Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memahami Suasana Tsunami Aceh 2004 melalui Kunjungan Museum Tsunami
19 September 2023 9:48 WIB
Tulisan dari Dini Hari Santy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bencana Tsunami Aceh tahun 2004 telah meninggalkan cerita mendalam bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Aceh sendiri. Selain banyaknya berjatuhan korban jiwa, bangunan yang roboh dan hancur berantakan, namun juga memberikan dampak pada sisi kesehatan baik kesehatan fisik dan mental para korban yang masih selamat.
ADVERTISEMENT
Peristiwa Tsunami Aceh dan kenangannya telah diabadikan pada sebuah bangunan yang didirikan di pusat kota Banda Aceh, yaitu Museum Tsunami Aceh. Bangunan ini didirikan untuk mengenang kembali peristiwa tsunami sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat jika tsunami terjadi lagi.
Pada tanggal 7 September 2023, sebanyak 95 orang mahasiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala melakukan kunjungan dalam rangka mempelajari sejarah bencana melalui benda atau instrumen paska bencana.
Museum Tsunami merupakan sebuah struktur empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Di dalamnya pengujung akan menemukan sebuah lorong gelap yang diapit oleh dua dinding air yang cukup tinggi, gerimis juga terasa membasahi ketika melewati lorong tersebut. Bagian ini menggambarkan suasana panik pada hari tsunami tahun 2004. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan masyarakat Aceh menghadapi bencana tsunami, disiplin, dan kepercayaan religius suku Aceh.
Setelah itu museum tsunami juga memberikan sajian suatu ruangan yang menampilkan video peristiwa tsunami dan juga sumur doa yang di sekeliling dindingnya tertulis nama para korban tsunami. Pada ruangan ini juga diputarkan lantunan ayat suci Al Qur’an sebagai peringatan meninggalnya para korban.
Pada ruangan selanjutnya terdapat lorong yang berputar seperti tanpa ujung yang menyebabkan pengunjung kebingungan dimana ujung lorong tersebut. Lorong ini bernama lorong kebingungan yang menggambarkan suasana di hari tsunami, bagaimana para korban kebingungan untuk mencari tempat yang lebih tinggi. Pada dinding lorong terdapat tulisan 99 nama Asmaul Husna yang menggambarkan para korban terus menyebut nama Allah sembari menyelamatkan diri.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati lorong kebingungan, pengunjung akan menemukan jembatan yang terletak di atas sebuah kolam dengan bagian atas tergantung berbagai bendera negara-negara lain yang memberikan bantuan penyelamatan dan misi perdamaian.
Ruangan selanjutnya pengunjung akan diarahkan ke sebuah maket museum tsunami yang cukup besar yang di taruh tepat di dalam kotak kaca besar. Di sini dijelaskan setiap bagian pada maket tersebut. Di mana salah satunya adalah bagian lantai 4 museum yang bisa dijadikan tempat evakuasi korban jika terjadi tsunami lagi kedepannya.
Setelah melihat maket, pengunjung akan diarahkan untuk memasuki ruang teater yang menampilkan video amatir yang digabungkan menjadi satu kesatuan video yang utuh sebelum tsunami, saat tsunami, dan paska tsunami. Pada video ini juga ditampilkan before-after keadaan kota Banda Aceh yang semakin lama, semakin meningkat lebih baik.
Ruangan selanjutnya pengunjung akan diarahkan menuju lantai 3 yaitu ruangan yang menyimpan kenangan-kenangan pasca tsunami, seperti barang-barang elektronik, kitab suci Al Qur’an, mobil yang terseret arus, penampakan rumah yang hancur, kapal yang tersangkut, dan lainnya.
Setelah itu pengunjung akan diarahkan keluar dari gedung museum tsunami karena sudah sampai pada bagian akhir museum. Ketika pengunjung menuruni tangga akan sampai di tepi kolam yang di bagian pinggirnya terdapat bulatan besar yang menandakan bahwa kita harus tetap selalu waspada dengan tsunami.
Kunjungan ke museum tsunami yang dilakukan oleh mahasiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala merupakan salah satu pertemuan yang diharapkan dapat memberikan insight bagi mahasiswa serta mampu menganalisa dan memahami suasana tsunami pada 19 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Bencana tsunami tentunya juga memberikan dampak besar bagi masyarakat Aceh, namun waktu terus berjalan dan masyarakat Aceh terus bangkit dan bertumbuh. Saat ini, Aceh terus membuktikan bahwa seburuk apapun bencana yang menghampiri, selalu ada pertolongan dan jalan lain untuk terus menjadi lebih baik.