Persemag, Klub Kecil di Kota Mati

Dito Anugrah
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2020 9:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dito Anugrah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Logo Persemag Magetan
zoom-in-whitePerbesar
Logo Persemag Magetan
ADVERTISEMENT
Mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa ada sebuah klub di salah satu kota di kaki Gunung Lawu yang sedang berjuang untuk menunjukkan jati dirinya. Klub yang sudah lama absen dari kancah sepakbola nasional dan baru akhir-akhir ini ia menunjukkan dirinya di kompetisi Liga 3 regional Jawa Timur. Sebuah klub yang berada di perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah, Persemag Magetan si Laskar Macan Lawu.
ADVERTISEMENT
Persatuan Sepakbola Magetan (PERSEMAG) lahir pada tahun 1977. Dulu, Persemag ini masih menggunakan nama Asosiasi Sepakbola Magetan (ASMAG). Akan tetapi setelah berjalannya waktu Asmag nampakya selalu mengalami sial. Bertahun-tahun menjadi juru kunci klasemen dan lumbung gol bagi para lawan. Lalu pada tahun 1989 Asmag memilih berganti nama menjadi Persemag harap-harap agar terbuang dari sial.
“Mungkin gara-gara Asmag mirip sama nama penyakit kali ya jadi bikin sial” ujar Sugeng sang legenda Persemag. Prestasi terbaik Persemag adalah pada tahun 2000 ketika mereka berhasil melaju ke Liga 2. Sugeng menambahkan bahwa penggantian nama itu berbuah hasil hingga akhirnya Persemag sempat berhasil menembus kasta ke 2 liga di Indonesia. Namun naas, tidak berlangsung lama di Liga 2 akhirnya Persemag kembali jatuh ke Liga 3 regional Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Persemag Magetan bermarkas di Stadion Yosonegoro, stadion yang mudah diakses karena berada di tengah kota. Klub yang berada di kaki Gunung Lawu ini mempunyai problem yang sangat serius yang berpengaruh pada kelanjutan Laskar Macan Lawu di kancah persepakbolaan nasional. Masalah utama klub ini adalah masalah keuangan, tidak adanya investor yang datang membuat Persemag kesulitan untuk mendapatkan dana demi mengikuti kelanjutan Liga 3 regional Jawa Timur. Buktinya saja pada tahun 2017 Persemag hampir dikeluarkan dari PSSI dikarenakan absen 3 tahun berturut-turut dari kompetisi.
Suporter Persemag akhirnya melakukan demo di stadion Yosonegoro pada hari Minggu (4/3/2018) dengan membawa replika keranda, berdandan seperti pocong, dan menyindir Bupati Magetan agar beliau mengetahui bahwa sepakbola kotanya sedang mati suri. Para suporter Persemag berharap klub kebanggaannya di dukung oleh pemerintah seperti daerah-daerah lain. Beruntung setelah Magetan berganti bupati pada tahun 2018. Bupati yang baru tersebut lebih peduli dengan sepakbola kotanya, beliau membantu dana lebih untuk Persemag agar klub kebanggan warga Magetan ini dapat mengikuti kompetisi resmi dan tidak dikeluarkan dari keanggotaan PSSI. Akhirnya Persemag bisa mengikuti liga hingga sekarang, namun sayang pada tahun 2020 ini liga harus diberhentikan karena adanya Corona Virus Disease (COVID-19). Dan belum ada kejelasan lagi tentang keberlanjutan liga Indonesia dari PSSI.
ADVERTISEMENT
Penyebab absennya Persemag dari kompetisi selama 3 tahun berturut-turut ialah kurangnya dana yang mendukung. Dikarenakan Persemag berada di Kota Magetan, dimana kota ini merupakan kota kecil di sisi lereng Gunung Lawu yang tidak dilalui jalan provinsi, mempunyai populasi yang sedikit, kotanya pun lebih tertinggal dari kota-kota di sekitarnya. Bahkan tidak jarang Magetan disebut kota mati, karena memang Kota Magetan cenderung lebih sepi dari kota-kota lain. Karena itulah Magetan menjadi kota yang sulit untuk berkembang.
Sedikitnya perusahaan besar yang ada di Magetan untuk menjadi pendukung finansial Persemag pun menjadi masalah utama yang dihadapi. Seperti catatan diatas, pada tahun 2014 hingga 2017 Persemag terseok-seok kebingungan mencari dana karena tidak adanya sponsor dari wilayah Magetan yang mendekat atau di liga amatir disebut Corporate Social Responsibility (CSR).Namun dari itulah asa muncul, mengembangkan sebuah kota dari sisi sepakbola adalah bukan tidak mungkin. Seperti Kota Magetan yang tertinggal dari kota-kota disekitarnya, maka ini adalah salah satu cara agar kota ini bisa berkembang dan masyarakatnya lebih sejahtera.
ADVERTISEMENT
Kita rancang demikian, jika sebuah klub di salah satu kota bertanding di liga dan bertemu dengan klub-klub kota lain, maka suporter dari klub lawan akan berdatangan. Ketika supporter lawan berdatangan tidak mungkin mereka hanya bertujuan untuk ke stadion saja. Pasti mereka juga ingin berkunjung ke tempat wisata setempat, belum juga jika supporter tidak mungkin membawa segala kebutuhan dari rumah, maka mereka akan membeli barang, kebutuhan mereka, bahkan mungkin oleh-oleh ketika melakukan awaydays. Bisa kita lihat perekonomian masyarakat sekitar akan naik, belum lagi ada yang berjualan makanan, camilan, pernak-pernik bola di sekitar stadion. Kita lihat saja berapa banyak orang yang ekonominya terbantu dikarenakan hanya sebuah pertandingan sepakbola. Namun ini harus dibarengi dengan kelanacaran finansial klub dari kota tersebut, entah itu batuan dari pemerintah setempat maupun CSR dari sebuah perusahaan, agar klub tersebut tetap bisa eksis di kancah sepakbola nasional.
ADVERTISEMENT