Konten dari Pengguna

Siapa Sangka Jenis Sampah Plastik Tertolak Dapat Menjadi Peluang Bisnis?

Dini Febriani
Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang
24 September 2023 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dini Febriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi : paving block (Foto oleh Mochammad  Algi dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-bunga-di-tanah-3126503/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi : paving block (Foto oleh Mochammad Algi dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-bunga-di-tanah-3126503/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Isu sampah masih menjadi hal yang mengerikan untuk keberlanjutan bumi di masa mendatang. Sampah merupakan residu padat dari sisa aktivitas - aktivitas manusia yang mempunyai sifat organik (dapat terurai) dan anorganik (tidak dapat terurai), dan dipandang tidak memiliki nilai kegunaan lagi, sehingga berakhir dibuang ke alam. Pada tahun 2018, Bank Dunia memaparkan data bahwa selama 30 tahun mendatang timbunan sampah tahunan secara global akan semakin meningkat dari sekitar 2,01 miliar ton per tahun bisa menjadi 3,4 miliar ton per hari. Di Indonesia konsumsi plastik juga meningkat begitu cepat. Berdasarkan laporan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di tahun 2022, timbunan sampah telah menyentuh angka 188.259.210.61 ton per tahun dengan total sampah harian mencapai angka 50.025.23 ton sampah. Dimana jenis sampah yang menjadi penyumbang paling banyak pencemaran lingkungan adalah sampah plastik.
ADVERTISEMENT
Dengan meningkatnya populasi penduduk akan mengakibatkan peningkatan produksi sampah, sehingga konsekuensinya adalah tumpukan sampah setiap hari akan kian bertambah dan berdampak langsung terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup bagi masyarakat. Sampah menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan permukaan bumi menjadi lebih panas atau menyebabkan pemanasan global (global warming). Hal ini terjadi karena produksi gas metana (CH4) dari sampah menjadi salah satu gas emisi yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Pemerintah dan beberapa pihak terkait, telah berusaha untuk membuat peraturan terkait permasalahan pengolahan sampah. Namun, sangat disayangkan regulasi – regulasi yang dibuat belum dapat berjalan dengan baik. Pada akhirnya, penyelesaian terkait permasalahan sampah plastik ini harus dimulai dari perorangan atau individu.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Rebricks yang dipimpin oleh Ovy Sabrina dan rekannya bergerak mendaur ulang sampah plastik tertolak menjadi bahan bangunan. Sampah tertolak sendiri adalah jenis sampah yang tidak memiliki harga atau jenis sampah yang tidak dikumpulkan oleh para pengepul, pemulung, dan bank sampah karena jenis sampah ini sulit untuk didaur ulang. Contoh dari sampah tertolak yaitu kemasan plastik lunak seperti plastik kemasan jajan, refill shampoo, plastik sabun cuci piring, kemasan kopi instan dan sebagainya.
Mengutip dari tayangan youtube National Geographic Indonesia, Ovy Sabrina menjelaskan latar belakang Rebricks sebagai perusahaan sektor konstruksi adalah berangkat dari pola gaya hidupnya dan rekannya yang mulai ke arah zero waste. Gaya hidup zero waste adalah filosofi untuk gaya hidup bebas sampah. Konsep zero waste tidak hanya fokus pada pengurangan dan daur ulang sampah, akan tetapi juga menekankan pada desain ulang suatu produk.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari pola hidup ini, mereka memulai memilah sampah – sampah plastik dirumah dan menyadari bahwa terdapat jenis sampah yang tidak dapat disalurkan kemana – mana, sehingga akan meninggalkan sampah tersebut hingga ratusan tahun. Kemudian, mereka mulai memikirkan bagaimana cara mengolah atau mendaur ulang sampah tertolak ini agar bermanfaat. Berasal dari latar belakang keluarga yang bergerak dalam bidang bahan bangunan, membuat Ovy Sabrina mencoba mendaur ulang sampah plastik tertolak ini menjadi bahan bangunan. Dimana sampah plastik tersebut dicacah kemudian dicampur dengan komposisi bahan - bahan lainnya dan dicetak ulang menjadi paving block, batako, dan roster.
Paving Block yang diciptakan oleh Rebricks telah lolos uji coba oleh Badan Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian Bandung dengan kategori kelas B. Paving block yang dibuat juga memiliki kekuatan cukup tinggi agar kemungkinan untuk kembali hancur sangat rendah. Membuatnya pun menggunakan dua lapisan, yaitu Lapisan pertama (lapisan atas) adalah lapisan yang terkena air, cuaca, mobil dan lain sebagainya. Lapisan pertama ini dibuat tanpa campuran plastik. Lapisan kedua (lapisan atas) yaitu lapisan yang menggunakan campuran plastik.
ADVERTISEMENT
Rebricks dapat dijadikan contoh bisnis yang tidak hanya berfokus pada profit saja, tetapi juga mementingkan keberlanjutan bumi di masa depan. Selain itu, melalui pemanfaatan sampah tertolak menjadi produk yang bernilai ekonomi dan diharapkan juga bisa merubah pola pikir masyarakat pada sampah plastik yang dianggap sebelah mata. Dalam pembuatan paving block dari sampah, campuran semen dan pasir untuk beton, diganti dengan campuran plastik jenis tertentu dan pasir. Mari intip cara pembuatan paving block dari sampah, yang bisa menjadi dijadikan ide bisnis. Adapun proses pembuatan paving block dari sampah tertolak diantaranya :
ADVERTISEMENT
Pembuatan Paving block dapat menjadi upaya untuk mengatasi masalah sampah menjadi kegiatan ekonomi kreatif. Selain, memiliki keunggulan lebih buat dan tahan banting. Terdapat beberapa keuntungan lainnya yang dimiliki paving block terbuat dari sampah ini. Pertama, mengurangi jumlah sampah plastik yang berpotensi merusak lingkungan dan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Kedua, paving block dapat dijual sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Ketiga, penggunaan paving block berbahan sampah plastik dapat mengurangi tingkat pemakaian bahan bangunan konvensional yang tidak bersifat ramah lingkungan. Terima kasih
Dini Febriani, Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang.