Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Jurnalis vs Covid-19
12 Mei 2020 12:49 WIB
Tulisan dari Dinny Ayu Anggarda Paramitha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak netizen mempertanyakan kinerja wartawan di tengah pandemik Covid-19.
Akhir-akhir ini, wartawan sering kali dipertanyakan hasil kerjanya. Banyaknya nilai berita yang dirasa kurang penting oleh khalayak, menjadi pemicunya. Apakah pandemi yang membuatnya seperti ini? Atau memang kualitas pers yang semakin memburuk?
ADVERTISEMENT
Berita yang penuh dengan komentar "nyinyir" netizen merupakan berita yang diangkat dari kasus yang ramai diperbincangkan di media sosial, terutama Twitter. Alasannya beragam, ada yang mengatakan pers tidak kreatif karena mengangkat isu yang hanya ditulis ulang dari pengguna twitter, menggunakan judul-judul "clickbait", dan juga memberitakan hal yang dianggap tidak penting seperti, lelucon yang banyak digunakan oleh pengguna media sosial.
Jika ditinjau dari fungsinya, Pers memiliki 4 fungsi utama. Salah satu fungsi tersebut adalah pers bersifat menghibur. Selain 3 fungsi lainnya yaitu, menyampaikan informasi, mendidik, dan memengaruhi, fungsi memberi hiburan kepada pembaca atau penontonnya membuat berita "tidak penting" itu tentunya layak untuk ditayangkan.
Mungkin, konten berita yang dinilai masyarakat kurang penting tersebut terlalu banyak. Sejak Covid-19 menyerang Indonesia 11 Maret 2020, ruang kerja masyarakat mulai dibatasi. Termasuk para jurnalis. Diatur dalam PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Hal ini tentu saja berdampak dan terlihat dari pemberitaan yang ada di media massa, terutama media siber atau dalam jaringan (daring).
ADVERTISEMENT
Namun, benarkah demikian? Bila dilihat dari banyaknya berita yang disajikan selama pandemik Covid-19 berlangsung, ini dirasa normal saja. Pemberitaan yang dilakukan jurnalis mulai dari pasien Covid-19, masyarakat terdampak PSBB, tanggapan dan kebijakan Pemerintah terhadap Covid-19, sampai para dokter yang terjun langsung menghadapi virus mematikan tersebut, disajikan dengan apik dan juga berimbang.
Seluruh wartawan telah melakukan tanggung jawabnya menyebarkan informasi kepada masyarakat di tengah pandemik Covid-19 ini. skipun nyawa jadi taruhannya. Entah itu ancaman keselamatan dari virus, maupun berupa ancaman karena meliput pelanggar kebijakan PSBB.
Meliput berita dengan mematuhi protokol kebijakan PSBB oleh pemerintah, tidak menjamin keselamatan jiwa mereka. Siapa yang dapat menyangka kalau ternyata ada salah satu narasumbernya yang terjangkit virus corona? Atau di kerumunan saat siaran berita berlangsung, orang didekatnya merupakan pembawa virus corona? Seperti sia-sia saja protokol keamanan yang telah mereka laksanakan. Orang yang bekerja di balik layar ini sangat berjasa dalam tersebarnya informasi dan fakta yang beredar.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya dokter sang garda terdepan, sepatutnya reporter, juru kamera, dan lainnya pun harus diapresiasikan kinerjanya. Meski tanpa baju hazmat, tanpa balutan alat pelindung diri khusus, mereka tetap bekerja sepenuh hati. Hanya bertameng masker dan sarung tangan, juga antiseptik, mereka menerjang bahaya yang siap menerkam. Sudah selayaknya mereka juga mendapat penghargaan atas hasil kerjanya.
Terima kasih Wartawan Indonesia, terima kasih telah menyebarkan informasi penting untuk kami yang di rumah. Tetaplah sehat di luar sana! #BersamaLawanCovid19