Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Solo Traveling: Menilik Keunikan & Sejarah di Kota Solo
10 Januari 2025 13:55 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Diva Aqila Lutfiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 18 Februari 2023, saya pergi untuk memulai solo traveling ke Jogja dan Solo. Ini adalah kali pertama saya pergi ke Jogja dan Solo sendirian dan ada rasa antusiasme serta sedikit kekhawatiran di hati saya. Saya pergi ke Jogja menggunakan kereta Joglosemarkerto, dengan rute stasiun Cilacap kota dengan tujuan akhir stasiun Tugu Jogja. Tiket kereta sudah di tangan, saya berangkat dari stasiun Cilacap jam 06.00 WIB dan sampai di stasiun Tugu Jogja jam 09.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Sesampainya saya di Jogja, saya di jemput teman SMA ku yang benama Yesica, dan tidak lama datang teman SMA ku juga yang bernama Yusti. Kami segera beli kartu KRL Jogja-Solo untuk perjalanan ke Solo, kami membeli kartu KRL untuk keberangkatan jam 10.00 WIB. Pada saat itu area tunggu KRL sangat penuh lautan manusia yang juga sedang menunggu KRL datang dari arah Purworejo, meskipun area menunggu KRL memenuhi lautan manusia, semangat kami untuk berpetualang tak akan surut. Setelah kurang lebih 15 menit kami menunggu, akhirnya KRL pun datang. Saat kami hendak masuk, gerbong KRL sudah sangat penuh, dan kami tidak kebagian kursi, mau tak mau kami berdiri. Kami bertiga mengira, bahwa kita berdiri hanya sampai di stasiun yang tidak jauh dari stasiun Tugu Jogja. Dan kenyataannya, kita bertiga berdiri hingga stasiun akhir yakni stasiun Solo Balapan. Saat itu memang kami pergi di hari sabtu, yang mana banyak orang yang hendak berlibur. Sesampainya kita di Solo, kita di sambut oleh teman SMA kita yang bernama Erlinda.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya liburan ini hanya di rencanakan tiga hari sebelum keberangkatan, namun keinginan untuk menjelajahi Jogja dan Solo menggunankan KRL membuat saya memberanikan diri untuk meminta izin kepada orang tua. Setelah mendapat restu, tanpa berlama-lama saya segera memeesan tiket kereta dan menghubungi teman-teman saya. Solo merupakan kampung halaman eyangku, kota satu ini menjadi tujuan khusus saya, Namun selain itu saya juga memiliki tujuan untuk menilik keunikan dan sejarah dari Kota Solo, karena saya sudah lama tidak ke Solo semenjak Covid-19 melanda.
Destinasi pertama kami di Solo yaitu Puro Mangkunegaran. Dengan taksi online, kami meluncur menuju tempat bersejarah ini. sebenarnya kami tadinya ingin berjalan kaki menuju Puro Mangkunegaran, namun setelah dipikir-pikir kembali kami berempat ingin menyingkat waktu, karena saya dan kedua teman saya tidak bermalam di Solo dan kami bertiga harus balik ke Jogja di sore hari. Sesampainya di sana, kami membeli tiket masuk terlebih dahulu dengan kisaran harga Rp 20.000. Kami disana ditemani oleh pemandu wisata. Disana kami tidak hanya liburan saja tetapi kami juga belajar banyak tentang Sejarah Puro Mangkunegaran, pemimpinnya siapa saja, apa aja barang-barang peninggalan kerajaan kuno dan masih banyak.
ADVERTISEMENT
Setelah kami dijelaskan banyak tentang Puro Mangkunegaran, kami diajak masuk kedalam Puro Mangkunegaran, dan disana kami melihat banyak barang-barang antik milik raja, tak hanya itu kami melihat langsung ruang kumpul raja ketika beliau menerima tamu, dan ada beberapa ruangan yang tidak bisa sembarang orang masuk. Kami sangat terpesona melihat barang-barang antic milik raja dan ruang-ruang bersejarah yang menyimpan banyak cerita. Kami berjalan mengitari Puro Mangkunegaran sembari berfoto-foto hingga waktu sudah menunjukan jam 13.00 WIB.
Setelah kami puas berkeliling, kami melanjutkan perjalanan menuju Pasar Triwindu yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari Puro Mangkunegaran, karena jaraknya yang lumayan dekat jadi kami berempat memutuskan untuk berjalan kaki menuju Pasar Triwindu. Pasar Triwindu ini merupakan pasar seni yang menjual beragam barang unik, mulai dari pernak-pernik, aneka keris Jawa, barang kuno, mesin tik kuno, lukisan, motor tua, hingga kain batik khas Kota Surakarta. Pengunjungnya pun tidak hanya turis lokal saja namun banyak turis mancanegara yang datang untuk melihat-lihat barang-barang kuno yang di jual di pasar tersebut. Aku disana hanya melihat-lihat saja, namun salah satu temanku membeli kebaya kutu baru yang cantik. Jikalau kebaya yang dijual disana ada ukuran yang besar, mungkin aku sudah membelinya.
ADVERTISEMENT
Di Pasar Triwindu kami tidak terlalu lama karena kami sudah kelelahan dan merasa lapar. Dikarenakan kami sudah sangat lapar, kami mencari makan di Pasar Gede Solo. Pasar ini sangat terkenal dengan kulinerannya, saat itu kami ingin mencicipi dimsum yang viral di pasar tersebut, namun sayangnya kami terlambat untuk menikmati dimsum tersebut. Kami mencari makanan lainnya dan menemukan soto yang cukup memuaskan perut kami yang keroncongan.
Setelah menikmati kuliner di Pasar Gede Solo, kami beranjak pergi ke kos teman saya di daerah dekat Universitas Sebelas Maret. Kami kesana menggunakan BST (Batik Solo Trans), tarif saat itu hanya Rp 7000. Di kos teman saya, kami beristirahat sejenak, sebelum kami berangkat kembali ke Stasiun Solo Balapan untuk kembali ke Jogja. Di kos, kami bercerita banyak tentang pengalaman kuliah, karena kami sudah lama tidak bertemu. Setelah berbagi cerita semasa kuliah, tidak terasa waktu sudah sore, saya dan kedua teman saya harus mengejar jam terakhir KRL. Kami bertiga memesan taksi online lagi untuk mempercepat jalan menuju Stasiun Balapan. Kami tiba di stasiun tepat waktu untuk menaiki KRL yang berangkat pada pukul 17.30 WIB. Waktu yang ditempuh dari perjalanan Solo-Jogja kurang lebih satu jam, dan bersyukurnya kami bertiga dalam perjalanan balik ke Jogja mendapatkan tempat duduk sehingga tidak perlu berdiri seperti pada saat berangkat. Akhirnya kami bertiga tiba Stasiun Tugu Jogja. malam itu saya bermalam di Jogja di kos teman yang jaraknya tidak jauh dari Stasiun Tugu Jogja, mengakhiri petualangan yang penuh kenangan dan pengalaman beharga.
ADVERTISEMENT