Konten dari Pengguna

Budaya Populer Korean Wave yang Menjadi Tren Masa Kini

Dio Adhara Ayudar
Mahasiswa Aktif Universitas Kristen Satya Wacana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
3 Desember 2024 11:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dio Adhara Ayudar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Spesies primata yang memiliki jumlah terbanyak, tersebar luas dan ada sampai saat ini adalah Homo Sapiens (manusia). Apa yang membuat manusia dapat bertahan sampai saat ini adalah kemampuan kognitif (berpikir) yang mereka miliki sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang ada. Hal lain yang membuat manusia dapat bertahan sampai saat ini adalah budaya yang mereka ciptakan. Manusia memiliki kemampuan untuk mewarisi budaya sehingga manusia dapat bertahan sampai saat ini melalui budaya yang mereka ciptakan. Makhluk yang berbudaya artinya makhluk yang berakal budi. Berakal budi, berarti memiliki kemampuan untuk berpikir dan membedakan hal yang baik & buruk. Proses belajar yang dilakukan manusia adalah upaya untuk merespon stimuli dari lingkungannya, yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia. Akal budi digunakan manusia untuk beradaptasi terhadap perubahan atau evolusi yang terjadi pada lingkungan yang mereka tempati.
ADVERTISEMENT
Budaya merupakan respon manusia terhadap pengaruh dari lingkungan alam maupun sosial, dengan kata lain budaya terbentuk akibat kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam masyarakat. Pengaruh pembentukan budaya paling besar adalah hal-hal yang bersifat populer dan hal-hal yang meluas dengan cepat yang kemudian diserap sebagai sebuah kebiasaan yang akan menjadi sebuah budaya. Budaya populer merupakan hal-hal yang sedang populer di masyarakat yang meliputi aktivitas, produk, karya seni maupun hal lainnya. Budaya populer disebut sebagai budaya yang lahir dari media, karena media merupakan pengaruh terbesar dalam pembentukan budaya populer ini. Media mampu mempengaruhi masyarakat melalui pesan maupun informasi yang disebarluaskan, yang dikemas dengan memanfaatkan hal yang sedang menjadi trending topic. Saat ini, budaya populer telah menyebar ke seluruh masyarakat termasuk di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh fenomena Korean Wave yang menjadi sangat populer pada tahun ke-21, terutama di kalangan remaja. Budaya ini disebarluaskan melalui media massa seperti televisi (melalui acara-acara tertentu) dan internet. Perluasan juga dilakukan melalui media sosial seperti Youtube, Instagram, Tiktok, X bahkan Facebook. Korean Wave yang paling banyak digemari adalah drama korea, makanan korea, gaya berpakaian orang korea dan musik K-pop dengan boyband dan girlband. Saat ini, berbagai produk yang mengandung unsur budaya Korea sudah banyak ditemukan di masyarakat. Sejak budaya korea mulai mengalami perkembangan, penyebaran semakin luas dan banyak diterima oleh masyarakat, disitulah Korean Wave dimulai. Budaya Korea ini banyak digemari oleh masyarakat kalangan remaja, karena saat ini banyak sekali remaja yang memiliki ketakutan akan ketertinggalan atau yang sering disebut dengan FOMO (Fear Of Missing Out). Misalnya, saat ini banyak remaja yang meniru gaya berpakaian orang Korea karena takut akan terlihat “kuno” jika tidak berpakaian mengikuti zaman.
Konser K-pop di Indonesia. Foto: YG Entertaiment
Strategi industri hiburan di Korea Selatan juga mempengaruhi terjadinya Korean Wave. Mereka mengemas dunia hiburan dengan sangat baik dan menarik yang dapat menarik audiens lebih banyak. Industri hiburan Korea Selatan mampu merancang konsep dengan baik secara visual maupun musikal, sehingga banyak masyarakat khususnya remaja yang tertarik dengan budaya Korea itu sendiri. Namun dengan adanya hal ini, Indonesia memanfaatkan budaya populer Korean Wave untuk kepentingan komersial yang dapat berdampak baik pada perekonomian. Misalnya saja, banyak yang menjadikan idol K-pop sebagai brand ambassador produk baik itu makanan maupun jasa (misalnya: Shopee dan Tokopedia) agar masyarakat tertarik dan membeli produk ataupun menggunakan jasa yang mereka tawarkan. Selain itu, konser group-group K-pop di Indonesia juga membawa pengaruh yang cukup besar terhadap ekonomi di Indonesia karena pasti hal ini akan menarik wisatawan asing untuk singgah di Indonesia untuk menonton konser K-pop tersebut yang pastinya para wisatawan asing akan menggunakan uang untuk keperluan mereka selama berada di Indonesia. Seperti transportasi, makanan, tempat singgah (penginapan), dan masih banyak hal lainnya.
Ilustrasi Perilaku Konsumtif Penggemar K-pop. (Foto: https://images.app.goo.gl/8z3yeYEmdthZZvVx6)
Namun tentunya, budaya populer Korean Wave ini tidak luput dari dampak negatif pula. Pastinya industri hiburan Korea Selatan mengeluarkan produk-produk yang berkaitan dengan idol K-pop, bahkan saat ini banyak produk-produk kolaborasi yang diciptakan untuk menarik para penggemar. Hal ini dapat menimbulkan perilaku konsumtif karena banyak penggemar yang pastinya akan tertarik untuk membeli produk-produk tersebut agar dianggap sebagai “penggemar sejati”. Kesukaan penggemar menumbuhkan loyalitas yang kemudian mendorong munculnya perilaku konsumtif dengan alasan untuk mengapresiasi idola mereka yang sudah bekerja keras. Dampak lainnya adalah tergerusnya budaya lokal. Bisa jadi budaya lokal tidak lagi menjadi daya tarik masyarakat lokal karena didominasi oleh budaya asing. Misalnya, banyak remaja yang lebih terbiasa mendengarkan lagu K-pop dari pada lagu-lagu lokal (lagu-lagu tradisional maupun pop Indonesia). Ketergantungan masyarakat terhadap budaya asing juga bisa menjadi pengaruh buruk bagi budaya lokal. Jika masyarakat terlalu berfokus dalam mengikuti zaman dengan bergantung pada budaya asing, masyarakat bisa saja mengabaikan budaya lokal. Konsumsi produk lokal akan berkurang jika masyarakat terus menerus hidup mengikuti perkembangan budaya asing.
ADVERTISEMENT