Perilaku Konsumtif Masyarakat terhadap Boba

Dini Amaria Ma'ruf
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
30 Desember 2020 11:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dini Amaria Ma'ruf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Budaya populer adalah budaya masyarakat, atau budaya orang kebanyakan. Sebuah hal yang dilakukan dan dipahami oleh banyak orang dinamai budaya populer. Secara harfiah langsung menjurus kepada pengertian buadaya atau satu hal yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Budaya itu hidup (lived culture) karena ia terus berkembang dan terus menerus mengikuti arus kemajuan masyarakat saat ini. Menurut Hebdige (1988), budaya dibawa melalui banyak hal, termasuk film, kaset, pakaian, acara televisi, alat transportasi, dan hal-hal lain yang masih melekat dengan masyarakat saat ini. Budaya populer bersifat melebur, karena banyak dari hal ini memiliki keterkaitan dengan kebutuhan kehidupan masyarakat saat ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh budaya populer saat ini yang beredar di kaum milenial adalah teh susu mutiara atau yang sering kita sebut dengan bubble tea atau boba. Minuman ini berasal dari Taiwan dikenal dengan nama zenzhu naicha yaitu, sejenis minuman teh yang ditambahkan susu kemudian diberi pelengkap “mutiara” yang terbuat dari tepung tapioka. Rasa boba yang kenyal menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar minuman manis. Sejarah boba sendiri memiliki dua versi, yaitu versi Hanlin Tea Room yang mengklaim bahwa pemiliknya yang bernama Tu Tsong He menciptakan boba pada tahun 1986 dan versi Chen Shui Tang yang mengklaim bahwa pemiliknya yang bernama Lui Han Chein menciptakan boba pada tahun 1987.
Tentu dengan melihat sejarahnya, tren boba sudah ada sejak tahun 80-an. Boba sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 2000 dibawa oleh brand Quickly. Pada tahun tersebut boba menjadi tren dikalangan masyarakat, lalu kemudian mengalami pasang surut sampai akhirnya beberapa tahun terakhir boba mulai populer kembali akibat dari beberapa brand besar yang menjadikan boba sebagai menu andalannya, seperti Chatime, The Koi, Tiger Sugar dan yang lainnya. Tak disangka-sangka, langkah ini begitu diterima di masyarakat dan diikuti oleh brand-brand lainnya yang ikut memasukkan boba ke dalam menu mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, boba menjadi tren dikalangan masyarakat tentunya dengan bantuan media massa. Contohnya media sosial dimana banyak orang-orang menyebarkan postingan tentang minuman boba. Di Instagram sendiri #boba saja sudah terdapat 2 Miliar postingan. Tentunya dengan persebaran informasi dan postingan tersebut membuat minat masyarakat melonjak naik dan ingin mengikuti tren, sehingga permintaan akan minuman boba semakin meningkat serta boba semakin dikenal di masyarakat, terlebih minuman boba dapat dikatakan minuman yang praktis dan enak menurut masyarakat. Untuk di kalangan anak-anak milenial sendiri minuman boba harganya cukup terjangkau, ditambah dengan berbagai promosi apabila membayar menggunakan e-wallet, sehingga masyarakat lebih tertarik untuk mengonsumsi minuman tersebut.
Selain adanya peran media dalam penyebaran informasi, ada hal yang perannya lebih besar dalam penyebaran informasi minuman boba, yaitu khalayak. Tradisi studi khalayak dalam komunikasi massa mempunyai dua pandangan arus besar, pertama khalayak sebagai audience yang pasif. Sebagai audience yang pasif orang hanya bereaksi pada apa yang mereka lihat dan dengar dalam media. Khalayak tidak ambil bagian dalam diskusi-diskusi publik. Sementara pandangan kedua khalayak merupakan partisipan aktif dalam publik. Publik merupakan kelompok orang yang terbentuk atas isu tertentu dan aktif mengambil bagian dalam diskusi atas isu-isu yang mengemuka (Hadi:2008).
ADVERTISEMENT
Dalam tren minuman boba ada beberapa masyarakat yang memilih menjadi khalayak pasif, hanya dengan melihat postingan atau informasi tentang minuman boba mereka dapat membeli minuman boba tanpa berinteraksi dengan pengguna-pengguna lain di media sosial. Kemudian ada juga yang memilih menjadi khalayak aktif dan berusaha untuk selalu update mengenai varian minuman boba yang baru melalui media sosial, bertukar informasi dengan pengguna lain untuk mengetahui varian baru dari minuman boba dari berbagai macam brand.
Tren minuman boba sendiri menjadikan inovasi sebagai elemen yang penting untuk membuatnya terus bertahan. Jika awalnya boba disajikan sebagai minuman, para pelaku bisnis mulai bereksperimen dengan berbagai macam cara, mulai dari menambahkan ke dalam cake sampai ke ramen. Tren boba juga menggiring budaya nongkrong di kafe pada saat itu, sehingga banyak kafe-kafe yang menghias kedainya agar lebih menarik dengan generasi milenial sebagai target konsumen.
ADVERTISEMENT
Kemudian dari segi kesehatan, minuman boba merupakan minuman yang mengandung banyak gula, mutiara tapioka kering yang merupakan komponen utama dalam minuman ini juga memiliki kalori yang cukup tinggi, namun minim vitamin, protein, dan serat. 1 gelas minuman boba sudah melebihi batas asupan gula yang di konsumsi seseorang. Bila mengonsumsi minuman boba secara berlebihan dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan, antara lain menyebabkan peningkatan berat badan, meningkatkan resiko penyakit tertentu, seperti diabetes dan menimbulkan gangguan pencernaan. Oleh karena itu, dalam mengonsumsi boba sebaiknya dibatasi, dan memilih ukuran gelas yang paling kecil, serta mengurangi jumlah komponen yang ada di dalam minuman boba, seperti gula dari minumannya atau bubble yang ada diminuman.
ADVERTISEMENT