Karomah Waliyullah Kyai Raden Santri yang Belum Banyak Diketahui Orang

Dini Astriani
Mahasiswi Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
Konten dari Pengguna
1 November 2020 19:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dini Astriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam riwayat hidup Simbah Raden Santri terkenal sebagai waliyullah yang mensyiarkan Islam di wilayah Kedu dan sekitarnya. Beliau memilki banyak karomah dan kadang berperilaku sebagai wali jadzab.
ADVERTISEMENT
Diantara karomah beliau adalah ketika beliau meminta kepada Sultan Agung untuk dibangunkan masjid sebagai pusat kegiatan dakwah di dusun Santren sebagai tempat tinggalnya. Konon bangunan masjid Santren telah dipersiapkan oleh Sultan Agung di Kotagedhe ibukota Mataram dan dipindahkan oleh Mbah Raden Santri ke dusun Santren dibawa dengan dibungkus sapu tangan. Masyarakat Santren dibuat kaget dengan adanya Masjid yang dengan sangat cepat dengan mengibaratkan bahwa malam harinya belum terdengar bedug dan adzan mendadak subuh sudah terdengar suara bedug dan adzan sehingga masjid santren disebutnya sebagai masjid Tiban.
Karomah beliau yang lain yang didasarkan pada cerita tutur masyarakat Gunungpring, diceritakan bahwa ketika Mbah Raden Santri pulang dari kholwatnya di Gunungpring kebetulan melewati sungai Lamat lama yang mengalir dari barat dusun Nepen menuju dusun Bintaro yang sedang banjir besar karena membawa lahar dinging gunung Merapi, berkat karomah beliau banjir tersebut bisa dihentikan sehingga beliau bisa menyebrangi sungai menuju dusun Santren tempat tinggalnya. Berhentinya banjir tersebut menghentikan material lahar dingin Merapi sehingga batu-batu besar kelihatan mencongol (menonjol). Tempat tersebut selanjutnya dikenal dengan nama Watucongol. Kelak tempat ini mashur sebagai tempat berdirinya pondok pesantren Darussalam Watucongol di era Simbah Kyai Abdurrauf yang memindahkan pondok tersebut dari wilayah Tempuran dekat pertemuan sungai Lamat dan sungai Blongkeng di dusun Bintaro.pindahnya pondok tersebut karena rusak dan terbakar dihujani peluru meriam di era perang Diponegoro (1825-1830).
ADVERTISEMENT
Diceritakan pula bahwa Mbah Raden Santri pernah memindahkan alur kali Lamat lama yang mengalir di sisi sebelah barat dusun Santren dipindah ke sisi timur dusun Santren agar berada di depan Masjid Santren. Pemindahan jalur sungai Lamat dilakukan mbah Raden Santri dengan menggunakan tongkatnya untuk membuat garis alur sungai lamat baru. Pemindahan alur sungai di depan masjid tersebut agar mempermudah jamaah masjid berwudhu dan bersuci. Inilah karomah yang lain dari mbah Raden Santri.
Lalu masih banyak lagi kejadian-kejadian luar biasa terkait kewalian beliau untuk mengenalkan wujud kebesaran Allah SWT. Seperti pada saat Mbah Raden bertemu dengan peduduk sebuah dusun yang belum mengerjakan salat. Dusun tersebut sangat tandus dan kering. Kemudian Mbah Raden mengajarkan mereka salat pada mereka dan ketika akan mengambil air wudhu tak menemukan air. Kemudian Mbah Raden berdo’a memohon kepada Allah untuk diberikan air, maka seketika itu pula terjadilah mata air yang memancarkan air yang sangat jernih, kemudian dijadikan sendang. Anehnya hingga saat ini tidak pernah kering walaupun di musim kemarau sekalipun. Wallahua’almubissowab.
ADVERTISEMENT