemasarannya. Keterlibatan tersebut bisa berupa dari penyedia tenaga kerja, teknologi, bahan mentah, hingga wilayah sebagai tempat produksi, karena setiap negara memiliki karakteristik dan kemampuan sumber daya tersendiri dalam menciptakan barang jadi.
Beberapa negara unggul dalam kepemilikan bahan mentah, beberapa nya lagi unggul dalam keilmuwan penciptaan produk, dalam kecanggihan teknologi, dalam pasar, dan beberapa lagi memiliki upah buruh yang rendah. Kemudian beberapa negara tersebut melakukan kerja sama dalam proses pembuatan produk. Negara-negara yang terlibat dalam proses produksi hingga pemasaran produk tersebut disebut sebagai global supply chain. Kerja sama ini pun berpotensi untuk menghasilkan barang yang berkualitas dengan harga yang masih terjangkau.
ADVERTISEMENT
Contohnya dalam proses pembuatan produk skin care. Dilansir dari artikel yang ditulis oleh Female Daily bertajuk “Seluk-Beluk Pembuatan Skincare Lokal di Nose Herbalindo”, ternyata banyak produk skin care lokal asal Indonesia namun bahan mentahnya di dapat dari luar negeri, meskipun bahan lokal selalu diutamakan. Tak hanya bahan, beberapa packaging produk pun ternyata berasal dari luar negeri.
Contoh lainnya adalah setoples selai coklat Nutella. Tahukah teman-teman bahwa dalam setoples selai coklat tersebut peran beberapa negara juga ada di dalamnya? Produk selai coklat ini berasal dari Italia, namun untuk pemasok utama bahan mentahnya saja, Nutella sudah melibatkan beberapa negara, seperti gula yang berasal dari Brazil, bubuk coklat dari Nigeria, minyak kelapa sawit dari Malysia, dan Hazelnut dari Turki. Pabrik Nutella pun tersebar di beberapa negara seperti Argentina, Brazli, Australia, Rusia, Polandia, Prancis, hingga Kanada. Meskipun berasal Italia dengan pemasok utama dan pabrik di berbagai negara, namun Nutella dapat ditemukan dengan mudah di Indonesia dengan harga yang terjangkau.
ADVERTISEMENT
Dari rangkaian cerita di atas dapat kita lihat bagaimana manfaat kehadiran konsep GVC yang dapat mendorong proses produksi menjadi lebih cepat dan efisien karena memanfaatkan potensi-potensi maksimal dan pertukaran sumber daya antar supply chain. Selain itu, GVC juga bermanfaat dalam peningkatan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi negara yang terlibat, lho!
Menurut saya, ekonomi internasional dan sistem produksi GVC memang memberikan manfaat bagi negara berkembang. Namun, penting untuk selalu kita ingat bahwa di balik manfaatnya, GVC juga menjadi tantangan tersendiri bagi negara berkembang, seperti Indonesia.
Keuntungan yang didapat oleh negara supply chain yang memasok bahan mentah, tentu berbeda dengan keuntungan yang didapatkan oleh negara supply chain yang memasok kecanggihan teknologi mereka. Begitupun dengan negara supply chain yang memasok tenaga kerja mereka yang bersedia dibayar murah. Meskipun setiap negara supply chain memiliki value dan penawaran masing-masing, namun, nyatanya keberagaman ini tidak begitu memberi keuntungan bagi negara yang memiliki value yang rendah. Oleh karena itu, dalam menghadapi GVC diperlukan kordinasi baik antar pemerintah dan pihak swasta untuk mengatur berjalannya GVC melalui kebijakan yang tidak merugikan negara dan melindungi values dan kapabilitas yang ditawarkan.
ADVERTISEMENT
Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani pada 10th Indonesia Human Resources Summit di Bali tahun 2018. Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa perkembangan ekonomi tidak akan selalu berjalan dengan baik. Di setiap manfaat yang disajikan, akan ada tantangan yang harus dihadapi. Demografi pemuda Indonesia yang cukup besar bisa menjadi manfaat dalam perekonomian negara bila SDM-nya dapat diberikan pendidikan dan pelatihan yang akan mampu menjadikan mereka sebagai generasi adaptif dan inovatif, terutama dalam era digital disruption dan teknologi yang serba cepat berubah. Tak hanya SDM, pemerintah pun memiliki tantangan dalam bagaimana proses pengelolaan investasi dilakukan dan pembuatan kebijakan yang menjanjikan.
Ketertinggalan Indonesia dari negara maju dalam hal teknologi juga memengaruhi performa Indonesia dalam kerja sama ekonomi ini. Menjadi tantangan penting bagi kita untuk terus mengevaluasi kesiapan sumber daya manusia dan teknologi Indonesia agar tidak hanya dimanfaatkan oleh negara supply chain lainnya, namun juga mendapatkan manfaat GVC secara maksimal untuk kesejahteraan negara.
ADVERTISEMENT
Dengan berbagai kemudahan yang kita dapatkan dari konsep Global Value Chain (GVC) ini, kesadaran kita untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya juga menjadi tantangan agar kemudahan GVC tidak membuat kita lupa bahwa tanpa kesiapan dan kebijakan yang jelas, kemudahan hasil konsep GVC yang kita rasakan ternyata tidak ada apa-apanya dengan keuntungan yang didapat oleh negara supply chain lainnya dari kita.