Konten dari Pengguna

Ragam Warisan Budaya Jepang yang Bersifat Fisik

Dinna Nur Hidayah
Bahasa dan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya.
17 April 2025 18:34 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dinna Nur Hidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kastil Matsumoto, Prefektur Nagano, Jepang. (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Kastil Matsumoto, Prefektur Nagano, Jepang. (Foto: Pexels)
ADVERTISEMENT
Jepang merupakan salah satu negara maju di dunia yang juga terkenal sebagai negara dengan kemajuan teknologi yang dipadukan dengan budayanya. Selain budaya populernya yang selama ini umum dikenal dan menarik banyak wisatawan mancanegara, Jepang juga memiliki warisan budaya benda yang tidak kalah menarik dan bernilai. Warisan budaya benda (tangible cultural heritage) adalah budaya yang berwujud atau benda-benda bersifat material dan fisik yang dapat dilihat dan diraba. Jepang memiliki banyak warisan budaya yang masuk dalam kategori warisan budaya benda seperti situs arkeologi, bangunan arsitektur, lanskap budaya, hingga seni dan artefak yang kaya akan nilai sejarah, seni, dan budayanya yang telah turun-temurun diwariskan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Jepang, melalui Agency for Cultural Affairs, telah menentukan, memilih, dan mendaftarkan properti budaya sebagai harta nasional berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Properti Budaya dan memberikan subsidi untuk pelestarian, perbaikan, pembangunan fasilitas tahan bencana, dan menjadikan kepemilikan publik atas situs bersejarah. Pemerintah juga memanfaatkan properti budaya dengan membangun fasilitas untuk memamerkan budaya tersebut dan memberikan kesempatan bagi masyarakat agar dapat menikmati warisan budaya tersebut. Dari berbagai situs warisan budaya yang dimiliki Jepang, warisan yang luar biasa dimasukkan dalam daftar warisan dunia oleh UNESCO.
Pertama adalah situs arkeologi, merupakan tempat yang memiliki bukti kehidupan masa lampau. Melalui laman Jomon Japan, di Hokkaido ditemukan situs arkeologi berupa rumah-rumah hunian (pit dwelling) dan tumpukan kerang dan ikan. Temuan tersebut menunjukkan aktivitas menangkap ikan dari kehidupan masyarakat kuno zaman Jomon di tepi pantai yang mengandalkan laut sebagai sumber makanan. Di situs yang ditemukan, terdapat tempat ritual yang menyatu dengan tumpukan kerang, area pemakaman dengan tulang-belulang manusia, dan sisa-sisa tulang hewan bekas ritual.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada reruntuhan Sannai Maruyama yang terletak di Kota Aomori di Prefektur Aomori yang merupakan salah satu situs Jomon terbesar. Situs ini memiliki ciri mulai dari pengaturan tempat tinggal, situs yang ditopang pilar, area pemakaman berderet, lubang penyimpanan hingga jalan dan struktur berskala besar. Selain itu, ditemukan juga sejumlah pot yang sengaja dikubur dan peralatan yang terbuat dari batu, bersama dengan kacang-kacangan dan tulang-tulang hewan. Temuan ini menandakan kecerdasan masyarakat pada zaman itu dalam memanfaatkan alam. Ada juga ditemukan artefak seperti benda-benda dari kayu, barang dagang seperti batu giok, hingga peralatan ritual.
Dan yang terakhir adalah reruntuhan Yoshinogari yang terletak di Kyushu, Prefektur Saga. Reruntuhan ini merupakan salah satu reruntuhan terbesar yang berasal dari zaman Yayoi. Sama dengan Sannai Maruyama, reruntuhan Yoshinogari juga menunjukkan kehidupan masyarakatnya seperti bangunan tempat tinggal, tempat pemakaman, dan barang-barang peninggalan. Hudson & Barnes (1991) mengatakan bahwa ekskavasi Yoshinogari telah dimulai dari tahun 1986, tidak hanya sisa dari zaman Yayoi, ekskavasi ini juga menemukan bangunan yang berasal dari zaman Nara-Heian. Lalu sisanya berasal dari zaman Paleolitikum, Jomon, Kofun, dan abad pertengahan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya berbentuk reruntuhan saja, Jepang juga memiliki bangunan-bangunan peninggalan dengan usia yang tua yang masih utuh. Dimulai dari kastil-kastil tradisional yang berasal dari zaman dulu, terdapat lima kastil yang termasuk dalam harta nasional. Di antaranya adalah Kastil Himeji, dibangun pada tahun 1346, terletak di Kota Himeji, Prefektur Hyogo, dan merupakan satu-satunya kastil yang dicatat oleh UNESCO sebagai warisan dunia. Kastil Matsue yang dibangun pada tahun 1611, terletak di Kota Matsue, Prefektur Shimane, merupakan kastil asli Jepang terbesar kedua. Kastil Hikone yang terletak di Kota Hikone, Prefektur Shiga. Kastil ini memerlukan waktu hampir 20 tahun untuk dibangun, dimulai dari tahun 1604 dan selesai pada tahun 1622, lamanya pembangunan ini terpapar pada arsitekturnya yang terperinci. Kastil Matsumoto yang dibangun sekitar tahun 1504 di Kota Matsumoto, Prefektur Nagano, memiliki warna hitam legam yang dikenal sebagai Kastil Gagak. Dan yang terakhir adalah Kastil Inuyama, terletak di Kota Inuyama, Prefektur Aichi, dibangun pada tahun 1537, kastil ini merupakan satu-satunya kastil milik pribadi yang ditetapkan sebagai harta nasional dan terkenal dengan festival Inuyama-nya. Selain lima kastil yang ditetapkan sebagai harta nasional utama, ada berbagai macam kastil lain yang dimiliki Jepang, seperti Kastil Osaka yang dibangun oleh Toyotomi Hideyoshi dan Kastil Kumamoto yang termasuk salah satu dari tiga kastil utama milik Jepang. Kastil-kastil ini juga terbuka bagi umum agar dapat melihat keindahan bangunan bersejarah tersebut.
ADVERTISEMENT
Bangunan lain seperti kediaman, museum, dan taman bekas kepemilikan samurai dan daimyo juga termasuk dalam warisan budaya Jepang. Lalu ada juga bangunan yang disebut Machiya, merupakan rumah-rumah tradisional dengan kayu sebagai material utamanya yang menjadi ciri khas warisan arsitektur di Kyoto. Selain itu, Jepang juga memiliki kuil-kuil tua seperti kuil Shinto dan kuil Buddha. Salah satu contoh dari kuil Shinto adalah kuil Yasukuni yang sebelumnya bernama Shokonsha, ditetapkan di Kudan, Tokyo, pada zaman Meiji tahun 1869. Lalu kuil Gango-ji, yang awalnya bernama Houkou-ji (Asuka-dera), kuil tertua Jepang dan dikenal sebagai kuil dimana bentuk asal agama Buddha Jepang berawal. Kuil ini juga telah ditambahkan dalam daftar warisan dunia.
Kehidupan masyarakat Jepang kuno, selain bangunan hunian tentunya ditemukan benda-benda dan artefak kuno yang menjadi warisan budaya pula. Jepang memiliki beberapa museum nasional di berbagai kota seperti Nara, Kyushu, Kyoto, dan Tokyo hingga museum kekaisaran Sannomaru Shozokan dan Institut Penelitian Nasional Kekayaan Budaya Nara yang menjaga dan memajang koleksi-koleksi artefak seperti ukiran, lukisan, kaligrafi, patung, benda-benda logam, pedang, dan kerajinan. Beberapa harta nasional seperti pedang Kunimitsu dan pedang Norifusa dari zaman Kamakura, lukisan “Zhou Maou Admiring Lotuses” karya Masanobu Kano dari zaman Muromachi, dan buku “Eiga Monogatari” dari zaman Kamakura serta masih banyak lagi. Koleksi-koleksi warisan budaya ini dapat juga dilihat melalui laman web dari masing-masing museum atau melalui e-Museum milik Jepang.
ADVERTISEMENT
Jenis terakhir dari warisan budaya merupakan lanskap budaya, properti penting yang menunjukkan interaksi manusia dengan lingkungan. Jepang memiliki 30 lanskap budaya penting dan manfaat yang dibawa sangatlah berharga bagi masyarakat lokal dalam konteks konservasi lingkungan, pembangunan ekonomi, dan pendidikan sosial (Chiang et al,. 2012). Salah satu yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO adalah tambang perak Iwami Ginza yang terletak di Prefektur Shimane. Kemudian terdapat rute Tōkaidō, pada zaman keshogunan Tokugawa rute ini merupakan jalan yang menghubungkan Osaka dan Kyoto dengan ibukota Jepang pada masa itu yaitu Edo (Tokyo). Hal ini juga merupakan asal usul dari nama jalur kereta shinkansen yang menghubungkan kota Tokyo, Yokohama, Nagoya, Osaka, dan Kyoto. Selain itu, Jepang juga memiliki rute ziarah bernama Henro, sebuah rute ziarah 88 kuil Shikoku yang berbentuk lingkaran. Rute ini mencakup 88 kuil resmi dan sejumlah situs suci lainnya.
ADVERTISEMENT
Jepang memiliki warisan budaya yang sangat beragam dan tidak dapat dijelaskan satu persatu. Warisan budaya Jepang merupakan bentuk saksi dari perjalanan kehidupan masyarakat Jepang kuno. Melalui warisan-warisan tersebut masyarakat masa kini terutama masyarakat Jepang dapat mempelajari sejarah yang ada. Di era modernisasi seperti saat ini, melestarikan warisan budaya menjadi sangat penting, dan Jepang dengan kehidupan yang maju tetap memperhatikan warisan budayanya. Selain untuk menjaga nilai-nilai yang turun-temurun ada pada warisan budaya tersebut, Jepang juga dapat memanfaatkan berbagai macam warisan budaya tersebut dengan membangun fasilitas atau menyediakan tempat dimana masyarakat Jepang hingga wisatawan mancanegara dapat melihat dan mengetahui warisan-warisan bersejarah tersebut. Budaya juga dapat disebut sebagai identitas dan ciri khas dari pemilik budaya tersebut, oleh karena itu, penting sekali dilakukannya pelestarian dan konservasi budaya. Tidak hanya warisan budaya Jepang, tetapi juga warisan budaya yang ada di seluruh dunia, karena warisan budaya milik suatu kelompok atau negara juga dapat termasuk sebagai warisan dunia.
ADVERTISEMENT