Konten dari Pengguna

Resesi 2023: Indonesia Perkuat Stabilitas Nilai Tukar

Dini Febriani
Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang
18 November 2022 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dini Febriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilusttrasi : Uang merupakan nilai tukar (Sumber: Photo by Ahsanjaya: https://www.pexels.com/photo/food-people-woman-hand-8463694/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilusttrasi : Uang merupakan nilai tukar (Sumber: Photo by Ahsanjaya: https://www.pexels.com/photo/food-people-woman-hand-8463694/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peringatan Potensi resesi yang akan menyerang ekonomi global tahun 2023 telah banyak diberitakan. Pada bulan oktober kemarin, International Monetary Fund (IMF) telah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat tajam dari tahun 2022 hingga 3,2 persen dan 2,7 persen di tahun 2023. Menurut IMF terdapat 31 negara secara teknikal akan masuk ke jurang resesi dan banyak negara-negara di dunia akan mengalami resesi.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani mengungkapkan, ekonomi akan mengalami resesi dengan diperkuat oleh kenaikan tingkat suku bunga acuan pada Bank Sentral di beberapa negara sebagai upaya menekan lonjakan inflasi. Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan resesi? Faktor-Faktor apa saja yang menyebabkan resesi?
Resesi merupakan kondisi saat perekonomian tumbuh negatif dalam dua kuartal beruntun yang menyebabkan penurunan pada aktivitas ekonomi secara signifikan dalam kurun waktu yang lama. Resesi ekonomi memicu Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, keuntungan perusahaan menurun, angka pengangguran meningkat, bahkan sampai kebangkrutan ekonomi. Ancaman resesi sudah menghantui negeri ini, pemerintah harus sigap mengambil kebijakan untuk mendorong agar perekonomian tidak tumbuh negatif.
Meskipun Indonesia telah diprediksi kebal dari proyeksi resesi. Menurut hasil laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dimana ekonomi pada triwulan II 2022 tetap tumbuh positif sebesar 5,44 persen terhadap triwulan II 2021 yaitu sebesar 3,72 persen. Melalui landasan data pertumbuhan (year or year/yoy) dan (quarter to quarter/qtq), dapat disimpulkan bahwa Indonesia akan terhindar dari jurang resesi. Namun, bukan berarti resesi kita anggap remeh.
ADVERTISEMENT
Tak hanya isu resesi yang sedang marak dibicarakan. Namun, juga ancaman Inflasi. Inflasi yang tinggi akan membuat Bank Sentral di berbagai negara agresif dalam menaikan tingkat suku bunga mereka. Kondisi ini akan menggerus tingkat daya beli masyarakat dan kenaikan suku bunga dapat memperlambat ekspansi dunia usaha. The Fed tidak dapat menjamin apakah perekonomian Amerika Serikat akan mengalami kondisi soft landing. The Fed lebih memprioritaskan untuk penurunan inflasi, agar perekonomian mampu rebound saat resesi.
Sebenarnya, bagaimana cara agar Indonesia dapat membentengi diri dari ancaman resesi? Langkah yang dapat dilakukan Indonesia yaitu melalui penerapan strategi penyerapan untuk menstimulus perekonomian, sehingga dapat mengurangi kontraksi ekonomi. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah. Beberapa cara dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di antaranya, yaitu :
ADVERTISEMENT
1. Menjaga Inflasi
Bank Indonesia berkolaborasi dengan pemerintah untuk menjaga inflasi, sebagai bentuk usaha dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah ini untuk menjaga rupiah dari risiko tertekan apabila perekonomian global mengalami resesi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Inflasi tergolong tidak terlalu tinggi, maka nilai mata uang tetap terjaga. Pada tahun 2021 Indonesia tercatat mengalami surplus 0,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), BI memperkirakan surplus transaksi masih berjalan hingga tahun 2022. Kondisi ini akan membuat pasokan devisa dalam negeri lancar dan membuat nilai tukar rupiah cukup stabil. Namun, harus tetap sejalan dengan lonjakan ekspor dengan menjaga transaksi tetap berjalan dalam kondisi surplus. Maka nilai tukar rupiah akan terjaga.
ADVERTISEMENT
2. Operasi Moneter dan Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia memilih kebijakan moneter dengan menggunakan operasi moneter dan suku bunga acuan, untuk digunakan dalam menstabilkan rupiah saat mendapatkan tekanan yang besar dari resesi. Kebijakan Operasi Moneter bertujuan untuk menstabilkan nilai mata uang yang dilakukan di pasar uang secara terintegrasi. Operasi Moneter dapat dilakukan dengan mengendalikan suku bunga di Pasar Uang Antar Bank, agar bergerak di sekitar suku bunga Bank Indonesia. Sehingga, dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tetap stabil. Operasi Moneter dilaksanakan melalui transaksi di pasar valuta asing salah satunya yaitu Operasi Pasar Terbuka. Operasi Pasar Terbuka merupakan kegiatan transaksi di pasar valuta asing yang dilakukan Bank Indonesia atau bank pihak lain untuk operasi moneter konvensional dan berdasarkan prinsip syariah. Di Harapan dapat mendukung stabilitas nilai tukar rupiah saat resesi tiba.
ADVERTISEMENT
3. Ekspor
Stabilisasi nilai tukar rupiah juga dapat dilakukan melalui kegiatan ekspor. Saat melakukan kegiatan ekspor dibutuhkan campur tangan dari bea cukai, hal ini tentunya akan mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara. Kegiatan ekspor berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah, sesuai dengan teori balance of payment. Ekspor sering menjadi faktor yang dapat mendorong naik dan turunnya kurs mata uang suatu negara. Dengan adanya kegiatan ekspor yang meningkat akan mengakibatkan naiknya permintaan terhadap mata uang negara pengekspor. Kegiatan ekspor ini tentu dapat mempengaruhi nilai tukar secara positif yang artinya dapat menekan resesi yang terjadi di Indonesia.
4. Kebijakan Kredit Tetap
Selanjutnya langkah yang dapat dipilih pemerintah adalah dengan melakukan kebijakan kredit tetap. Kebijakan Kredit ini dilakukan oleh Bank umum didasarkan pada prinsip 5C yaitu Character, Capacity, Collateral, Capital dan Condition. Adanya kredit tetap ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan uang atau modal dengan meningkatkan produktivitas masyarakat. Sehingga dapat menjadi alat stabilitas ekonomi dan menjadi jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional suatu negara.
ADVERTISEMENT
5. Mengembangkan Sektor Pariwisata
Mengembangkan sektor pariwisata dapat menjadi langkah alternatif sebagai alat untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dalam menghadapi resesi. Sektor Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting yang dapat dijadikan sumber penerimaan devisa negara serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor pariwisata ini bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi angka pengangguran. Kegiatan Pariwisata akan menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui jalur pendapatan mata uang asing dan tentunya menarik investasi asing.
6. Penggunaan B20 atau Biodiese
Langkah terakhir yang dapat dilakukan untuk terhindar dari jurang resesi adalah pemerintah mengeluarkan kebijakan penggunaan B20 atau Biodiesel 20 persen yang diperkirakan dapat mengurangi jumlah impor minyak. Dengan penggunaan Harga Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang dipakai sendiri, maka suplai ke pasar turun sehingga harga CPO juga ikut naik.
ADVERTISEMENT
Program yang dibuat pemerintah ini mewajibkan pencampuran 20 persen biodiesel dengan 80 persen bahan bakar minyak jenis solar. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.12 tahun 2015, jenis sektor yang wajib menerapkan program ini diantaranya usaha mikro, usaha perikanan, dan usaha pertanian. Biodiesel merupakan substansi tidak beracun dan bisa diurai oleh lingkungan, sehingga membuatnya menjadi salah satu alternatif bahan bakar diesel ramah lingkungan. Hal ini, tentu berdampak pada perekonomian nasional.
Dini Febriani, Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang.